Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Wayang Potehi, Pertunjukan Boneka Akulturasi Budaya Tionghoa dan Jawa

Mengenal Wayang Potehi, Pertunjukan Boneka Akulturasi Budaya Tionghoa dan Jawa Wayang Potehi. ©2017 Merdeka.com/darmadi sasongko

Merdeka.com - Keberadaan masyarakat Tionghoa telah dikenal sejak dahulu kala di Indonesia. Bahkan kebudayaan yang mereka bawa dari negeri asal telah membaur dengan kebudayaan asli tanah air.

Begitu pula dengan kebudayaan wayang yang asli tanah air telah berakulturasi dengan budaya Tionghoa, salah satu bentuknya adalah Wayang Potehi.

Dilansir dari Kemdikbud.go.id, Wayang Potehi adalah sebuah pertunjukan boneka semacam wayang golek yang dimainkan di atas panggung. Cerita pada wayang ini lebih banyak mengangkat kisah klasik China.

Kini pertunjukan Wayang Potehi sering dimainkan pada saat acara-acara kebudayaan, seperti yang ditampilkan pada saat Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta pada Sabtu (4/2) lalu.

Sejarah Kemunculan Wayang Potehi

wayang potehi

©Instagram/@pekanbudayationghoayogyakarta

Dilansir dari laman Indonesiakaya.com, Wayang Potehi pada awalnya diciptakan oleh lima terpidana mati yang sedang menunggu hari eksekusi. Demi menghilangkan kesedihan, mereka membuat boneka dari kain dan memainkannya dengan iringan musik seadanya.

Keberadaan pertunjukan ini sampai ke telinga raja. Mereka diundang raja untuk mementaskan pertunjukan wayang boneka itu di hadapannya. Karena sukses menghibur raja, mereka dibebaskan dari hukuman mati.

Kesenian wayang ini kemudian dibawa oleh imigran Tiongkok ke Nusantara pada abad ke-16 dan menyebar di berbagai kota di Pulau Jawa. Kesenian ini pun berkembang di sekitar kelenteng, terutama kelenteng-kelenteng yang berada di pesisir utara Pulau Jawa pada waktu itu.

Populer di Semarang

wayang potehi

©Instagram/@pekanbudayationghoayogyakarta

Wayang Potehi pernah berjaya di Kota Semarang, Jawa Tengah. Walaupun bukan asli Semarang, namun keberadaan wayang itu pernah mengukir sejarah seni pertunjukan di kota itu.

Pada waktu itu, Wayang Potehi dimainkan oleh satu tim yang terdiri dari lima orang dengan rincian tiga pemain musik, satu orang dalang, dan satu asisten.

Dua orang pemain musik memainkan alat musik tradisional seperti gembreng, kecer, simbal, rebab, terompet, chen puah, tambur, dan piak kou. Lakon yang dibawakan pada awalnya mengambil dari kisah klasik dari Negeri Tiongkok. Namun semakin ke sini lakonnya juga diambil dari cerita populer seperti novel Se Yu dengan tokoh Kera Sakti.

Namun kejayaan wayang ini sirna karena dilarang oleh pemerintah Orde Baru. Kini, jenis wayang itu perlahan-lahan kembali muncul dan dipentaskan dalam beberapa acara budaya Tionghoa.

Dimainkan di Pekan Budaya Tionghoa

wayang potehi

©Instagram/@pekanbudayationghoayogyakarta

Keberadaan Wayang Potehi kembali bergeliat seiring keruntuhan Orde Baru dan perkembangan Era Reformasi. Salah satu grup Wayang Potehi asal Jombang, Jawa Timur, turut memeriahkan acara Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta pada Sabtu (4/2) kemarin.

Sebelumnya, pementasan Wayang Potehi juga dilakukan di Malang pada Kamis (26/1) lalu. Saat itu, Dalang Widodo Santoso membawakan lakon Sie Jin Kwie di Klenteng Eng An Kiong. Sie Jin Kwie sendiri merupakan prajurit Tiongkok yang hidup di era Dinasti Tang di abad ke-7 Masehi.

(mdk/shr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenal Uniknya Wayang Golek Betawi, Bisa Menangis hingga Mengeluarkan Darah Mirip Manusia

Mengenal Uniknya Wayang Golek Betawi, Bisa Menangis hingga Mengeluarkan Darah Mirip Manusia

Wayang khas Betawi ini unik. Bisa mengeluarkan air mata bahkan sampai darah.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tari Selapanan, Kesenian Tradisional dari Keratuan Darah Putih Asal Provinsi Lampung

Mengenal Tari Selapanan, Kesenian Tradisional dari Keratuan Darah Putih Asal Provinsi Lampung

Kesenian tradisional dari Provinsi Lampung ini biasanya dibawakan ketika acara-acara besar di Keratuan Darah Putih.

Baca Selengkapnya
Arti Bunyi Tokek Menurut Jumlahnya, Bisa Pertanda Baik dan Buruk

Arti Bunyi Tokek Menurut Jumlahnya, Bisa Pertanda Baik dan Buruk

Arti bunyi tokek sering kali dianggap memiliki makna khusus dalam berbagai kepercayaan dan budaya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengenal Ngidang-Ngobeng, Tradisi Memuliakan Tamu ala Orang Palembang

Mengenal Ngidang-Ngobeng, Tradisi Memuliakan Tamu ala Orang Palembang

Adab menghormati serta memuliakan tamu itu sudah melekat pada diri orang di Indonesia, mereka dianggap sebagai 'raja'.

Baca Selengkapnya
50 Contoh Pantun Lucu yang Menghibur, Cocok untuk Cairkan Suasana Saat Berkumpul

50 Contoh Pantun Lucu yang Menghibur, Cocok untuk Cairkan Suasana Saat Berkumpul

Berikut contoh pantun lucu yang menghibur dan cocok untuk mencairkan suasana saat berkumpul.

Baca Selengkapnya
30 Pantun Palang Pintu Lucu, Bikin Senyum Mengembang

30 Pantun Palang Pintu Lucu, Bikin Senyum Mengembang

Pantun palang pintu Betawi adalah salah satu bentuk seni tradisional masyarakat Betawi yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri.

Baca Selengkapnya
Mengintip Proses Pembuatan Tempat Gamelan di Bali, Perajinnya Bukan Orang Sembarangan

Mengintip Proses Pembuatan Tempat Gamelan di Bali, Perajinnya Bukan Orang Sembarangan

Kerajinan tempat gamelan tak banyak disorot, padahal hanya orang-orang tertentu yang bisa membuatnya

Baca Selengkapnya
Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan

Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan

Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sekura, Tradisi Masyarakat Lampung Rayakan Lebaran dengan Sukacita

Mengenal Sekura, Tradisi Masyarakat Lampung Rayakan Lebaran dengan Sukacita

Topeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.

Baca Selengkapnya