Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Granat Lokal di Era Revolusi Indonesia: Risiko Tinggi Hingga Mematikan

Granat Lokal di Era Revolusi Indonesia: Risiko Tinggi Hingga Mematikan Granat Gombyok, kreasi para pejuang RI di era revolusi. buku Akademi Militer Yogya dalam Perjuangan Pisik 1945-1949©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Minimnya persenjataan di pihak Republik melahirkan berbagai inovasi kreatif yang kadang membahayakan nyawa tentara sendiri.

Penulis: Hendi Jo

Setelah RI diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, hasrat orang-orang Indonesia untuk ikut membela kemerdekaan sangatlah tinggi. Tetapi, semangat yang membara itu tak berbanding lurus dengan persediaan senjata api yang cukup. Bahkan, menurut Jenderal Besar A.H. Nasution, jumlah senjata api yang dimiliki pejuang Indonesia hanya sepuluh berbanding satu. Itu berarti dari sepuluh pejuang Indonesia hanya satu orang yang memegang senjata api.

"(Tapi) dengan jumlah senjata yang hanya cukup untuk 15 resimen, kita telah membentuk 16 divisi dengan lebih dari 100 resimen dan 400 batalyon," ungkap Nasution dalam Tentara Nasional Indonesia Bagian I.

Bom ala Mahasiswa

Situasi itu memunculkan kreasi-kreasi revolusiener di kalangan para pejuang Indonesia. Sebagai contoh, saat akan 'membakar' Bandung pada 24 Maret 1946, para pejuang Indonesia mengalami kekurangan alat peledak.

Untuk mengatasi soal itu maka mahasiswa-mahasiswa Kogyo Daigaku (sekarang ITB) membuat sejenis bom molotov. Alat pembakar itu dilengkapi sejenis korek api yang disebut 'kersut', terbuat dari lelehan belerang yang menggumpal di ujung kayu korek api tersebut.

"Kemudian sebuah pemantik yang terbuat dari sepotong baja berbentuk silinder, yang akan digesekan ke batu cincin, serta sejumput lumlum pohon enau," ujar H.M.E. Karmas, eks pejuang Bandung.

Penggunaan bom molotov itu disampaikan secara beranting. Setiap orang yang sudah ahli diwajibkan mengajarkannya kepada yang lain. Namun demikian, penggunaan molotov made in Bandung itu dalam praktiknya memang terlalu rumit dan memakan waktu banyak hingga sejatinya tak sangkil untuk membakar kota Bandung.

Bom Pipa Mematikan

Beberapa bulan sebelumnya, Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo sempat terperangah saat mendengar penjelasan Letnan Kolonel Eddie Soekardi. Kepala Staf TKR (Tentara Keamanan Rakyat) itu nyaris tak percaya Resimen ke-3 yang dipimpin Eddie akan melawan tentara Inggris hanya dengan potongan-potongan pipa besi buat saluran air.

"Pak Oerip awalnya bingung, tetapi akhirnya merasa takjub pipa besi buat air bisa dijadikan bom oleh anak buah saya…" kenang tokoh Perang Konvoi Sukabumi-Cianjur itu sambil tertawa.

Bom Pipa Besi adalah salah satu senjata mematikan made in RI yang diproduksi oleh 'Pabrik Senjata' Braat Sukabumi pimpinan Kapten Saleh Norman dan Letnan Satu Djajaatmadja. Cara membuatnya sangat sederhana sekali: pipa besi dipotong-potong menjadi beberapa bagian (masing-masing panjangnya 7 cm dan garis tengahnya 4 cm) lantas diisi paku, pecahan beling dan potongan-potongan besi. Sebagai pemicu ledakan dipasang sejenis pen sederhana.

Menurut Satibi, 'granat darurat' itu lumayan menolong dalam berbagai pertempuran melawan militer Inggris. Banyak serdadu Gurkha dan India yang mati karena ledakan bom ini. Namun demikian, saat menggunakannya granat jenis itu memiliki risiko juga.

"Selain cara melemparnya harus dari jarak dekat, 'granat' itu sering meledak duluan hingga yang melempar malah mati," ujar eks prajurit Resimen ke-3 tersebut.

Granat Gombyok Buatan Yogyakarta

Namun Pabrik Braat Sukabumi bukanlah satu-satunya. Di Yogyakarta ada dikenal dua produsen granat made in Republik yakni Pabrik Demakijo dan Pabrik Watson. Keduanya bekas pabrik besi dan pabrik gula.

