Cianjur Pernah Menjadi Pemasok Kopi Dunia
Merdeka.com - Panen kopi kualitas nomor satu yang melimpah ruah menjadikan Cianjur sebagai gabus pelampung ekonomi bagi negeri Belanda.
Penulis: Hendi Jo
Kalau kebetulan Anda singgah di Cianjur, luangkan waktu sejenak untuk mengunjungi kafe-kafe yang kini banyak bertebaran di kota tersebut. Jangan minta macam-macam, pesan saja langsung kopi Cianjur. Dengan secangkir kopi jenis Arabica itu, maka Anda beruntung bisa menyesap cita rasa masa lampau yang pernah berjaya di pasaran dunia.
Pernyataan di atas bukanlah berasal dari sebuah iklan perusahaan kopi. Namun kenyataan sejarah. Menurut Jan Breman, pada awal abad ke-18, Cianjur merupakan pemasok kopi terbesar untuk VOC (Maskapai Dagang Hindia Timur). Bahkan pada 1711, Bupati Wiratanu III dari Cianjur merupakan penguasa lokal pertama di Priangan yang menyetor hampir seratus pikul kopi kepada VOC.
"Harga yang dia peroleh dari VOC adalah 50 gulden perpikul (satu pikulan=125 pon)," tulis Breman dalam Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa: Sistem Priangan dari Tanam Paksa Kopi di Jawa 1720-1870 ( terjemahan dari Kolonial Profijt van onvrije arbeid: het Preanger Stelsel van Gedwongen Koffieteelt op Java, 1720-1870).
VOC Untung dari Tanam Paksa
Pasokan kopi semakin melimpah saat VOC memberlakukan sistem tanam paksa dalam nama Preanger Stelsel (Sistem Priangan) pada 1720. Itu terjadi karena 'jasa' para bangsawan lokal (menak dan santana) yang menekan langsung masyarakat bawah untuk hanya menjual produk mereka kepada VOC dengan harga murah.
Menurut Gunawan Yusuf dalam Sejarah Cianjur Bagian VII, di bawah pengendalian Wiratanu III pada 1724, Cianjur bahkan pernah memanen kopi sebanyak 1.216.257 pikul (setara dengan harga 202.271,25 ringgit). Sebuah jumlah yang sangat fantastik saat itu.
"Setengah hingga tiga perempat perdagangan kopi dunia berasal dari VOC dan jumlah itu setengahnya dihasilkan dari Priangan bagian barat, yakni Kabupaten Cianjur…" tulis G.J.Knaap dalam Coffe for Cash.
Kopi Kualitas Dunia
Hampir senada dengan Gunawan Yusuf, sejarawan Saleh Danasasmita menyatakan, kopi asal Priangan (baca: Cianjur) memiliki kualitas terbaik hingga menjadi andalan VOC di pasaran dunia. Bahkan disebutkan pada era Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1762 – 1818), kas keuangan pemerintah Hindia Belanda pernah surplus.
"Karena kopi Priangan (Cianjur) Belanda sempat menyebut kawasan tersebut sebagai 'gabus pelampung Belanda' di tanah Hindia",tulis Saleh dalam Sejarah Bogor Bagian I.
Keuntungan yang diraih VOC tentunya berbanding lurus dengan 'percikan laba' yang didapat oleh para bangsawan. Sebagai contoh, dalam sebuah keterangan yang diungkapkan Breman, pada 1726 saat Wiratanu III meninggal, Bupati Cianjur ke-3 itu masih berhak mendapat 26.000 ringgit gulden ditambah bunga atas jumlah itu.
Sejarawan C.R. Boxer menyebut, sekitar empat sampai enam juta pon kopi diangkut dari Priangan menuju Belanda pada 1730. VOC tidak menemui kesulitan dalam memasarkan bijih hitam, yang mereka sebut sebagai 'kopi jawa' tersebut, ke Eropa. Begitu populernya kopi jawa di Eropa, hingga seorang pendeta bernama Franqois Valentijn mengeluhkan kecanduan orang-orang Eropa terhadap benda hitam dari Hindia itu.
"Dia mengeluh bahwa kopi jawa sudah menjadi begitu umum disukai hingga pelayan-pelayan wanita serta penjahit tidak mau bekerja sebelum menikmati cairan hitam tersebut…" tulis Boxer dalam Jan Kompeni: Sejarah VOC dalam Perang dan Damai.
Sayangnya, jejak kejayaan kopi di Cianjur saat ini sudah sirna. Kenyataan sejarah itu hanya menyisakan sebuah tempat bernama Salakopi (ada yang bilang juga Selakopi). Menurut cerita orang-orang tua di Cianjur, kawasan yang kini masuk dalam wilayah kota itu memang termasuk zone hamparan kebun kopi produktif pada abad ke-18.
"Nama Salakopi itu sendiri katanya berasal dari dua kata: sela dan kopi, artinya di sela-sela tumbuhan kopi," ungkap Ohim, penduduk Selakopi yang kini berusia 82 tahun.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jarang Diketahui, Ternyata Pabrik Kopi Tertua di Semarang ini Salah Satu Pemasok Terbesar di Dunia
Potret pabrik kopi yang pernah jadi eksportir terbesar di dunia ternyata ada di Semarang.
Baca SelengkapnyaWarga Indonesia Beli Gula & Kopi Jalan Kaki ke Malaysia, Prajurit TNI Langsung Memeriksanya 'Lain kali belanja di Indonesia Ya'
Masyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.
Baca SelengkapnyaArea Panen Kopi Indonesia Terbesar Kedua Dunia tapi Produktivitas Rendah, Begini Solusinya
Areal panen kopi di Indonesia rata-rata seluas 1.25 juta ha/tahun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kisah Sukses Deni Saputra Rintis Usaha Kopi, Modal Rp500.000 dan Kini Raup Omzet Rp50 Juta per Bulan
"Untuk mengelola kafe, saya dibantu oleh 5 karyawan. Sedangkan pengelolaan kebun kopi dibantu 3 orang," kata Deni.
Baca SelengkapnyaMengapa Minum Kopi Sepanjang Hari Bukan Cara Terbaik untuk Tetap Bertenaga
Walau minum kopi kerap dilakukan untuk meningkatkan energi, namun cara ini tidak efektif untuk membuat tubuh bertenaga.
Baca SelengkapnyaTuai Pujian, Begini Sikap Prabowo Saat Minum Kopi Waktu Kampanye di Medan 'Adabnya Luar Biasa'
Begini sikap Prabowo Subianto saat minum kopi di tengah kampanye di Medan.
Baca SelengkapnyaIni Alasan Mengapa Kopi Merupakan Teman yang Sempurna untuk Berpikir dan Mencari Ide Cemerlang
Kopi bisa menjadi katalisator dari berbagai ide kreatif karena kandungan yang ada di dalamnya.
Baca Selengkapnya15 Pasar Jalanan Tertua di Dunia, Ada yang Sudah Berdiri Ribuan Tahun Lalu
Banyak sekali pasar jalanan di seluruh penjuru dunia yang sudah berdiri sejak ribuan tahun lalu. Yuk, simak pasar jalanan apa saja yang paling tua di dunia!
Baca SelengkapnyaMinum Kopi Bisa Picu Munculnya Bau Mulut, Begini Cara Menghilangkannya
Usai minum kopi, mulut kita kerap mengalami rasa kering serta munculnya bau mulut yang sangat khas. Bagaimana cara menghilangkannya?
Baca Selengkapnya