Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ani dan Idaman Rhoma

Ani dan Idaman Rhoma Poster ani presiden. ©2016 merdeka.com/istimewa

Merdeka.com - Politik adalah panggung pencitraan. Yang menancap di benak calon pemilih lebih kerap soal persepsi ketimbang esensi. Sah-sah saja.

Ketika Susilo Bambang Yudhoyono bersama pimpinan Partai Demokrat melakukan “Tour de Java” demi menunjukkan kepedulian dan menyerap aspirasi, sebagian kalangan lebih menilai upaya tersebut dijalankan demi mengantarkan Ibu Ani Yudhoyono untuk menduduki jabatan presiden Republik Indonesia yang pernah dipegang suaminya selama dua periode (2004-2014). Wajar saja jika kemudian beredar meme soal penyiapan Ani sebagai RI-1 itu, sebagaimana sah-sah saja jika Yudhoyono dan partainya merasa terganggu karena merasa yang dilakukan tak seperti yang ditudingkan.

Akan tetapi, sekali lagi, ini soal persepsi yang mengemuka dan tertangkap oleh publik.

Tentu bukan terbawa-bawa nostalgia film ikonik era 1990-an dengan karakter Rhoma dan Ani, jika kemudian Rhoma Irama juga mencuat dalam perbincangan politik praktis belakangan ini. Rekam-jejak Bang Haji di jalur politik bahkan tercetak lebih tebal ketimbang Ibu Ani pribadi –meskipun panggung politik praktis bukan sesuatu yang selamanya mengenakkan hati sang Raja Dangdut. Pada era 1970-an Rhoma mengarahkan dukungan kepada Partai Persatuan Pembangunan. Sempat menggeser pilihan ke Golkar, Rhoma menyatakan keluar dari pendukung utama rezim Orde Baru itu selepas Reformasi 1998. Bahkan, istilah anak-muda masa kini, Bang Haji pernah di-PHP-in oleh salah satu partai politik yang sempat memunculkan namanya sebagai salah satu kandidat presiden dalam Pemilu 2014 lalu.

Yang jelas, jauh sebelum “Tour de Java” yang dilakukan oleh Yudhoyono bersama petinggi Partai Demokrat pada awal Maret lalu; pedangdut ternama itu telah mendeklarasikan Partai Islam Damai Aman (Idaman) untuk pertama kalinya pada 11 Juli 2015 untuk kemudian deklarasi nasional dilakukan kembali pada 14 Oktober 2015.

Yang pasti, jika kemudian Ani bisa meneruskan jejak Yudhoyono menjadi presiden, tentu bukan hal baru. Di Argentina, Maria Estela Martinez (1974-1976) meneruskan kepemimpinan suaminya, Juan Domingo Peron, sebagai Presiden Argentina. Kini, Hillary Clinton juga sedang merintis (kembali) upaya menjadi Presiden Amerika, sebagaimana yang pernah dijabat oleh Bill Clinton, sang suami yang berkuasa pada periode 1993-2001.

Sementara di tanah air pun, sekalipun belum sampai ke pucuk pemerintahan tertinggi, di level pemerintahan daerah sudah banyak contoh istri-istri yang terpilih (atau memilih?) meneruskan kepemimpinan suaminya sebagai bupati atau walikota. Sementara jika Rhoma menyasar posisi presiden, apanya yang mengejutkan?

Pesohor yang menjadi pejabat publik juga bukan hal yang sama sekali baru. Di Indonesia saja, terlebih ketika pemilihan umum dilakukan secara langsung memilih individu, sejumlah anggota DPR dan kepala daerah yang terpilih berangkat dari latarbelakang sebagai pesohor. Menilik ke mancanegara, sejumlah pesohor yang menjadi presiden antara lain adalah Ronald Wilson Reagan yang menjadi Presiden Amerika Serikat periode 1981-1989 dan juga Joseph Ejercito Estrada yang menjadi Presiden di Filipina 1998-2001.

Siapapun yang hendak menjadi pejabat publik, apapun latarbelakangnya, tentunya didasari niatan baik, semisal mengabdi untuk bangsa dan negara. Tentu saja, argumentasi tersebut dalam tataran ideal. Toh realitasnya banyak pejabat publik yang terseret dalam lingkaran praktik koruptif. Akan tetapi, publik layak berterima kasih kepada mereka semua yang sejak awal memunculkan niatan untuk menjadi pejabat publik. Bisa jadi publik terbuai oleh petahana (incumbent) –sebagian di antaranya karena pilihan mencari “jalan aman”, tidak mau berisiko dengan hal-hal baru yang sulit diperkirakan.

Yang pasti, ketika masa-masa "jual kecap" tiba, senantiasa petuah usang mengemuka: pelajari secara cermat rekam-jejak kandidat sebelum benar-benar menetapkan pilihan. Soal integritas, reputasi, atau praktik nonkoruptif adalah hal-hal yang tentu tidak bisa ditawar. Akan tetapi, yang juga penting untuk diingat adalah bahwa produk dari para pejabat publik adalah kebijakan publik –apa yang hendak dilakukan dan juga apa saja yang tidak akan dilakukan oleh rezim pemerintahannya. Semakin awal seseorang memunculkan diri, semakin dini dan kencang tuntutan agar yang bersangkutan memunculkan alternatif kebijakan sebagai pembanding atas kebijakan yang dijalankan rezim pemerintahan saat ini.

