Kisah Mbah Moedjair, Penemu Ikan Mujair yang Disegani Pejabat Belanda
Merdeka.com - Mbah Moedjair lahir di Desa Kuningan, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada tahun 1890. Pria bernama asli Iwan Muluk itu menikah dengan Partimah dan dikaruniai 7 orang anak. Namanya mencuat ke publik setelah ia menemukan ikan mujair yang kita kenal hingga hari ini.
Dikutip dari sains.me, Mbah Moedjair dulunya memiliki warung sate yang sangat populer di kalangan masyarakat Blitar. Namun, usaha satenya mengalami kerugian lantaran kebiasaan buruknya berjudi. Mbah Moedjair menjadi terpuruk karena kegagalan ini.
Di balik itu, ada kisah menarik dari sosok Mbah Moedjair ini.
Temukan Ikan Saat Jalani Tirakat
©2020 Merdeka.com/news.unair.ac.id
Di tengah keterpurukannya, Kepala Desa Papungan yang berada satau kecamatan dengan tempat tinggal Mbah Moedjair mengajaknya melakukan tirakat di Pantai Serang, yakni setiap tanggal 1 Suro dalam penanggalan Jawa. Di pantai inilah, Mbah Moedjair menemukan sekelompok ikan yang menarik perhatiannya.
Keunikan ikan tersebut ialah, bagaimana cara sang induk menyembunyikan anak-anaknya di mulut saat menghadapi ancaman bahaya. Ketertarikannya kepada ikan tersebut membuat Mbah Moedjair membawa beberapa ekor untuk dipelihara di rumahnya.
Lakukan Riset
©2020 Merdeka.com/Instagram @sorotandunia
Perbedaan habitat menyebabkan ikan-ikan yang dibawanya tidak bisa bertahan hidup di air tawar. Mbah Moedjair tak patah semangat, ia mulai melakukan riset dan bertekad bahwa nantinya ikan unik itu bisa hidup di habitat air tawar. Ia akhirnya berhasil mencampurkan air laut dan air tawar dengan komposisi tertentu yang adaptif bagi ikan laut tersebut.
Percobaannya yang berhasil merupakan percobaan ke-11 dengan 4 ekor ikan. Sebelumnya, dalam setiap percobaan, Mbah Moedjair harus pulang pergi ke Pantai Serang yang jaraknya 35 kilometer dari rumah tinggalnya. Ia berjalan kaki melintasi hutan selama dua hari untuk sekali perjalanan pulang dan pergi.
Berhasil Membudidayakan Ikan
©2014 merdeka.com/dwi narwoko
Jenis ikan baru yang dibudidayakan Mbah Moedjair membuat namanya lekas terkenal. Sebelumnya, ia hanya memiliki satu kolam yang kemudian berkembang menjadi tiga. Ikan hasil budidayanya dibagikan kepada para tetangga, selain dijual ke pasar dan dijajakan secara berkeliling dengan mengendarai sepeda kumbang.
Saat itu, kabar mengenai keberhasilan Mbah Moedjair membudidayakan ikan laut di air tawar menarik perhatian Asisten Residen yang berkedudukan di Kediri. Asisten Residen yang juga seorang peneliti itu kemudian melakukan penelitian mendalam tentang ikan spesies baru sekaligus mewawancarai Mbah Moedjair. Berdasar hasil penelitian dan literatur yang ada, diketahui bahwa spesies ikan yang dibudidayakan Mbah Moedjair berasal dari perairan laut Afrika.
Selanjutnya, sebagai bentuk penghargaan atas usahanya, Asisten Residen memberikan nama ikan spesies baru tersebut dengan nama penemunya, Moedjair atau Mujair. Setelah wawancara itu, Mbah Moedjair menerima sejumlah penghargaan dari berbagai pihak. Pasalnya ikan hasil temuannya banyak disukai orang bahkan mulai menarik perhatian dunia.
Penghargaan yang Diterima
©2020 Merdeka.com/sains.me
Beberapa penghargaan yang diterima Mbah Moedjair di antaranya dari Eksekutip Committee Indo Pasifik Fisheries Council pada tahun 1954. Sebelumnya, pada 17 Agustus 1952 ia menerima penghargaan dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Penemu ikan mujair ini meninggal pada 7 September 1957 lantaran penyakit asma yang dideritanya. Jasadnya dimakamkan di Kabupaten Blitar. Di batu nisan makamnya bertuliskan “MOEDJAIR, PENEMU IKAN MOEDJAIR” lengkap dengan ukiran ikan mujair.
(mdk/rka)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejarah Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa Sejak Tahun 1955
Mengetahui sejarah Pemilu di Indonesia dari masa ke masa sejak tahun 1955 sampai 2024.
Baca SelengkapnyaSejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Baca SelengkapnyaIntip Jalan-Jalan Ala Sang Jenderal Polri, Pose di Warung Telur Asin Hingga Naik Becak
Sejumlah tempat sederhana hingga menakjubkan dikunjunginya. Tak lupa, ada momen unik saat sang jenderal bersantai. Seperti apa?
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengunjungi Desa Bejijong Mojokerto, Merasakan Sensasi Kembali ke Masa Majapahit
Pesona sejarah, alam, dan budaya membuat wisatawan merasakan kemegahan masa lampau sekaligus keceriaan masa kini
Baca SelengkapnyaSejarah Kurug, Pakaian Jawa Kuno yang Sudah Ada di Abad ke-10
Dulu, busana ini memiliki makna yang digunakan hanya pada acara-acara formal. Namun, zaman telah berubah, kini telah melebur menjadi pakaian sahari-hari.
Baca SelengkapnyaSungai Meluap, Sembilan Kecamatan di Cirebon Tiga Hari Teredam Banjir
Sembilan Kecamatan di Kabupaten Cirebon terdampak banjir setelah hujan deras yang melanda kawasan itu.
Baca SelengkapnyaKalimat Tertua di Dunia Ditemukan Pada Sisir dari Gading Binatang, Isi Tulisannya Kocak
Kalimat tertua di dunia yang ditulis menggunakan abjad pertama berhasil ditemukan pada sebuah sisir yang terbuat dari gading binatang.
Baca SelengkapnyaTempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku
Simak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.
Baca SelengkapnyaSosok Nyai Hamdanah Kudus, Ziarah ke Makamnya Dipercaya Cepat Dapat Jodoh
Kiai Maimoen Zubair alias Mbah Moen menuturkan barang siapa ingin enteng jodoh, maka berziarahlah ke makam Nyai Hamdanah.
Baca Selengkapnya