Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ahli Penyakit Dalam: Corona Belum Ada Obatnya, Avigan dan Chloroquine Cuma Coba-Coba

Ahli Penyakit Dalam: Corona Belum Ada Obatnya, Avigan dan Chloroquine Cuma Coba-Coba Obat antiEbola Avigan. ©AFP PHOTO/Kazuhiro Nogi

Merdeka.com - Avigan dan Chloroquine dipilih Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai obat bagi pasien positif Corona. Pemesanan dalam jumlah besar. Mencapai jutaan. Langkah ini berbarengan dengan membeli alat rapid test demi menekan angka penyebaran virus corona di Indonesia.

Avigan dikenal anti-virus yang secara selektif dan berpotensi menghambat RNA-dependent RNA polimerase (RdRp) dari virus RNA. Obat ini mulai dikembangkan Fujifilm Toyama sejak tahun 2014 dan telah diuji coba kepada manusia yang terinfeksi virus corona COVID-19 sejak Februari.

Sedangkan Chloroquine merupakan obat anti malaria yang telah digunakan selama sekitar 70 tahun. Obat ini tampaknya dapat memblokir virus dengan mengikat diri ke sel manusia dan masuk untuk mereplikasi. Obat ini juga merangsang kekebalan tubuh.

Ahli penyakit tropis dan infeksi, Dr dr Erni Juwita Nelwan, meyakini belum ada obat ampuh untuk wabah virus corona sejauh ini. Pemakaian obat dipilih pemerintah itu dikarenakan beberapa negara terkena pandemi ini sudah melakukan terlebih dahulu. Termasuk di China, sebagai tempat asal virus ini pertama kali muncul.

Sebagai dokter ahli penyakit dalam di beberapa rumah sakit di Jakarta, dr Erni bercerita kepada jurnalis merdeka.com Rifa Yusya Adilah terkait kemampuan dua obat tersebut bagi pasien corona pada Kamis pekan lalu. Berikut petikannya:

Bagaimana para dokter melihat keputusan Avigan dan Chloroquine didatangkan ke Indonesia yang diyakini bisa sebagai obat bagi pasien positif corona?

Kita memilih obat apa yang mau pemerintah sediakan untuk Indonesia, jadi pemerintah yang memutuskan. Belajar dari negara-negara lain yang sudah ada kasusnya. Negara tersebut sudah pernah ada riwayat menggunakan obat apa saja.

Jadi itu semua tergantung pemerintah mau memasukkan obat yang mana. Jadi ya keputusan didatangkan dua obat itu juga tidak jelas. Sama seperti keputusan tentang metode rapid test, mengapa menggunakan rapid tes antibodi juga tidak tahu. Maksudnya saya pribadi tidak tahu.

Apakah keputusan membeli Avigan dan Chloroquine sebagai obat pasien corona merupakan langkah tepat?

Untuk saat ini, intinya yang sudah jelas ada manfaatnya untuk pasien corona. Kami belum tahu yang mana. Banyak trial. Ada yang bilang pakai Avigan, Chloroquine, Oseltamifin. Ada juga yang bilang bisa pakai obat HIV yang dikombinasi dan segala macam. Jadi ini semua sifatnya masih trial bagi pasien yang jumlahnya sedikit.

Tapi kan memang tidak ada obatnya, jadi tidak ada pilihan lagi. Negara memutuskan saja memilih menggunakan obat ini, jadi jika ditanya apakah sudah pasti ini obatnya? Sebenarnya semua orang banyak yang belum tahu. Jadi kalau dibilang coba-coba ya memang iya. Dicoba tapi diputuskan untuk pilihnya kedua obat, dengan memahami cara kerja dari obat dibandingkan virus.

Chloroquine dikenal sebagai obat malaria, bisa dijelaskan seperti apa efeknya bila dikonsumsi pasien positif corona?

Chloroquine relatif aman. Dulu Indonesia memang pernah menggunakannya sebagai obat malaria. Tapi dulu, sekarang sudah tidak menggunakannya lagi.

Chloroquine sebenarnya bukan antivirus tapi antiparasit, namun obat ini bisa mempercepat fase replikasi virus corona. Jadi diambil obat ini, tapi kalau ditanya apakah Chloroquine benar-benar obatnya? Iya, ini awalnya dicoba di negara-negara lain. Indonesia ikut saja karena memang belum ada penelitiannya, obat apa yang bagus.

Mau obat lain yang dimasukkan ya bisa saja. Sebenarnya virus itu tidak ada obatnya. Ini merupakan salah satu upaya, istilahnya untuk penyakit yang berat-berat saja.

