Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

6 Fakta Lockdown India, Keputusan Pemerintah yang Timbulkan Krisis Kemanusiaan

6 Fakta Lockdown India, Keputusan Pemerintah yang Timbulkan Krisis Kemanusiaan toko roti pizza di italia. ©2020 REUTERS/Alberto Lingria

Merdeka.com - Perdana Menteri India, Narendra Modi, telah mengaplikasikan kebijakanlockdown selama 3 minggubagi negaranya. Hal ini adalah langkah yang diambil guna meredam penyebaran COVID-19 di India yang berpenduduk sekitar 1,3 miliar.

Namun hal iniberarti kelaparan bagi sebagian besar rakyat India. Di sana, pekerjaan-pekerjaan sebagian besar masih bergantung pada tenaga kerja manual dengan pendapatan harian.

Sekitar 80% dari 470 juta pekerja India berada di sektor informal, tidak memiliki kontrak dan tidak dilindungi oleh undang-undang perburuhan. Banyak dari mereka adalah pekerja kasar di ladang, pabrik dan jalan-jalan di India seperti yang dilansir darinytimes.com.

Penduduk miskin di India -dua per tiga dari populasi yang hidup dengan kurang dari US$ 2 per hari- adalah yang paling parah terkena dampak lockdown.Lockdownakan memasuki hari keenam pada hari Selasa. Dalam situasi ini, pekerja harian yang notabene adalah penduduk miskin yang menjadi korbannya. KebijakanlockdownIndia dalam sekejap menjadi krisis kemanusiaan bagi sebagian besar rakyatnya.

Aksi Brutal Polisi

Mengutip dari southchinamorningpost.com, sebagian besar penduduk miskin di India di karantina tanpa memiliki akses terhadap makanan. Mereka juga menghadapi pemukulan secara brutal oleh polisi yang didukung warga sipil yang berafiliasi dengan politik, jika mereka berani keluar.

Beberapa layanan penting dan toko-toko kebutuhan masyarakat memang masih diizinkan beroperasi selama lockdown. Namun, oknum-oknum polisi India memanfaatkan hal ini untuk mengancam para pemilik dan penjaga toko.

Mereka mengancam akan menghentikan pengangkutan bahan makanan jika pemilik toko tidak membayarkan sejumlah uang kepada mereka. Polisi di Mumbai dan banyak daerah lain juga mengambil langkah agresif terhadap para pedagang buah dan sayur yang masih nekat berjualan di jalanan.

Tindakan represif polisi juga termasuk pada aksi pemukulan warga yang kedapatan berkeliaran. Dikutip dari aljazeera.com, seorang warga di Benggala Barat, India, dilaporkan tewas akibat dipukuli oleh polisi lantaran warga tersebut keluar dari rumahnya. Padahal, alasannya keluar dari rumah adalah untuk membelikan susu anaknya.

Kurangnya Persiapan Pemerintah Terkait Kebijakan Lockdown India

Pada tanggal 25 Maret, Perdana Menteri India, Narendra Modi mengumumkan lockdownselama 21 hari secara nasional sebagai tanggapan terhadap pandemi COVID-19. Keputusan PM Modi yang tergesa-gesa mengenai lockdownyang belum pernah terjadi sebelumnya hanya memberi ratusan juta orang India waktu persiapan kurang dari empat jam.

Dikutip dari times.com, dalam pidatonya PM Modi berkata, "Jangan meninggalkan rumah selama 21 hari ke depan. Jika Anda melewati ambang batas rumah Anda, itu sama saja dengan mengundang virus masuk ke dalam rumah." Hal ini membuat sebagian besar negara berada dalam kekacauan.

PM Modi meyakinkan bahwa layanan penting akan terus dibuka, namun tidak memberi penjelasan yang detil mengenai bagaimana mekanisme ketersediaan bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Akibatnya, masyarakat lalu bergegas ke toko-toko untuk berbelanja.

Panic buyingpun terjadi. Orang-orang terlihat mengantre di luar toko hingga larut malam dan menyebabkan kemacetan lalu lintas di banyak tempat.

Pada tanggal 26 Maret, India mengumumkan paket bantuan senilai $22,5 miliar untuk membantu orang-orang miskin di negara itu dalam mempertahankan selama masalockdown.

Pemerintah berencana menggunakan skema kesejahteraan yang ada untuk menggelar langkah-langkah bantuan, yang mencakup distribusi makanan gratis dan transfer tunai ke jutaan keluarga berpenghasilan rendah di seluruh negeri.

Sebagai bagian dari langkah-langkah bantuan, pekerja berupah rendah akan mendapatkan 500 rupee (kurang dari $7) per bulan selama tiga bulan ke depan. Syarat sebagai "yang paling miskin dari yang miskin" juga harus dipenuhi untuk menerima bantuan tunai ini. Maka, hal ini tidak berlaku pekerja yang, misalnya, menghasilkan4.000 rupee ($53) per bulan untuk menafkahi keluarganya yang berjumlah 4 orang.

"Krisis ini memperjelas kerapuhan ekonomi India yang harus diperhatikan," kata Samir Saran, presiden Observer Research Foundation. Dia memuji keputusan pemerintah untuk menggunakan skema kesejahteraan yang ada bagi orang miskin untuk memberikan bantuan dengan segera. Namun, banyak hal lain juga yang perlu dilakukan ketika implikasi penuh darilockdownkemudian muncul.

