Merdeka.com - Banyak kisah ditulis dalam buku Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta (PLBJ), salah satunya ada istilah pembunuh bayaran. Buku terbitan Erlangga itu diperuntukkan kelas 5 sekolah dasar (SD).

Buku itu berisi tentang cerita rakyat Betawi 'Murtado Macan Kemayoran'. Murtado adalah seorang jawara di Kemayoran, tetapi rendah hati.

Murtado dikisahkan seorang yang jago silat. Dia juga terkenal membela masyarakat lemah. Karena sikapnya, Murtado dimusuhi oleh Mandor Bacan.

Mandor Bacan ini diceritakan sebagai orang jahat. Ia sering menyakiti dan memeras petani. Suatu ketika, tingkah Mandor Bacan ketahuan oleh Murtado. Dia langsung menegur "Jangan melakukan seperti itu," kata Murtado.

Mendengar teguran Murtado, Mandor Bacan sakit hati. Ia langsung menantang berkelahi. Tetapi sang mandor akhirnya kalah.

Murtado juga pernah menggagalkan penculikan seorang perempuan yang dilakukan oleh Mandor Bacan.

Sikap Murtado inilah yang membuat Mandor Bacan geram dan marah besar. Ia akhirnya menyewa pembunuh bayaran.

Untungnya, Murtado punya firasat saat hendak dibunuh pada malam hari. Saat didatangi oleh ketiga pembunuh bayaran di rumahnya, Murtado langsung bergegas mematikan lampu. Dengan cekatan, ketiga pembunuh itu dihabisi dalam kegelapan. Mereka kalah semua.

Singkat cerita, Murtado terkenal menjadi jawara di Kemayoran. Bahkan, pada akhirnya Mandor Bacan meminta bantuan kepada Murtado untuk menumpas perampokan yang marak di Kemayoran.