Namun di Indonesia, meninggalnya pada mendadak, seperti tidak terpantau, jadi kapan kasih obatnya? Karena di Indonesia banyak yang berat penyakitnya.

Bagaimana aturan yang tepat untuk mengonsumsi kedua obat tersebut?

Pada dasarnya semua obat harus ada aturan konsumsinya. Sebagian obat itu rata-rata tidak boleh untuk ibu hamil karena akan mengganggu kehamilannya. Mengganggu bayinya. Ada juga pembatasan usia, misalnya anak-anak umur sekian tidak boleh mengonsumsi obatnya

Jadi memang benar di obat-obatan itu ada aturannya. mulai dari cara penggunaannya, kepada siapa obat itu aman dikonsumsi serta kehati-hatian penggunaan obat itu. Itu harus diperhatikan. Jadi bukan semua orang bisa menggunakan obat itu.

avigan

Obat Avigan AFP PHOTO/Kazuhiro Nogi

Bagaimana bagi para Pasien Dalam Pengawasan (PDP) maupun Orang Dalam Pengawasan (ODP), obat apa yang biasa diberikan kepada mereka?

Kalau saya alhamdulillah menangani kondisi pasien sesuai kondisinya saja, sesuai keadaannya saja. Kalau mereka demam dikasih obat demam, karena memang obatnya belum ada.

Ada juga penggunaan obat Tamiflu atau Oseltamifin untuk pasien corona, seberapa efektif obat itu untuk menyembuhkan?

Itu memang benar obat virus tapi beda tempat kerjanya, yaitu di neuroaminidase, untuk enzimnya itu. Jadi itu tidak sama dengan virus corona, beda tempat kerja.

Mengapa banyak dokter melihat metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dianggap lebih efektif dibanding rapid test?

Sebenarnya tergantung rapid test-nya apa. Ada rapid tes antigen, itu sama baiknya dengan PCR. Kalau rapid test yang dijalankan di Indonesia itu rapid test antibodi.

Kalau antibodi memang bisa melihat siapa yang sudah kena, namun kalau orangnya sakitnya akut dan baru? Belum tentu hasilnya positif. Di situ masalahnya.

rapid test di bogor

Rapid Test di Bogor 2020 Merdeka.com/Arie Basuki

Jadi melihat masalah efektif atau tidaknya, harus bermulai dari pasiennya. Kalau ada orang lagi sakit, sakitnya baru, kemudian saat dicek antibodinya, belum positif hasilnya.

Antibodi positifnya itu belakangan. Ini yang dipermasalahkan sama kita yang di klinik. kalau dokter patologi kan di laboratorium, mereka tidak bisa melihat kepentingan dari pasiennya.

Keputusan pemerintah melakukan rapid test dirasa lebih cepat mengetahui hasil. Apakah ini belum sepenuhnya bisa membantu?

Ada rapid test antigen. Kalau antigen cepat tapi masalahnya harus pakai swab juga. Kalau yang darah kan cepat, tinggal pakai darah aja.

Tapi kita mau yang gampang atau yang paling benar? Kalau darah kan mudah. Tinggal tusuk sedikit, diambil, kemudian teteskan buffernya. Lalu sudah. Tapi itu yang diambil antibodinya bukan virusnya. Bisa saja antibodinya belum terbentuk, jadi hasilnya negatif.

Nah itu dia, jadi bisa kurang menolong. Bisa tidak kalau sudah positif? Bisa juga tapi kemungkinan hasilnya masih negatif.

Mengapa di Indonesia yang dijalankan rapid tes antibodi bukan antigen?

Itu yang mau saya tanyakan. Sudah ada ahlinya tapi mengapa masih memilihnya yang antibodi? Bilangnya belajar dari korea dan lain-lain, tapi memang itu yang terbaik? Belum tentu belajar dari luar itu yang terbaik.

Sebenarnya ada swab yang antigennya. Jadi yang diambilnya antigen. Namun untuk swab kan kita juga kesulitan, untuk swab-nya sulit, untuk medianya sulit, untuk mengambilnya butuh teknik. Kalau darah lebih gampang.

Lalu seperti apa sistem rapid tes yang benar sehingga efektif dalam mengurangi penyebaran covid-19?