Karenanya, penting bagi publik untuk mengetahui gagasan dan tawaran (alternatif) kebijakan dari para kandidat sebagai materi yang harus dikaji secara cermat. Penting bagi kandidat pejabat publik untuk menyerap aspirasi konstituennya, sebagaimana teramat penting bagi publik mengetahui apa saja yang bakal diwujudkan oleh para kandidat jika nantinya mereka terpilih.

(Idealnya) kebijakan adalah buah perkawinan dari otoritas, interest, dan knowledge. Akan tetapi, dalam praktik, memang tidak sepenuhnya ketiga hal tersebut terpenuhi saat sebuah kebijakan diformulasikan. Proses politik dan produk turunan berupa kebijakan senantiasa menawarkan beberapa alternatif: keajegan, kebaruan, ataupun daur-ulang. Jika ujung-ujungnya hanya sebegitu saja, dengan atau tanpa Ani ataupun Rhoma, semuanya memang "sungguh ther-la-lu....".

(mdk/war)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Anies Minta Anak Muda Tak Apatis Politik, Cerita Dukung Bima Arya-Ridwan Kamil
Anies Minta Anak Muda Tak Apatis Politik, Cerita Dukung Bima Arya-Ridwan Kamil

Terjadi fenomena orang tidak bermasalah, justru dipermasalahkan saat terjun ke dunia politik.

Baca Selengkapnya
Jenis Tindak Pidana Pemilu, Pahami Pengertian dan Penanganannya
Jenis Tindak Pidana Pemilu, Pahami Pengertian dan Penanganannya

Tindak pidana pemilu menjadi ancaman serius yang dapat merusak integritas dan legitimasi demokrasi.

Baca Selengkapnya
Anies Keluhkan Masalah Pilpres, Singgung Pencalonan Gibran hingga Penyalahgunaan Bansos
Anies Keluhkan Masalah Pilpres, Singgung Pencalonan Gibran hingga Penyalahgunaan Bansos

Bahkan diberikan imbalan untuk mempengaruhi arah pilihan politik.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Anies Sulit Terobos 'Kandang Banteng'?
Anies Sulit Terobos 'Kandang Banteng'?

Menurut Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, ada dua hal yang membuat AMIN tidak melakukan kampanye di Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya
Anies Teken Kontrak Politik bareng Jejaring Rakyat Miskin Indonesia, Apa Isinya?
Anies Teken Kontrak Politik bareng Jejaring Rakyat Miskin Indonesia, Apa Isinya?

Jika jadi presiden 2024, Anies bakal menunaikan kontrak politik yang ditandatangani tersebut.

Baca Selengkapnya
Jelang Masa Tenang Pemilu 2024, Menpan RB Ingatkan ASN Wajib Netral dan Bebas Pengaruh Politik Tak Sehat
Jelang Masa Tenang Pemilu 2024, Menpan RB Ingatkan ASN Wajib Netral dan Bebas Pengaruh Politik Tak Sehat

Sejumlah alasan mengapa ASN harus netral karena sebagai bentuk kewajiban profesionalism.

Baca Selengkapnya
Bikin Ngakak! Kambing Putih Coba Seruduk Seorang Pria Berkali-kali
Bikin Ngakak! Kambing Putih Coba Seruduk Seorang Pria Berkali-kali

Seorang pria berbaju merah tampak hendak diseruduk kambing putih berkali-kali.

Baca Selengkapnya
Momen Ketika Anies Tepuk Tangan dan Kasih Dua Jempol ke Ganjar saat Debat Pamungkas Pilpres
Momen Ketika Anies Tepuk Tangan dan Kasih Dua Jempol ke Ganjar saat Debat Pamungkas Pilpres

Momen Ketika Anies Tepuk Tangan dan Kasih Dua Jempol ke Ganjar

Baca Selengkapnya
Bapaknya Pejabat Negara, Pria Ini Kenal Megawati Sejak Usia 5 Tahun Hingga Sukses Jadi Kepala Daerah
Bapaknya Pejabat Negara, Pria Ini Kenal Megawati Sejak Usia 5 Tahun Hingga Sukses Jadi Kepala Daerah

Anak tokoh nasional dianggap 'akrab' dengan Megawati sejak usia 5 tahun sampai sukses menjadi kepala daerah. Siapa sosok yang dimaksud?

Baca Selengkapnya
Hormati Putusan MK, Anies Ajak Masyarakat Tetap Kerja Keras Jaga Demokrasi yang Pelan-pelan Tergerus
Hormati Putusan MK, Anies Ajak Masyarakat Tetap Kerja Keras Jaga Demokrasi yang Pelan-pelan Tergerus

Anies mengingatkan kepada pendukung untuk terus bekerja merangkul dan menguatkan masyarakat agar tidak mudah tergiur dengan iming-iming jangka pendek.

Baca Selengkapnya