Berawal dari Kematian Seekor Kuda, Ini Sejarah Berdirinya Desa Gerabah Kasongan
Merdeka.com - Di pinggiran Kota Yogyakarta, tepatnya di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul, terdapat desa wisata bersejarah yang cukup dikenal di kalangan wisatawan. Namanya Desa Wisata Gerabah Kasongan.
Sudah sejak lama desa itu menjadi sentra kerajinan gerabah di Yogyakarta. Berbagai macam barang olahan gerabah banyak dihasilkan para penduduknya mulai dari piring, kuali, kendi, guci, pot pigura, mainan anak, hingga karya-karya lainnya.
Berjarak hanya sekitar 7 km dari pusat Kota Jogja, Desa Wisata Kasongan mudah dijangkau wisatawan. Tak hanya membeli kerajinan, bahkan beberapa galeri gerabah menawarkan kursus singkat pembuatan gerabah bagi para wisatawan yang berminat.
Karena profesi para penduduknya sebagai pembuat gerabah, desa ini sangat berbeda dengan desa-desa di sekitarnya yang kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai petani. Lalu bagaimana sejarahnya desa Kasongan menjadi pusat kerajinan gerabah? Berikut selengkapnya:
Berawal dari Kematian Seekor Kuda
©Visitjogja.com
Dilansir dari Visitingjogja.com, sejarah kemunculan kerajinan gerabah di Desa Kasongan berawal dari matinya seekor kuda milik reserse Belanda di tanah milik seorang warga. Karena takut dijatuhi hukuman oleh pemerintah Belanda saat itu, pemilik tanah merelakan kepemilikan atas tanahnya. Aksinya itu juga diikuti oleh beberapa warga lainnya.
Akhirnya, kepemilikan tanah itu diambil alih oleh warga desa lain. Penduduk yang tanahnya telah direlakan itu kemudian memulai kegiatan baru dengan mengolah tanah liat menjadi mainan dan peralatan dapur.
Menjadi Sentra Gerabah
©2021 Brilio.net
Dilansir dari Isi.ac.id, kegiatan pembuatan seni kerajinan gerabah di Kasongan sudah terjadi sejak Perang Diponegoro (1825-1830). Saat itu mereka telah banyak membuat barang-barang gerabah untuk keperluan mereka sehari-hari seperti kuali, pengaron, kendil, anglo, cowek, dan sebagainya. Pada akhirnya, pengolahan gerabah berkembang menjadi pembuatan cinderamata yang memenuhi kebutuhan wisatawan.
Dimulai dengan desain yang sederhana, produk gerabah di Kasongan kemudian menjadi ciri khas daerah setempat. Seiring berjalannya waktu, desa itu mampu menghasilkan gerabah berkualitas ekspor. Hasil buah tangan warga sana telah banyak yang berhasil menembus pasar dunia hingga Eropa dan Amerika.
Mengalami Kemajuan Cukup Pesat
©2021 Brilio.net
Sejak tahun 1971-1972, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Sapto Hudoyo, seorang seniman besar Yogyakarta, membantu mengembangkan desa wisata itu dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan sentuhan seni dan komersial bagi desain kerajinan gerabah. Hal itulah yang membuat gerabah yang dihasilkan tak lagi monoton, tetap dapat memberikan nilai seni dan ekonomi yang tinggi.
Kini, produk Desa Wisata Kasongan berkembang meliputi bunga tiruan, daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan, dan masih banyak lagi. Tak hanya jualan gerabah, tempat itupun menjadi sentra wisata edukasi. Di sana, para wisatawan yang datang berkunjung dapat langsung belajar bagaimana caranya membuat gerabah dengan baik dan benar.
Desa Kasongan di Masa Pandemi
©2021 Brilio.net
Memasuki masa pandemi, banyak sektor usaha mengalami krisis tak terkecuali bagi para pengrajin gerabah di Desa Kasongan. Oleh karena itu, mereka memutar otak agar bagaimana caranya produk kerajinan mereka tetap laku di pasaran.
Akhirnya banyak dari para pengrajin di Kasongan yang membuat desain padasan dan wastafel sebagai sarana mencuci tangan. Tak hanya itu, jenis produk yang justru meningkat saat pandemi ini adalah pot kaktus. Dengan ukuran 15-30 cm, pot itu dijual dengan harga bervariasi tergantung ornamennya mulai dari harga Rp20 ribu hingga Rp60 ribu.
“Peningkatannya mungkin karena sekarang banyak orang bekerja di rumah, jadi banyak orang yang mengisi kesibukannya dengan bercocok tanam. Sampai Bulan November 2020 ini peningkatan untuk pot masih tinggi,” kata Dicky Bisma Saputra, salah satu pengrajin gerabah Kasongan, dikutip Merdeka.com dari Brilio.net pada Rabu (19/5).
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
7 Kota Wisata di Indonesia yang Paling Populer, Indah dan Memesona
Indonesia dengan keanekaragaman budaya, alam, dan sejarahnya, menawarkan keindahan wisata yang memukau bagi para pengunjung.
Baca SelengkapnyaMenyusuri Jembatan Kudung Kendeng Lembu Banyuwangi, Jembatan Kayu Berusia 110 Tahun yang Masih Berdiri Kokoh
Jembatan ini banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara karena keunikannya.
Baca SelengkapnyaGanjar Akan Tularkan Potensi Wisata Desa Klaten ke Tingkat Nasional
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Rabu (27/12) mengunjungi obyek wisata Kolam Renang Umbul Cokro di Jurang Jero, Desa Daleman, Tulung, Klaten, Jawa Tengah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Izin Acara Dicabut H-1, Anies Baswedan: Kita Tetap Semangat, Namanya Juga 'Desak Anies', Nyari Tempatnya Didesak
Sedianya akan digelar di Museum Diponegoro Sasana Wiratama, Jalan Hos Cokroaminoto Tegelrejo Yogyakarta
Baca SelengkapnyaWisata Pakuhaji Bandung, Destinasi Berkuda yang Menarik Dicoba
Wisata Pakuhaji cocok untuk didatangi oleh Anda yang sedang ingin belajar berkuda.
Baca SelengkapnyaDisebut Jadi Cikal Bakalnya Kabupaten Purbalingga, Ini Fakta Unik Desa Wisata Onje
Desa Wisata Onje menyimpan potensi wisata dari sejarah hingga alam
Baca Selengkapnya5 Wisata Kuliner Balikpapan yang Enak dan Menggugah Selera, Wajib Dicoba
Selain terkenal dengan pesona pantainya yang menawan, Balikpapan juga mempunyai aneka kuliner khas yang lezat dan menggugah selera.
Baca SelengkapnyaDoyam Gerigu Ikon Baru Desa Semuntai
Begitu banyak potensi wisata yang dapat dikunjungi dan dinikmati di Kabupaten Paser. Salah satunya Doyam Gerigu, Desa Semuntai, Kecamatan Long Ikis.
Baca SelengkapnyaMengunjungi Wisata Danau Kalpataru di Tangerang, Berkonsep Alam dan Ada di Tengah Perumahan
Menaiki perahu kano jadi daya tarik unik di perumahan ini.
Baca Selengkapnya