Kilas balik Purwakarta dari masa ke masa di Bale Panyawangan
Merdeka.com - Saat berjalan-jalan ke Purwakarta, Jawa Barat, tak lengkap rasanya belum mampir ke Bale Panyawangan Diorama Purwakarta. Tempat itu menyajikan beragam literatur sejarah tentang Purwakarta.
Di Bale Panyawangan Diorama Purwakarta, pengunjung dapat menyaksikan kilasan sejarah Purwakarta dan perkembangannya dari masa ke masa. Informasi itu dikemas dalam bentuk perpaduan arsip, seni, dan teknologi. Mulai dari foto 'berbicara', buku digital, hingga arsip berupa video disajikan dalam ruangan berbentuk studio atau teater.Para pengunjung dapat menyusuri sejarah tentang Purwakarta, yang dibagi menjadi sembilan segmen. Masing-masing dipaparkan dalam sebuah ruangan khusus, dan merangkum semua peristiwa.
Bale Panyawangan Diorama Purwakarta dibagi dalam sembilan bagian. Pertama, Bale Prabu Maharaja Linggabhuwana. Di sana dipaparkan Sejarah Tatar Sunda secara keseluruhan, sejak masa kerajaan Sunda, terutama yang menyangkut Purwakarta.
Lantas ada Bale Prabu Niskala Wastukancana. Ruang ini mirip Hall of Fame menampilkan sosok para pemimpin Purwakarta, dari masa ke masa.
Kemudian Bale Prabu Dewaniskala, yang menggambarkan Purwakarta pada masa pengaruh Mataram, VOC, dan Hindia Belanda dalam rentang waktu 1620 hingga 1799.
Selanjutnya Bale Prabu Ningratwangi. Di sana menyajikan kilasan Purwakarta pada masa Hindia Belanda sejak 1800 sampai 1942.
Setelah itu ada Bale Prabu Jayaningrat. Ruang itu memperlihatkan gambaran Purwakarta pada masa pergerakan nasional dan masa pendudukan Jepang.Ada juga Bale Prabu Ratudewata. Di sana menyajikan keadaan Purwakarta pada masa kemerdekaan 1945-1950. Dimulai dengan Peristiwa Rengasdengklok, dan pada zaman Demokrasi Liberal tahun 1950-1959.
Sedangkan Bale Prabu Nilakendra menampilkan Purwakarta pada masa Demokrasi Terpimpin 1959-1967. Terakhir adalah Bale Prabu Surawisesa, menyajikan gambaran Purwakarta pada masa pemerintahan 1968-1998, serta era Reformasi 1998 hingga saat ini.
Bale Panyawangan Diorama Purwakarta dibuka pada Februari 2015 lalu. Menurut Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, pembangunan Bale Panyawangan Diorama merupakan bentuk peradaban suatu bangsa buat menyimpan dan menjaga catatan peristiwa masa lalunya.
"Kenapa harus ada Bale Panyawangan Diorama, karena dalam pemahaman saya bagaimana kesungguhan suatu bangsa. Yaitu dilihat dari kesungguhan untuk menyimpan dan menjaga catatan peristiwa masa lalunya," kata Dedi kepada merdeka.com, Sabtu (14/11).
âªDedi melanjutkan, keberadaan Bale Panyawangan Diorama bertujuan mengangkat peran arsip sebagai bagian penting dari proses kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.â¬
Pengubahan bentuk arsip menjadi karya seni dengan sentuhan teknologi, adalah buat mengenalkan kumpulan kepingan sejarah kepada masyarakat supaya mudah dipahami dan menarik.â¬
âª"Ketika berbicara arsip, maka kita akan berpikir ribet dan ngejelimet. Tapi ketika beragam unsur disatukan, mulai dari seni, teknologi, dan ilmu kearsipan, maka tercipta keindahan karya yang sangat menarik, seperti Bale Panyawangan ini," lanjut Dedi.
Nama Bale Panyawangan memiliki makna sebuah penerawangan, atau kembali pada perjalanan masa lalu. Sehingga ketika berada di tempat tersebut, semua pengunjung diharapkan mendapat pengalaman dan merasakan berada di masa sedang ditampilkan, dalam arsip Bale Panyawangan.
Sementara âªKepala Kantor Arsip Purwakarta, Nina Meinawati, menyatakan, hingga November 2015, 15 ribu orang telah berkunjung ke Bale Panyawangan Diorama. Para pengunjung berasal dari sejumlah wilayah di Indonesia, di antaranya Jawa Barat, Semarang, Sleman, hingga Bukit Tinggi.â¬
"Pengunjung datang dari berbagai daerah dan lapisan masyarakat, dan data hingga pertengahan 2015 sudah mencapai 15 ribu orang," kata Nina.
âªNina melanjutkan, di saat para pengunjung datang ke Bale Panyawangan, satu ruangan sangat diminati adalah ruangan paling belakang. Sebab di tempat itu terdapat area foto bersama Bupati Purwakarta.
"Hampir secara keseluruhan pengunjung. Selain ingin mengetahui sejarah Purwakarta, yang paling utama yaitu mendapatkan foto bersama dengan Pak Bupati, dan menggowes onthel digital untuk berkeliling Purwakarta," ujar Nina.
Nina menyatakan Bale Panyawangan siap dikembangkan buat memasukkan seluruh kilasan sejarah nusantara. Sehingga nantinya diharapkan hadir Bale Panyawangan Nusantara.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Disebut Jadi Cikal Bakalnya Kabupaten Purbalingga, Ini Fakta Unik Desa Wisata Onje
Desa Wisata Onje menyimpan potensi wisata dari sejarah hingga alam
Baca SelengkapnyaPaman di Tanjung Priok Tega Bunuh Keponakannya, Begini Kronologinya
Sejumlah barang bukti diamankan dari pelaku yang diduga melakukan penganiayaan terhadap keponakannya
Baca Selengkapnya7 Wisata Purwakarta yang Indah dan Memesona, Wajib Dikunjungi
Purwakarta adalah kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat memiliki pesona yang kaya akan keindahan alam, warisan sejarah, dan kehidupan budaya yang unik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
17 Wisata Purworejo yang Tak Boleh Dilewatkan, Mulai dari Alam hingga Sejarah
Mulai dari wisata pantai, gunung, hutan, hingga sejarah, Purworejo menawarkan berbagai macam daya tarik yang bisa memuaskan para wisatawan.
Baca Selengkapnya4 Tempat Wisata Sejarah yang Wajib Kamu Kunjungi di Jakarta, Cocok Banget untuk Nunggu Buka Puasa!
Setiap bulan suci Ramadan tiba, salah satu tradisi yang paling dinantikan adalah ngabuburit.
Baca SelengkapnyaTernyata Bukan Banyuwangi, Ini Sejarah dan Pesona Titik Paling Ujung Jawa Timur
Banyak yang mengira Banyuwangi adalah titik paling ujung di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaSejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Baca SelengkapnyaIzin Acara Dicabut H-1, Anies Baswedan: Kita Tetap Semangat, Namanya Juga 'Desak Anies', Nyari Tempatnya Didesak
Sedianya akan digelar di Museum Diponegoro Sasana Wiratama, Jalan Hos Cokroaminoto Tegelrejo Yogyakarta
Baca SelengkapnyaSejarah Kurug, Pakaian Jawa Kuno yang Sudah Ada di Abad ke-10
Dulu, busana ini memiliki makna yang digunakan hanya pada acara-acara formal. Namun, zaman telah berubah, kini telah melebur menjadi pakaian sahari-hari.
Baca Selengkapnya