"Langkah-langkah langsung ini hanya dimaksudkan untuk menumpulkan efek jangka pendek terburuk dan tidak boleh dianggap sebagai stimulus," tambahnya.

Yang memperburuk keadaan, ekonomi India sendiri belum kuat dengan kemerosotan pertumbuhan dan meningkatnya pengangguran. Bahkan beberapa bisnis yang berkembang dengan baik di tempat lain di dunia mengalami hambatan begitu tiba di India.

Para Pekerja adalah Kaum Migran

Dengan tidak adanya intervensi negara, aksi teror oleh polisi ini semakin menambah penderitaan masyarakat pinggiran. Para pekerja India dengan gaji harian dan buruh tanpa kontrak jumlahnya diperkirakan mencapai 93% dari 540 juta tenaga kerja. Mereka tidak memiliki kontrak kerja tertulis, tidak ada cuti berbayar dan tidak berhak atas tunjangan jaminan sosial apa pun.

Para pekerja kelas bawah ini biasanya adalah kaum migran. Mereka memberikan sebagian besar upah mereka kepada keluarga di kampung halaman, dan mengantongi sedikit sisanya untuk bertahan hidup.

Dengan situasi lockdown seperti ini, jumlah yang tidak seberapa itulah yang mereka kantongi sampai kebijakan lockdown dicabut. Mereka tidak bisa lagi pergi ke tempat kerja karena lockdown, dan banyak yang diusir dari tempat tinggal sewaan mereka karena para pemilik khawatir mereka tidak akan dapat membayar uang sewa.

Pulang ke Kampung Halaman

Melalui televisi dan media sosial, masyarakat internasional dikejutkan dengan pemandangan ratusan ribu pekerja migran India yang menganggur. Mereka mengepung terminal bus menunggu transportasi untuk mengantar mereka pulang ke keluarga mereka di kampung halaman.

Namun, karena transportasi umum dan pribadi telah ditangguhkan, banyak dari mereka tidak punya pilihan lain selain berjalan kaki. Dengan barang-barang yang terikat di punggung, mereka menempuh perjalanan sejauh 500 km dengan jalan kaki. Banyak yang ditemani oleh keluarga dan anak-anak kecil mereka. Dan sepanjang jalan mereka juga harus menghindari serangan polisi.

Beberapa masyarakat secara individu dan organisasi keagamaan terkadang menyediakan bantuan makanan bagi orang-orang yang membutuhkan. Hal ini dilakukan tanpa adanya bantuan dari pemerintah. Seringkali bantuan makanan ini baru bisa didistribusikan setelah mereka menyuap para polisi.

Paket Bantuan Bagi Orang Miskin

Pada tanggal 26 Maret, India mengumumkan paket bantuan senilai $22,5 miliar untuk membantu orang-orang miskin di negara itu dalam mempertahankan selama masa lockdown.

Pemerintah berencana menggunakan skema kesejahteraan yang ada untuk menggelar langkah-langkah bantuan, yang mencakup distribusi makanan gratis dan transfer tunai ke jutaan keluarga berpenghasilan rendah di seluruh negeri.

Sebagai bagian dari langkah-langkah bantuan, pekerja berupah rendah akan mendapatkan 500 rupee (kurang dari $7) per bulan selama tiga bulan ke depan. Syarat sebagai "yang paling miskin dari yang miskin" juga harus dipenuhi untuk menerima bantuan tunai ini.

Maka, hal ini tidak berlaku pekerja yang, misalnya, menghasilkan 4.000 rupee ($53) per bulan untuk menafkahi keluarganya yang berjumlah 4 orang. Padahal, penghasilan sebesar4.000 rupee juga tidak besar bagi pekerja kelas bawah.

Kondisi Ekonomi di India

"Krisis ini memperjelas kerapuhan ekonomi India yang harus diperhatikan," kata Samir Saran, presiden Observer Research Foundation. Dia memuji keputusan pemerintah untuk menggunakan skema kesejahteraan yang ada bagi orang miskin untuk memberikan bantuan dengan segera.

Namun, banyak hal lain juga yang perlu dilakukan ketika implikasi penuh dari lockdown kemudian muncul. "Langkah-langkah langsung ini hanya dimaksudkan untuk menumpulkan efek jangka pendek terburuk dan tidak boleh dianggap sebagai stimulus," tambahnya.

Yang memperburuk keadaan, ekonomi India sendiri belum kuat dengan kemerosotan pertumbuhan dan meningkatnya pengangguran. Bahkan beberapa bisnis yang berkembang dengan baik di tempat lain di dunia mengalami hambatan begitu tiba di India.

(mdk/edl)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri

Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri

Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
India Robohkan Masjid Berusia 600 Tahun, Alasannya Mengada-ada

India Robohkan Masjid Berusia 600 Tahun, Alasannya Mengada-ada

Aksi ini dilakukan tak lama setelah PM Narendra Modi meresmikan kuil Hindu yang dibangun di atas reruntuhan Masjib Babri yang bersejarah.

Baca Selengkapnya
Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19

Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19

Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Terbunuhnya Mahatma Gandhi 30 Januari 1948, Berikut Sejarahnya

Terbunuhnya Mahatma Gandhi 30 Januari 1948, Berikut Sejarahnya

Mahatma Gandhi, lahir pada 2 Oktober 1869 di Porbandar, India, dikenal sebagai pemimpin revolusioner dan arsitek gerakan kemerdekaan India.

Baca Selengkapnya