Merdeka.com - Setiap tahun, ribuan orang melakukan perjalanan ke sebuah desa terpencil di Tamil Nadu, India Selatan, untuk mengikuti sebuah ritual yang mengerikan. Ritual tersebut diyakini dapat membawa kesehatan dan kesuksesan bagi hidup mereka.

Pemimpin ritual akan menghantam kepala setiap umatnya, baik itu anak-anak atau dewasa, dengan sebuah kelapa keras. Bayangkan saja bagaimana rasanya?! Memukulkan kelapa pada batu suci sebagai persembahan untuk dewa adalah praktik yang umum di kuil-kuil di India Selatan. Tetapi menghantam kepala seseorang dengan kelapa dipandang sebagai praktik yang sangat ekstrem.

Beberapa orang akan berjongkok di lantai sambil mengantre, menunggu giliran mereka dengan sabar. Pendeta kuil akan menyiapkan sekarung kelapa untuk melaksanakan ritual mengerikan tersebut. Salah satu pendeta akan memegang kepala salah seorang umat, sementara yang lain membawakan kepala yang akan dipakai untuk menghantam kepala orang tersebut. Seluruh proses tersebut selesai dalam hitungan menit.

Beberapa orang terlihat meringis kesakitan saat kelapa keras menghantam ke kepala mereka. Beberapa juga tampak memijat kepala mereka, sementara yang lain segera mengumpulkan pecahan kepala yang berserakan di tanah sebagai persembahan suci. Para staf medis telah berjaga di sekitar kuil untuk memberi pertolongan pada mereka yang terkena cedera serius. Dokter bahkan telah memperingatkan kepada mereka bahwa praktik itu benar-benar bisa mematikan.

"Ada kasus di mana luka pada tengkorak luar bisa menyebabkan kerusakan fatal," kata profesor bedah saraf Anil Kumar Peethambaran, seperti dilansir odditycentral.

Meski para medis telah memperingatkan tentang bahaya praktik itu, mereka rupanya tidak khawatir sama sekali. Mereka yakin bahwa dewa akan melindungi mereka. Praktik ini telah berlangsung secara rutin sejak abad ke-19 dan menarik ribuan pengunjung setiap tahunnya.

Seorang wanita mengatakan bahwa dia tidak merasakan apa-apa ketika pendeta menghantam kepalanya dengan kepala keras. Dia mengklaim bahwa dewi telah menyelamatkannya dari rasa sakit. Menurut P. Mani, mantan kepala desa di daerah tersebut, ritual ini awalnya dimulai pada zaman kolonial India. Ketika itu, Inggris mencoba untuk menggambar jalur kereta api yang melewati desa ini, dan kemudian para penjajah itu menemukan batu-batu besar seperti kelapa di bawah tanah.

Para penjajah itu mengatakan kepada para penduduk desa bahwa jika mereka bisa memecahkan batu-batu itu dengan kepala mereka, mereka akan mengubah arah jalur kereta api. Konon penduduk desa berhasil memecahkan batu-batu itu, dan jalur kereta api akhirnya diubah. Sejak itu, ritual tersebut terus dilakukan di kuil lokal dengan menggunakan kelapa.