Misteri Penembak Arief Rahman Hakim: Pengawal Presiden atau Polisi Militer Jakarta?
Merdeka.com - Dia digambarkan sebagai korban keganasan pasukan pengawal Presiden Sukarno. Benarkah?
Penulis: Hendi Jo
Jakarta, 24 Februari 1966. Hakim Sorimuda Pohan ada di atas sepeda motor BMW ketika Istana Negara dikepung para demonstran. Sebagai salah satu pimpinan mahasiswa yang merancang aksi tersebut, dia tengah berkeliling: memastikan situasi aman bagi para rekan-rekannya.
"Saya saat itu dibonceng Liem Bian Koen, rekan saya di KAMI," ujar Ketua Senat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia era 1965-1967 tersebut.
KAMI merupakan kependekan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. Itu merupakan organ aksi mahasiswa anti-Sukarno yang mulai bergerak setelah Insiden Gerakan 30 September terjadi di Jakarta. Dalam setiap aksinya, KAMI hampir dipastikan selalu didukung oleh pihak Angkatan Darat.
Hakim masih ingat, tiba-tiba massa yang mengalir dari arah Gambir dan Air Mancur berbalik arah. Mereka berlari panik. Beberapa mahasiswi terlihat menangis. Terdengar juga teriakan: "Arief kena tembak! Arief kena tembak!"
Hakim dan Koen lantas bertahan di depan Markas Kostrad. Mereka mencari informasi. Namun situasi terlanjur kalut. Setelah mempertimbangkan matang-matang, Hakim kemudian pulang ke kampus Salemba. Saat di situlah, dia kemudian didatangi Ismail Tukimin yang membawa sebuah dompet, jam tangan dan jaket kuning yang berlumuran darah.
"Kim! Kim! Kawan kita Arief kena!" kata senior Hakim di FK UI itu."Hah?! Lantas bagaimana?!" ujar Hakim."Dia sudah meninggal. Kawan-kawannya membawa jasadnya ke RSPAD. Ini barang-barang dia sempat gue ambil, lu selamatkan ya," ucap Ismail.
Benda-benda itu pun beralih tangan. Kesaksian Hakim atas dasar keterangan Ismail tersebut jelas menafikan sejumlah pendapat yang menyebut sebelum tewas Arief sempat berpesan untuk meneruskan perjuangan kepada kawan-kawannya. Ismail, yang menurut Hakim ada di sisi Arief Rahman Hakim kala terjadi penembakan, sangat yakin bahwa rekannya itu langsung meninggal begitu peluru menghantam jantungnya.
"Ya jelaslah (dia tahu Arief langsung meninggal), dia kan calon dokter," kata Hakim.
Tapi benarkah dia ditembak oleh seorang prajurit dari Resimen Tjakrabirawa, unit khusus pengawal Presiden Sukarno?
Pasukan Pengawal Presiden jadi Tertuduh
Ketika terjadi insiden penembakan, Letnan Satu C.H. Sriyono masih ingat bagaimana situasi saat itu sangat kacau. Ketika massa berkerumun di sekitar Lapangan Banteng dan Merdeka Utara, dia sendiri memang mendengar rentetan tembakan yang menyalak secara mendadak. Namun anggota Detasemen Pengamanan Chusus (DPC) Tjakra itu sangat yakin tembakan itu bukan berasal dari kesatuannya.
"Tidak ada sama sekali perintah untuk menembak para demonstran. Kami ini pasukan yang terdidik untuk berlaku disiplin: jika diperintahkan tembak ya tembak tapi kalau diperintahkan diam saja ya diam…" ujar Sriyono.
Kedisiplinan Tjakra terbukti saat menghadapi aksi nekat sekelompok mahasiswa yang lolos masuk ke halaman Istana Negara. Mereka yang tadinya akan menurunkan bendera merah putih untuk digantikan jaket kuning berlumuran darah, hanya diperintahkan untuk pergi saja.
"Tapi karena awalnya mereka ngotot ya terpaksa kami menembakan senjata ke atas sebagai peringatan, baru mereka bubar…" kenang anggota Tjakra dari unsur CPM (Corps Polisi Militer) itu.
Keterangan Sriyono diperkuat oleh Maulwi Saelan dalam otobiografinya: Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa: Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66. Menurut Saelan, kematian Arief Rahman Hakim secara disengaja diarahkan kepada kesatuannya sebagai penyebab. Dia ingat, bagaimana beberapa jam setelah kejadian itu ratusan mahasiswa dengan memakai truk-truk tentara mengelilingi jalan-jalan sekitar Istana Negara sambil mengibar-ngibarkan jaket kuning berlumuran darah.
