Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Semarang Memanas, Bambang Soeprapto dan Polisi Istimewa Turun Tangan

Semarang Memanas, Bambang Soeprapto dan Polisi Istimewa Turun Tangan Bambu runcing. ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Kendati awalnya memilih untuk melakukan pendekatan persuasif, militer Jepang pada akhirnya menolak menyerah kepada para pejuang Indonesia. Polisi Istimewa pun disiagakan.

Penulis: Hendi Jo

Dua belas hari setelah Kompol II Raden Mas Bambang Soeprapto Dipokoesoem memimpin aksi pelucutan senjata tentara Jepang di Kembang Paes, giliran Seno Soeharjo dan anak buahnya yang mengincar markas Kenpeitai (Polisi Militer Jepang). Kepala Sementara Pusat Kepolisian Keresidenan Semarang itu mendesak agar Sersan Tanak menyerahkan senjata pasukannya kepada pihak Polisi Istimewa.

Tanaka yang sudah tidak bergairah lagi untuk bertempur, menyetujui permintaan Seno. Namun, lantaran merasa tidak berwenang, dia melaporkan soal tersebut kepada atasannya yang bernama Kapten Wada. Sang kapten lantas melakukan pendekatan persuasif. Dia meminta Seno untuk memahami posisinya.

"Apabila pihak Indonesia memaksa, saya tidak akan melawan. Namun saya bersama anak buah akan melakukan seppuku (aksi bunuh diri demi kehormatan). Apakah kalian sanggup merawat jenazah kami?" ujar Kapten Wada seperti termaktub dalam buku Atim Supumo dkk, Brimob: Dulu, Kini dan Besok.

Seno yang saat itu didampingi Winarno dan Bambang Soeprapto, pada akhirnya tidak memaksakan kehendaknya kepada Kapten Wada. Karena didekati secara terhormat dan ramah, dia bisa memahami alasan sang kapten.

Tetapi beberapa hari kemudian, tersiar berita jika Kenpeitai telah menangkap Ibnu Parna, tokoh pemuda Semarang dari Angkatan Moeda Repoeblik Indonesia (AMRI).

Tidak cukup itu, mereka pun melakukan aksi penurunan bendera Merah Putih di Kantor Keuangan. Situasi kembali memanas. Di jalan-jalan, sering terjadi aksi perampasan senjata dan mobil tentara Jepang oleh para pemuda.

"Guna meredakan situasi panas itu, Residen Semarang Mr. Wongsonegoro mengeluarkan maklumat pada 4 Oktober 1945. Isinya, menyerukan kepada penduduk Semarang agar memegang teguh disiplin," demikian berita yang dilansir oleh koran Warta Indonesia edisi 5 Oktober 1945.

Belum beberapa jam maklumat itu keluar, sekelompok anggota AMRI dan sejumlah anggota Polisi Istimewa menggeruduk tempat penyimpanan senjata dan amunisi militer Jepang di sebuah gua dekat Kambangan. Semua hasil rampasan itu lantas diangkut ke Semarang dan dibagikan kepada para pejuang Indonesia.

Dengan modal senjata-senjata tersebut, para pemuda Semarang dan Polisi Istimewa menggeruduk Markas Kidobutai di Jatingaleh pada 7 Oktober 1945. Mereka menuntut Kidobutai untuk menyerahkan senjata bekas perlengkapan PETA. Berlangsunglah perundingan alot yang melibatkan Kapten Wada dengan wakil dari pihak pejuang Indonesia: Mr.Wongsonegoro, Winarno dan Komandan BKR, Soetrisno Soedomo.

Polisi Menyusup

Pada saat perundingan berlangsung, situasi panas meliputi sekitar tangsi Kidobutai. Ribuan pemuda bersenjata bambu runcing dan senjata-senjata tajam lainnya terlihat mulai beringas. Dalam situasi seperti itu, diam-diam Bambang Soeprapto mengerahkan satu seksi anak buahnya yang berpakaian preman namun dilengkapi senjata api.

"Mereka menyusup dalam lautan massa," ungkap Atim Supomo dkk.

Pada akhirnya disepakatilah sebuah kompromi: Kidobutai bersedia memberikan 160 pucuk senapan bekas anggota PETA kepada para pejuang Indonesia. Selanjutnya, senjata-senjata itu diangkut keluar dengan menggunakan sebuah truk.

Dalam kesempatan itu, Mayor Kido menyatakan apabila para pejuang Indonesia menghendaki semua senjata yang ada, maka mereka harus meminta izin dulu kepada Mayor Jenderal Nakamura, Komandan Militer Jepang di Jawa Tengah yang berkedudukan di Magelang.

Para pimpinan pejuang lantas meminta Mayor Kido untuk menelepon langsung Nakamura. Begitu tersambung, alih-alih diizinkan, Nakamura malah memberikan jawaban agar menunggu sampai akhir Oktober. Pihak Indonesia bisa menerima jawaban tersebut. Mereka lantas mundur satu persatu dan membubarkan pengepungan tersebut.

