Kisah Pengembaraan Louw Djing Tie, Sang Pendekar Kungfu Tanah Jawa
Merdeka.com - Di pusat Kota Parakan, sebuah kota kecil di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, terdapat sebuah rumah tua yang besar. Di halaman rumah itu, tergantung sebuah sansak yang terlihat “memar” di banyak bagiannya.
Memasuki ke bagian dalam, terdapat berbagai macam senjata seperti toya, golok, tombak, dan trisula. Tak jauh dari dinding tempat senjata-senjata itu dipajang, terpampang foto seorang laki-laki tua dengan baju dan topi baret tua yang tak lain adalah pemilik senjata itu. Dia adalah Louw Djing Tie, seorang pendekar kungfu asal negeri Tiongkok yang mengembara ke Tanah Jawa pada abad ke-19.
Di Tanah Jawa, dia menjadi pendekar yang cukup disegani dan mendirikan sebuah perguruan kungfu. Lantas bagaimana sepak terjang Louw Djing Tie sebagai pendekar kungfu Tanah Jawa?
Berikut selengkapnya:
Bocah Nakal
©Wikipedia.org
Dikutip dari Hiomerah.com, Louw Djing Tie lahir di Kota Haiting, Provinsi Hokkian, Tiongkok pada tahun 1855. Sejak kecil, Djing Tie sudah dikenal sebagai anak yang keras dan pemberani. Hampir tiap hari dia terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya.
Beranjak dewasa, ia mulai berlatih kungfu pada salah satu perguruan di desanya. Setelah kedua orang tuanya meninggal, ia dikirim ke Biara Shaolin di Songshan. Di perguruan inilah, kemampuan kungfu Djing Tie menjadi luar biasa. Bahkan ia sanggup mengalahkan dan membunuh seekor macan.
Merasa masih kurang ilmunya, ia kemudian berguru pada Biauw Tjin, seorang bhikku yang tinggal di Bukit Kouwshan. Dari sang guru, ia diajari cara menggunakan tenaga dalam dan tenaga luar. Ia juga belajar cara menggunakan benda-benda di sekitar menjadi senjata rahasia yang mematikan seperti melempar uang dan jangka, meniup jarum dan kacang hijau hingga menancap di sasaran, hingga tipu muslihat menggunakan selendang.
Kedatangan di Tanah Jawa
©hiomerah.com
Karena suatu perbuatan hukum, Djing Tie melarikan diri dari Tiongkok ke Singapura. Di sana ia tinggal di sebuah toko dan mengajari kungfu para pegawai toko. Hanya beberapa bulan tinggal di Singapura, ia memutuskan untuk pergi ke Jawa. Di pulau Jawa ia menyambung hidup dengan cara berdagang mulai dari Batavia, Semarang, hingga pindah ke Kendal, dan akhirnya ke Ambarawa.
Di Ambarawa, Djing Tie mendirikan perguruan kungfu secara diam-diam. Saat itu, pemerintah kolonial melarang adanya perguruan bela diri. Di Ambarawa, dia sempat terlibat pertarungan dengan belasan serdadu yang berhasil ia kalahkan dengan tangan kosong.
Dari Ambarawa, ia pindah ke Wonosobo, lalu pindah ke Parakan. Selama masa-masa itu, ia sering kali terlibat pertarungan dengan para jagoan bela diri asal Tionghoa lainnya. Di Parakan misalnya, ia ditantang seorang guru kungfu yang disegani, The Soei, yang dikenal sangat kuat, memiliki tubuh tinggi besar, dan tenaga dalam yang hebat.
Pertarungan Dua Jagoan Kungfu
©hiomerah.com
Dilansir dari Hiomerah.com, Djing Tie menerima tantangan The Soei. Dalam pertarungan itu, mereka sepakat tidak menggunakan senjata tajam untuk menghindari diri dari cedera. Mereka pun menggunakan kuas yang ujungnya diberi tinta untuk menandakan bagian tubuh mana saja yang berhasil diserang.
Kedua jagoan kungfu ini saling menyerang dengan sangat cepat. Beberapa kali ujung kuas Djing Tie berhasil mengenai daerah berbahaya di tubuh The Soei. Namun demi menjaga harga diri The Soei, Djing Tie sengaja tidak membuat tanda tinta di tubuh musuhnya. Justru ia membiarkan The Soei membuat tanda tinta di tubuhnya.
Soei yang merasakan sendiri keahlian kungfu Djing Tie kagum terhadap kerendahan hatinya. Pertandingan dinyatakan imbang. Namun The Soei menjadi sangat hormat pada kehebatan Louw Djing Tie.
Membuka Perguruan Kungfu
©hiomerah.com
Di Kota Parakan, Djing Tie membuka sebuah perguruan kungfu bernama Garuda Mas. Banyak orang yang berbondong-bondong tertarik menjadi muridnya. Namun sepeninggal Djing Tie, perguruan itu bubar.
Dikutip dari Sahabatsilat.com, Louw Djing Tie meninggal pada tahun 1921 di usianya yang ke-66 tahun. Meskipun perguruannya yang di Parakan bubar, namun murid-murid Djing Tie tersebar di seluruh Jawa dan mendirikan perguruan kungfu-nya sendiri-sendiri, salah satunya Perguruan Kungfu Garuda Emas Semarang yang ketuanya masih keturunan Louw Djing Tie.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi memadukan dasi kuning dengan jas serta celana bewarna biru gelap dan kemeja putih.
Baca SelengkapnyaKasus kekerasan diduga melibatkan dua perguruan silat kembali terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaLontong Cap Go Meh juga menjadi lambang kebersamaan dan kemakmuran bagi masyarakat Tionghoa.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Usai menerima sabuk hitam dan dilakukan penyematan, Kasal memberikan pesan menarik dalam sambutannya.
Baca SelengkapnyaTari Dulang, kesenian tradisional penuh makna warisan dari Kesultanan Langkat.
Baca SelengkapnyaFakta Seputar Golongan Darah Tipe P yang Ditemukan di Tiongkok, China
Baca Selengkapnya"Korban ditemukan tewas dengan banyak luka. Diduga akibat pembunuhan," ungkap Kasi Humas Polres OKU Iptu Ibnu Holdon
Baca SelengkapnyaBelasan Pelajar Pelaku Tawuran di Tangerang Ditangkap Polisi, Celurit hingga Pedang Disita
Baca SelengkapnyaJaka Sembung jadi tokoh fiksi yang berasal dari Indramayu Jawa Barat. Intip fakta menariknya.
Baca Selengkapnya