Merdeka.com - Jalan Bogowonto di Desa Pandean, Kecamatan Taman merupakan lokasi bersejarah di Kota Madiun, Jawa Timur. Dulunya, jalan ini dilalui kereta api jurusan Madiun-Ponorogo. Kemudian, pada tahun 1980-an, rel kereta api di kawasan itu ditutup aspal karena tidak difungsikan lagi.

Pemerhati sejarah Kompas Madya Kota Madiun, Andik Supriyanto mengungkapkan, keberadaan rel di Jalan Bogowonto itu sudah ada sejak tahun 1907. Rel tersebut merupakan salah satu rangkaian rel jalur kereta api Madiun-Ponorogo.

Rel tersebut merupakan jalur tikungan dari arah Pasar Besar Madiun mengarah ke Pasar Sleko dan terus ke selatan menuju Ponorogo.

Sarana Transportasi Tercepat

©2020 Merdeka.com/Arie Sunaryo

Rel di Jalan Bogowonto itu dulunya dilalui kereta api uap yang saat itu menjadi sarana transportasi tercepat.

”Saat itu baru ada sepeda, belum ada kendaraan bermotor, jadi jalur Madiun-Ponorogo cukup ramai. Digunakan untuk kereta barang ataupun angkut penumpang,” ungkap Andrik, Minggu (3/4).

Jalur tersebut melewati beberapa stasiun, yakni Stasiun Madiun, Stasiun Pasar Besar, Stasiun Pabrik Gula Pagotan, Stasiun Mlilir, dan berakhir di Stasiun Ponorogo. Beberapa bangunan stasiun itu masih ada, namun sebagian sudah berganti menjadi bangunan baru dan telah dialihfungsikan.

Seiring perkembangan teknologi transportasi, kereta uap mulai ditinggalkan. Masyarakat pun beralih ke kendaraan bermotor. Kereta uap tidak lagi diminati hingga berhenti beroperasi pada awal tahun 1980-an. Jalur kereta Madiun-Ponorogo mulai dihentikan, rangkaian rel ditimbun dengan aspal.

Spot Kuliner dalam Kereta

©2020 Merdeka.com/Arie Sunaryo

Kini, jalur rel tua yang tertutup aspal itu digali kembali. Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun berencana membangun spot kuliner di dalam kereta api yang ditempatkan di rel tua di Jalan Bogowonto.

”Sudah digali ulang oleh Pemkot Madiun. Tapi hanya di satu titik karena fokusnya hanya di Bogowonto,” kata Andrik, dikutip dari akun Instagram @madiun_info.

Ia mengapresiasi upaya Pemkot menggali ulang rel di jalan menikung dari arah Jalan H Agus Salim menuju Jalan Kolonel Marhadi itu.

”Konsepnya pemkot hanya mengadaptasi relnya. Kemudian digunakan untuk kegiatan pariwisata, yakni kulineran di dalam kereta api,” pungkasnya.