Salah satu produk andalan Demakijo adalah granat gombyok. Granat yang bentuknya 'bergombyok' laiknya ekor kuda itu memang didesain sedemikian rupa supaya jatuhnya ujung granat yang berdetonator bisa tepat menyentuh sasaran saat dilemparkan. Demakijo juga memproduksi granat yang lebih primitif lagi: menggunakan tali-tali sumbu persis seperti petasan.

Nyaris dalam berbagai pertempuran, granat gombyok selalu hadir di tangan para pejuang Indonesia. Menurut sejarawan Moehkardi, unit kesatuan Akademi Militer (MA) Yogyakarta termasuk yang dibekali granat jenis itu.

"Banyak para pemuda desa binaan anak-anak MA yang kurang ahli menggunakan jenis granat gombyok akhirnya tewas karena kecelakaan saat menggunakannya," ujar mantan dosen sejarah di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) tersebut.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Silaturahmi dengan Para Nyai, Gibran Dorong Santri Harus Melek Teknologi

Silaturahmi dengan Para Nyai, Gibran Dorong Santri Harus Melek Teknologi

Gibran Rakabuming Raka mengajak Ibu Nyai untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia santri.

Baca Selengkapnya
Relawan Luncurkan Maskot Gemoy, TKN: Potensi Besar Tingkatkan Elektoral Prabowo-Gibran

Relawan Luncurkan Maskot Gemoy, TKN: Potensi Besar Tingkatkan Elektoral Prabowo-Gibran

Relawan untuk Majukan Indonesia (RUMI) dan Kawan Gibran merilis maskot Gemoy Menang Besar

Baca Selengkapnya
Geliat Para Pengrajin Sangkar Burung di Bantul, Berjuang Demi Mempertahankan Eksistensi

Geliat Para Pengrajin Sangkar Burung di Bantul, Berjuang Demi Mempertahankan Eksistensi

Konon kerajinan sangkar burung di sana sudah ada sejak zaman Penjajahan Jepang. Namun kini eksistensinya makin redup.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Gagasan Hilirasi Gibran Didukung Menteri Investasi, Realisasinya Harus Terus Ditingkatkan

Gagasan Hilirasi Gibran Didukung Menteri Investasi, Realisasinya Harus Terus Ditingkatkan

Menurut Bahlil, kebijakan tersebut harus tetap berjalan bahkan ketika ia sudah selesai menjabat.

Baca Selengkapnya
Tidak Terpengaruh Survei, Kaum Muda Banten Optimis Kemenangan Ganjar-Mahfud pada Pilpres 2024

Tidak Terpengaruh Survei, Kaum Muda Banten Optimis Kemenangan Ganjar-Mahfud pada Pilpres 2024

Gardu Ganjar dengan menggelar Pelatihan Konten Kreator bagi generasi muda.

Baca Selengkapnya
Ganjar Prihatin Rakyat Diperlakukan dan Disiksa Seperti Ayam

Ganjar Prihatin Rakyat Diperlakukan dan Disiksa Seperti Ayam

Ganjar menegaskan, rakyat bukanlah seekor ayam. Masyarakat bisa menentukan sendiri suaranya hingga nasibnya ke depan.

Baca Selengkapnya
Relawan Ganjar Habiskan Rp2 Miliar dan Merasa Dinjak-injak, Kini Dukung Prabowo

Relawan Ganjar Habiskan Rp2 Miliar dan Merasa Dinjak-injak, Kini Dukung Prabowo

semakin banyaknya organisasi relawan bergabung, Prabowo-Gibran bisa memenangi dalam satu putaran.

Baca Selengkapnya
Perencanaan Prabowo Gegabah, Ganjar Pranowo: Saya Tidak Rela Mereka Mati Sia-Sia

Perencanaan Prabowo Gegabah, Ganjar Pranowo: Saya Tidak Rela Mereka Mati Sia-Sia

Ganjar mengungkapkan kebijakan impor alutsista bekas mempunyai risiko besar bagi sistem pertahanan dan keamanan nasional.

Baca Selengkapnya
Kronologi Relawan Ganjar-Mahfud Dikeroyok TNI di Boyolali, Dipicu Geber Knalpot Bising

Kronologi Relawan Ganjar-Mahfud Dikeroyok TNI di Boyolali, Dipicu Geber Knalpot Bising

Dua relawan memainkan gas saat melintas di jalan Perintis Kemerdekaan, sehingga menimbulkan kebisingan dan terjadi cekcok.

Baca Selengkapnya