WHO Gunakan Abjad Yunani untuk Menamakan Varian Baru Virus Corona
Merdeka.com - WHO menyampaikan pada Senin, pihaknya telah menetapkan label atau penamaan baru untuk varian virus corona menggunakan abjad Yunani, bukan nama negara di mana varian tersebut pertama kali terdeteksi.
WHO menyebut “varian Inggris” (B.1.1.7) dengan "Alpha," dan "varian Afrika Selatan" (B.1.351) dengan "Beta."
“Tidak ada negara yang seharusnya distigmatisasi karena mendeteksi dan melaporkan varian-varian (virus corona),” jelas ketua tanggap teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove, di Twitter, dilansir CNN, Selasa (1/6).
Sistem penamaan menggunakan huruf Yunani ini merupakan rekomendasi panel ahli WHO.
“Yang mana akan lebih mudah dan lebih praktis untuk dibahas oleh audiens non-ilmiah,” kata WHO dalam situs webnya.
Sementara itu, varian P.1 yang pertama kali terdeteksi di Brasil diberi nama “Gamma”. Varian B.1.617.2 yang pertama kali ditemukan di India disebut "Delta." Varian yang menjadi perhatian lainnya diberi label dari "Epsilon" hingga "Kappa".
Semua virus, termasuk SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, bisa bermutasi atau berubah berulang kali. Ini yang menyebabkan munculnya beragam varian.
Dalam pengumumannya, WHO menekankan nama baru ini tidak menggantikan nama ilmiah yang sudah ada dari varian virus corona. Nama ilmiah akan tetap digunakan dalam penelitian.
“Meskipun mereka memiliki kelebihan, nama ilmiah ini bisa sulit untuk diucapkan dan diingat, dan rentan terhadap kesalahan pelaporan. Akibatnya, orang sering menggunakan pemanggilan varian berdasarkan tempat di mana mereka terdeteksi, yang menstigmatisasi dan diskriminatif,” jelas WHO dalam pengumumannya.
Mungkin nama itu juga tidak benar, karena ada bukti mutasi yang menandai setidaknya beberapa varian telah muncul secara independen di beberapa tempat berbeda.
"Untuk menghindari hal ini dan untuk menyederhanakan komunikasi publik, WHO mendorong otoritas nasional, media, dan lainnya untuk mengadopsi label baru ini," kata WHO.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi
Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaJokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaDaftar 9 Varian yang Mendominasi Kasus Covid-19 Dunia Menurut WHO
WHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaPenyebaran Covid-19 Varian JN.1 di Indonesia Naik Jadi 41 Kasus
Penemuan kasus yang dihimpun per tanggal 6-23 Desember 2023 sebanyak 5 kasus.
Baca SelengkapnyaFakta di Balik Ganasnya Penularan DBD di Jepara, Kemenkes Sampai Terjunkan Tim Khusus Amati Jenis Virus
Virus DBD di Jepara menyebar cepat. Lima belas warga sudah jadi korban. Sebelas di antaranya anak-anak
Baca SelengkapnyaCovid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun
Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Ditemukan pada 11 Daerah di Jateng
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Baca Selengkapnya