Para wanita dari suku Dassanech sangat suka membuat perhiasan unik dari berbagai barang bekas, mulai dari jam tangan tua sampai tutup botol. Seperti aksesoris yang dikenakan oleh wanita tua ini. Di lehernya menggantung untaian kalung dari manik-manik penuh warna.

Kulit kerang dan binatang laut lainnya dianggap sebagai benda berharga oleh para wanita dari pedalaman Lembah Omo. Biasanya mereka merangkai cangkang keong dan kerang menjadi kalung dan mahkota.

Bagi suku Dassanech, mengenakan bulu burung unta seperti dalam gambar adalah tanda bahwa si pemakai sudah pernah menaklukkan binatang buas atau anggota suku lain yang dianggap musuh.

Ini adalah wanita suku Mursi yang tengah bersolek dengan aneka aksesoris dari manik-manik, buah, tanduk, tato, kalung dari selongsong peluru, dan pewarna kulit.

Wanita suku Mursi mulai mengenakan piringan yang diselipkan di bibir bawah sejak zaman kolonial. Tujuan awalnya adalah untuk memperburuk penampilan agar tak dijadikan budak oleh penjajah. Lambat laun, piringan di bibir dianggap sebagai tanda kecantikan. Semakin lebar piring yang menghiasi bibirnya, semakin cantik pula di mata para pria.

Wanita dari suku Hamar suka menutupi rambut dan tubuh mereka dengan tanah liat, mentega, lemak hewan dan mengenakan riasan ochre. Kalung besar yang mengikat erat lehernya merupakan tanda pernikahan, seperti cincin kawin bagi para wanita di kota-kota modern.