Merdeka.com - Puluhan warga bantaran Waduk Pluit menolak direlokasi terkait proyek normalisasi yang tengah dikerjakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Berbagai aksi mereka lakukan sebagai wujud penolakan.

Warga berjanji tak akan pindah dan tetap mempertahankan tempat tinggalnya. Saat ini suasana di sana sangat tegang. Warga juga terlihat tak nyaman jika melihat ada seseorang yang dikenal datang ke tempat mereka. Meski demikian, untuk mencegah situasi yang tak diinginkan, puluhan personel Brimob terlihat berjaga di lokasi.

Pantauan merdeka.com sore ini, Selasa (14/5), puluhan Brimob itu berjaga di dua tenda. Selain Brimob, terlihat juga personel Satpol PP. Kedua satuan ini membawa senjata lengkap. Tak hanya personel pria, ada juga yang wanita.

Di sudut lain Waduk Pluit, empat alat berat jenis backhoe terus bekerja membersihkan dan mengeruk sungai.

Menurut penuturan seorang penduduk setempat, saat eksekusi dilakukan beberapa warga coba berusaha menghentikan. Tak hanya itu, seorang wanita sampai nekat bertelanjang dada sebagai bentuk protesnya terhadap rencana penggusuran itu.

Warga juga kerap adu mulut dengan petugas yang berjaga. "Sudah hentikan alatnya, nanti abis bongkar sebelah sini, bisa pindah ke belakang (Kebon Tebu). Kita ini Negara Pluit," ujar perempuan berumur sekitar 35 tahun itu, di lokasi Waduk Pluit, Jakarta, Selasa (14/5).

Mendengar teriakan itu, salah satu petugas Brimob coba memberi peringatan. "Ini Negara Indonesia bukan Negara Pluit, kami punya rekamannya Anda bisa saya tangkap," ancam anggota itu.

Setelah adu mulut itu, warga akhirnya meninggalkan lokasi.

Kericuhan demi kericuhan terus terjadi sejak pemukiman ilegal dinyatakan harus dibongkar. Mereka tak segan melempari alat berat dengan batu ataupun meneriaki petugas dengan kata-kata kasar.

Sekadar diketahui, mereka yang bertahan persis berada di kompleks Pantai Mutiara. Di kompleks itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, memiliki rumah pribadi.