Merdeka.com - Petugas kereta api di Stasiun Karet melepaskan pria yang memamerkan alat kelaminnya di atas KRL Commuter Line Bogor-Tanahabang. Komunitas KRLmania menyayangkan lemahnya penegakan hukum pada pelaku pelecehan seksual.

"Setelah ditahan biasanya cuma dilepas. Petugas juga bingung mau diapain. Seharusnya ada aturan hukumnya jika menghadapi yang seperti ini," ujar koordinator KRLmania Nurcahyo kepada merdeka.com, Selasa (10/7).

Nurcahyo juga berharap petugas KRL sudah dibekali SOP (standard operating procedure) jika menghadapi kasus pelecehan seksual. Takutnya kasus yang berulang membuat orang-orang enggan naik KRL.

Permasalahan soal pelecehan seksual di atas kendaraan umum bukan hanya lemahnya penegakan hukum. Korban juga enggan melapor karena malu.

"Saya malu mau lapor," ujar Tiwi, seorang pengguna KRL yang pernah mengalami pelecehan.

Seorang pria yang diamankan karena mengeluarkan alat kelaminnya dan memamerkannya pada penumpang KRL akhirnya dilepaskan. Petugas kesulitan memproses pelaku karena minimnya saksi.

Setelah kejadian itu, pelaku dan seorang korban dibawa ke Stasiun Karet. Dihadapan petugas keduanya sempat gontok-gontokan, petugas tak bisa berbuat banyak karena tak ada saksi lain.

"Korban ngerasa dilecehkan, sedangkan prianya bersikeras enggak melakukan," ujar Petugas Stasiun Karet, Husni Mubarak kepada merdeka.com, Selasa (10/7).