PRJ dan kerak telor, sejoli yang tak terpisahkan
Merdeka.com - Sejak event Pekan Raya Jakarta (PRJ) digelar pada tahun 1968, panganan khas Betawi, kerak telor, tak pernah absen. Bahkan saat pagelaran ke-45 tahun ini, makanan berbahan dasar telor dan beras ketan tersebut masih tetap ada di sela deretan stan makanan cepat saji.
Jujuk, salah satu penjual kerak telor di area Kemayoran, mengaku senang jika perayaan PRJ datang. Sebab selama PRJ, bisa dipastikan dagangan dia terjual habis.
"Saya tiap hari jualan kerak telor di sini, tetapi kalau lagi PRJ gini, pasti omzet saya naik Mas," kata Jujuk penuh semangat saat berbincang santai dengan merdeka.com, Minggu (24/6).
Selama satu bulan perayaan PRJ, Jujuk selalu menyambut sore hari dengan senyum lebar dan harapan besar. Dengan gerobak pinggul, dia berjalan memikul dagangannya menuju PRJ.
Bersama kawan-kawannya sesama pedagang kerak telor, Jujuk sangat bersemangat menyambut pengunjung yang membeli kerak telor buatannya. Sudah enam tahun dia berjualan kerak telor.
Namun di balik semangatnya menjual makanan khas Betawi ini, ternyata lokasi biasa dia berjualan tidak cuma-cuma. Jujuk harus menyetor uang sewa ke pihak pengelola. Bahkan selama perayaan PRJ, Jujuk harus rela membayar Rp 500.000 untuk bisa berdagang penuh selama sebulan.
"Ya untuk uang keamanan dan sewa tempat, saya harus ngasih ke pihak pengelola dan ormas daerah juga bahkan," keluh Jujuk.
Dia tidak sendirian. Perlakuan yang sama juga terjadi kepada teman-temannya. Namun rezeki tidak kemana. Meskipun harus membayar uang sewa dan keamanan, Jujuk mengaku ikhlas. Bahkan omzet sebagai penjual kerak telor, mampu mencukupi kebutuhan keluarganya.
Tidak kurang setiap harinya, empat kilogram telor ayam dan bebek habis dia jual. Dengan mematok harga per porsinya Rp 15.000 untuk kerak telor ayam dan Rp 20.000 untuk telor bebek, Jujuk selalu pulang dengan sumringah.
"Ya nikmatin dan syukuri aja," katanya tersenyum.
Berbeda dengan penjual kerak telor di luar area PRJ seperti Jujuk, tarif sewa tempat dan keamanan untuk penjual kerak telor di dalam area PRJ jauh lebih tinggi.
Untuk satu bulan penuh, para penjual kerak telor di dalam area PRJ dapat dikenakan pajak sampai Rp 3,5 juta. Dengan konsekuensi, harga seporsi kerak telor juga lebih mahal.
"Kalau Mas beli di dalam, bisa jadi untuk kerak telor harganya bisa mencapai dua kali lipat. Di dalam gede pajaknya," terangnya.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Besok, Jokowi Berikan Prabowo Kenaikan Pangkat Kehormatan Jadi Jenderal Bintang 4
Prabowo sendiri pensiun dari TNI dengan pangkat Letnan Jenderal atau bintang tiga.
Baca SelengkapnyaAkibat Ketemuan dengan Sang Pujaan Hati, Prajurit TNI AD Ini Mengaku Baru Dua Kali ke Jakarta
Seorang Prajurit TNI AD asal Biak Provinsi Papua mengaku baru dua kali menginjakkan Kakinya ke Ibu Kota Jakarta.
Baca SelengkapnyaJajaran Jenderal Bintang Tiga & Dua Polisi Kuliner Malam, Lahap Makan Pecel Pakai Tangan
Singgah di warung tenda pecel, sang jenderal menikmati hidangan dengan lahap.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jenderal Bintang Tiga Ini Ungkap Sosok Sersan Asal Papua yang Berani Bentak Dirinya
Cerita Prabowo Subianto saat masih menjadi Danjen Kopassus dan memimpin operasi penting di Papua.
Baca SelengkapnyaArus Balik Lebaran Malam Ini, Pemudik ke Jakarta Menyemut di Pantura hingga Arteri Karawang
Rata-rata titik kemacetan terjadi di titik menjelang dan setelah SPBU.
Baca SelengkapnyaPolisi Belum Kembalikan Berkas Perkara Firli, Begini Respons Kejati
Kejati DKI Jakarta memastikan tidak ada konsekuensi apapun, jika polisi belum selesai melengkapi petunjuk JPU meski melewati tenggat waktu.
Baca SelengkapnyaWarga Jakarta Mulai Padati Kawasan Bundaran HI jelang Perayaan Tahun Baru
Pemprov DKI Jakarta bakal menggelar perayaan malam tahun baru menuju 2024 di kawasan Bundaran HI
Baca SelengkapnyaPenampakan Tebalnya Berkas Perkara Firli Bahuri Tersangka Kasus Pemerasan SYL
berkas atas nama tersangka Firli Bahuri telah dikirimkan ke JPU Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta
Baca Selengkapnya