Pokoknya harus diatur jangan sampai orang-orang datang berbarengan di stadion bola, di lapangan atau di mana beramai-ramai. Kan sudah dikasih tahu harus social distancing. berjauhan, kalau berkumpul seperti itu repot, saling tular-menular bisa-bisa.

rapid test di puskesmas limo depok

Tenaga medis 2020 Merdeka.com

Menurut Anda, bagaimana langkah yang tepat agar wabah Covid-19 ini bisa secepatnya dihentikan di Indonesia?

Kalau Indonesia, menurut saya yang pertama, harus dilakukan, yaitu perbanyaklah tempat tes diagnosis. Jangan masih seperti ini sistemnya. Memang mungkin tidak banyak tempat yang bisa memfasilitasi untuk tes. Contoh, misalnya Jakarta. Yang bisa untuk tempat tes cuma 8, kasih semua orang agar bisa tes, jangan sampai orang-orang susah sekali untuk tes. jangan sampai seperti antre beras.

Perbanyaklah tempat untuk bisa tes, jaga keakuratan hasil tesnya. Itu tugas pemerintah. Jangan abal-abal tesnya, jadi tidak hasilnya tidak asal.

Pastikan tes bisa diakses masyarakat jangan tes di tempat keramaian, jangan di rumah sakit yang bisa punya peluang untuk menularkan virus.

Kedua, orang-orang harus bisa nurut. Kalau dibilang jangan keluar rumah ya jangan keluar rumah, jangan melakukan aktivitas kalau tidak mau menularkan atau ditularkan. Harusnya ada peraturan yang ketat. Misalnya, yang boleh keluar rumah yang sudah tercatat. Misalnya dokter, wartawan, pengantar obat dan lain sebagainya.

Jangan siapa saja boleh keluar ke mana, nanti mereka menularkan virus ke mana saja. Jadi intinya mereka jangan ke mana-mana supaya mereka tidak jadi sumber atau orang yang bisa menularkan virus ke orang lain.

(mdk/ang)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Apa Perbedaan dari Istilah Akut dan Kronis pada Penyakit?

Apa Perbedaan dari Istilah Akut dan Kronis pada Penyakit?

Istilah akut dan kronis pada penyakit merujuk pada dua kondisi yang berbeda dan perlu kita pahami.

Baca Selengkapnya
Jenis Penyakit yang Sering Muncul Pasca Lebaran, Radang Tenggorokan Paling Banyak Terjadi

Jenis Penyakit yang Sering Muncul Pasca Lebaran, Radang Tenggorokan Paling Banyak Terjadi

Meskipun memikat untuk dinikmati, menu-menu lebaran sebaiknya dinikmati dengan porsi yang terkendali demi mencegah timbulnya sejumlah masalah kesehatan.

Baca Selengkapnya
Terobosan Mengejutkan Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru

Terobosan Mengejutkan Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru

Terobosan Baru Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Ciri-ciri Radang Tenggorokan dan Cara Mengatasinya secara Alami

Ciri-ciri Radang Tenggorokan dan Cara Mengatasinya secara Alami

Gejala radang tenggorokan adalah kondisi yang umum terjadi di mana tenggorokan mengalami peradangan akibat infeksi virus atau bakteri.

Baca Selengkapnya
Penyakit yang Sebabkan Keringat Dingin, Bukan cuma Masuk Angin

Penyakit yang Sebabkan Keringat Dingin, Bukan cuma Masuk Angin

Keringat dingin bukan seperti keringat biasanya yang muncul saat olahraga atau cuaca panas. Keringat ini muncul ketika tubuh mengalami kondisi tertentu.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya
7 Jenis Buah untuk Atasi Flu dan Radang Tenggorokan, Bantu Percepat Penyembuhan

7 Jenis Buah untuk Atasi Flu dan Radang Tenggorokan, Bantu Percepat Penyembuhan

Tidak memerlukan obat-obatan kimia karena beberapa ragam buah-buahan lokal diyakini berdaya untuk membantu meredakan radang tenggorokan.

Baca Selengkapnya
10 Penyakit Keturunan yang Perlu Diwaspadai, Cari Tahu Sejak Dini

10 Penyakit Keturunan yang Perlu Diwaspadai, Cari Tahu Sejak Dini

Ada banyak jenis penyakit keturunan yang diwariskan secara genetik dan menjadi tantangan dalam dunia medis.

Baca Selengkapnya
Dikabarkan Meninggal, Ini Kondisi Dokter Lo Sebenarnya

Dikabarkan Meninggal, Ini Kondisi Dokter Lo Sebenarnya

Ia membenarkan jika dokter Lo Siauw Ging MARS saat ini sedang mendapat perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu (RSKI) Solo.

Baca Selengkapnya