"Tjakra pembunuh! Tjakra pembunuh!" teriak para mahasiswa.
Isu pun kemudian bertiup kencang: Arief tewas ditembak oleh seorang prajurit Tjakra di depan Gedung Pemuda, tepat di seberang markas DKP (Detasemen Kawal Pribadi) Resimen Tjakrabirawa.
Dugaan Ditembak POM DAM V Jakarta
Demi mendengar teriakan-teriakan itu, Kapten Hidrosin (anggota DKP yang pasukannya tengah bertugas) langsung mengumpulkan anak buahnya. Salah seorang komandan kompi Tjakra itu langsung memeriksa satu persatu senjata para prajuritnya secara teliti.
"Ternyata Hidrosin menemukan kenyataan tidak terdapat satu pun peluru yang keluar dan laras senjata semuanya bersih…" ujar Maulwi yang kala itu berpangkat kolonel.
Lantas siapa yang menembak Arief?
Maulwi punya versi sendiri. Ceritanya, setahun setelah kejadian (ketika dia sudah dipindahkan dari Resimen Tjakrabirawa ke PUSPOM ABRI) dia justru mendapat cerita dari beberapa anggota POM DAM V (Polisi Militer Daerah Militer V Jakarta) bahwa yang menembak Arief di Lapangan Banteng (bukan di seberang Markas DKP) adalah seorang prajurit dari POM DAM V yang saat itu sedang ditugaskan di kesatuan Garnizun Ibukota Jakarta.
"Saya sudah meminta kepada Brigjen TNI dr. Rubiono, perwira sandi yang selalu bersama saya, agar segera mengusahakan visum et repertum Arief Rahman Hakim untuk dilaporkan kepada Presiden Sukarno…" ungkap Maulwi.
Namun hingga Resimen Tjakrabirawa dibubarkan, permintaan Maulwi tak pernah diwujudkan. Pendapat umum kemudian terlanjur menjadi pendapat sejarah jika pembunuh Arief Rahman Hakim adalah anggota Resimen Tjakrabirawa. Terlebih setelah pihak Angkatan Darat menabalkannya sebagai Pahlawan AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat).
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jenderal Mohamad Hasan, Kapolri Era Soeharto dengan Segudang Prestasi Sampai Lahirnya Petisi 13
Mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia periode Presiden Soeharto ini memiliki sederet prestasi selama memimpin.
Baca SelengkapnyaHakim MK Arief Hidayat: Pilpres 2024 Paling Hiruk Pikuk, Ada Pelanggaran Etik hingga Isu Cawe-Cawe Presiden
hakim semula hendak memanggil Jokowi untuk meminta keterangan. Namun, dibatalkan demi menghargai kepala negara.
Baca SelengkapnyaMengenal Sosok Kolonel Ahmad Husein, Pimpinan Militer yang Membentuk PRRI di Kota Padang
Pejuang asal Padang ini pencetus lahirnya pemberontakan untuk mengkritik pemerintahan rezim Soekarno yang dianggap inkonstitusional.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Disebut Jadi 'Perisai Hidup' Presiden Jokowi, Intip Profil Kolonel Faisol Izuddin Karimi
Sosok pria berbadan kekar ini selalu berada di sisi Presiden Joko Widodo dan sudah dikenal sebagai 'perisai hidup'.
Baca SelengkapnyaRespons Cak Imin soal Hadi Tjahjanto Bakal Dilantik Jadi Menko Polhukam dan AHY Menteri ATR
Presiden Jokowi membenarkan bahwa ada pelantikan menteri pada Rabu besok.
Baca SelengkapnyaIsu Presiden Jokowi Titip Nama Menteri, Gibran: Keputusan di Prabowo
Gibran menampik jika Presiden Joko Widodo menitipkan nama di kabinte pemerintahan selanjutnya.
Baca SelengkapnyaJokowi Tunjuk 3 Menteri Hadapi Gugatan Pengusaha Soal Kenaikan Pajak 75 Persen di MK
Presiden Jokowi menunjuk 3 menteri hadapi gugatan para pengusaha hiburan terkait kenaikan pajak hiburan di MK.
Baca SelengkapnyaSerahkan Surat Pengunduran Diri, Mahfud Ungkap Reaksi Jokowi: Beliau Bergurau Seperti Teman Lama
Mahfud telah menyampaikan surat pengunduran diri kepada Presiden Jokowi di Istana Negara.
Baca SelengkapnyaCara Aman Angkat Benda Berat Agar Tidak Cedera
Cara Aman Angkat Benda Berat Agar Tidak Cedera, Penting Diketahui
Baca Selengkapnya