Menjelang sore hari, pihak Kenpeitai menerima telepon jika Pangkalan Udara Kali Banteng telah dikepung oleh BKR, Polisi Istimewa dan laskar-laskar perjuangan. Mereka meminta pihak tentara Jepang yang menjaga pangkalan udara itu untuk menyerah tanpa syarat.

"Tapi lagi-lagi pengepungan itu bisa dibubarkan dengan pendekatan persuasif," ungkap sejarawan Moehkardi.

rm bambang soeprapto dipokoesoemo bapak polisi yang terlupakan

koleksi Haryono Eddyarto©2022 Merdeka.com

Tentara Jepang Bersiap Perang

Enam hari kemudian, situasi Semarang kembali menjadi panas. Para pejuang Indonesia merasa tidak sabar dengan janji-janji yang dilontarkan oleh para pejabat militer Jepang. Terlebih ada tersiar kabar bahwa senjata-senjata yang diberikan Kido Butai ternyata barang rongsokan yang tak bisa digunakan lagi.

Selain itu ada isu yang bertiup kencang jika Mayor Jenderal Nakamura akan melanggar janji. Dia lebih senang mempertahankan senjata-senjata itu untuk modal mengamankan pemindahan para tawanan orang-orang Eropa dari kamp-kamp di Magelang dan Ambarawa ke Semarang.

Situasi genting itu menyebabkan Bambang Soeprapto memerintahkan pasukannya yang semula bermarkas di Jalan Bojong Belakang No.2 dibagi menjadi beberapa bagian. Sebagian menempati bekas markas Kenpeitai dan sebagian lagi menempati kampus Sekolah Tamansiswa dan gedung sebelah kanan bioskop Grand.

Bambang Soeprapto juga memerintahkan masing-masing satu regu Polisi Istimewa untuk menjaga Lapangan Terbang Kali Banteng, Penjara Bulu dan kediaman Mr. Wongsonegoro yang telah diangkat sebagai gubernur Jawa Tengah. Sementara itu tentara Jepang terlihat sudah bersiap untuk berperang. Semarang semakin panas.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jenderal Agus Subiyanto Sebar 446.219 Prajurit TNI untuk Amankan Pemilu

Jenderal Agus Subiyanto Sebar 446.219 Prajurit TNI untuk Amankan Pemilu

446.219 prajurit TNI secara serentak di seluruh Indonesia dikerahkan untuk mendukung kelancaran pesta demokrasi jelang hari pencoblosan 14 Februari.

Baca Selengkapnya
Sebar 7.000 Personel Amankan TPS, Irjen Karyoto: Jangan Terlena dengan Situasi Terlihat Landai!

Sebar 7.000 Personel Amankan TPS, Irjen Karyoto: Jangan Terlena dengan Situasi Terlihat Landai!

Keduanya memimpin langsung jalannya apel pergeseran pasukan digelar di silang Monas, Jakarta Pusat, Selasa (13/2).

Baca Selengkapnya
Ini Tim Indonesia Maju Pengibar Merah Putih, Putri dari Papua Pegunungan jadi Pembawa Bendera

Ini Tim Indonesia Maju Pengibar Merah Putih, Putri dari Papua Pegunungan jadi Pembawa Bendera

Tim Indonesia Maju adalah Paskibraka pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Puluhan Sukarelawan Indonesia Dilatih Militer Mesir Untuk Lawan Israel & Sekutunya

Puluhan Sukarelawan Indonesia Dilatih Militer Mesir Untuk Lawan Israel & Sekutunya

Ada 50 orang relawan dari Indonesia yang siap bertempur. Mereka telah dilatih dan dipersenjatai.

Baca Selengkapnya
Tangguh, Kekuatan Militer Indonesia Kalahkan Israel dan Jerman

Tangguh, Kekuatan Militer Indonesia Kalahkan Israel dan Jerman

Amerika Serikat Masih menjadi negara digdaya dengan kekuatan militer di peringkat pertama.

Baca Selengkapnya
Presiden Jokowi Diseret Dalam Sidang Sengketa Pilpres, Istana Minta Pembuktian Tuduhan di MK

Presiden Jokowi Diseret Dalam Sidang Sengketa Pilpres, Istana Minta Pembuktian Tuduhan di MK

Pihak Istana masih menunggu pembuktian atas tuduhan yang disampaikan persidangan.

Baca Selengkapnya
Jejak Militer Prabowo, Dulu Dipecat Kini Diberi Bintang Kehormatan

Jejak Militer Prabowo, Dulu Dipecat Kini Diberi Bintang Kehormatan

Tanggal 20 Maret 1998, Prabowo diangkat jadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat dengan jabatan yang pernah disandang ayah mertuanya, Soeharto.

Baca Selengkapnya
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda

Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda

Pertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947

Baca Selengkapnya
Gunakan Media Sosial untuk Picu Tawuran di Jakarta, 4 Provokator Ditangkap

Gunakan Media Sosial untuk Picu Tawuran di Jakarta, 4 Provokator Ditangkap

Polisi mengungkap kasus provokasi yang memicu sejumlah tawuran di Jakarta. Empat orang tersangka pelakunya ditangkap.

Baca Selengkapnya