Turki Klaim 6 Warganya Ditangkap Pemberontak Libya
Merdeka.com - Pemerintah Turki kemarin mengklaim enam warga negaranya tengah ditahan oleh faksi pasukan Libya pimpinan Jenderal Khalifa Haftar dan Turki berjanji menyiapkan serangan jika mereka tidak segera dibebaskan.
Kementerian Luar Negeri Turki juga menyatakan Libyan National Army (LNA) pimpinan Haftar sebagai "milisi ilegal."
Keterlibatan LNA dalam penahanan 6 WN Turki dan status mereka sebagai "milisi ilegal" menjadikan pasukan loyalis Jenderal Haftar itu sebagai "target sah" bagi serangan militer Turki, lanjut kementerian seperti dikutip dari Voice of America, Senin (1/7/2019).
Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, juga menegaskan sikap serupa. Ia mengatakan bahwa akan ada "konsekuensi berat" terhadap semua "sikap mengancam atau serangan."
Kabar itu muncul di tengah ketegangan antara LNA dengan Turki, setelah Ankara menyatakan dukungannya terhadap lawan sang jenderal; pasukan Government of National Accord (GNA) atau pemerintahan Libya pimpinan PM Fayez al-Sarraj yang diakui internasional.
Sebelumnya pada 28 Juni, juru bicara LNA, mengatakan bahwa Jenderal Haftar telah memerintahkan pasukan untuk menembak kapal dan 'berbagai kepentingan lain' milik Turki yang masuk atau berada di sejumlah wilayah di Libya.
Turki dikabarkan telah memasok drone dan truk untuk pasukan GNA, serta mempertahankan kehadirannya di Libya --sebuah tindakan yang didefinisikan oleh Menhan Hulusi Akar sebagai upaya untuk mendukung "perdamaian dan stabilitas kawasan."
Namun, LNA bukan tanpa dukungan asing. Sejumlah diplomat menduga bahwa pasukan pimpinan Haftar itu telah menerima dukungan dari Prancis, Rusia, Uni Emirat Arab dan Mesir --Al Jazeera melaporkan.
Padahal, PBB menerapkan embargo senjata ke Libya, termasuk yang diperuntukkan bagi GNA maupun LNA.
LNA Klaim Tembak Jatuh Drone Turki di Libya
Sementara pada hari yang sama, LNA mengklaim telah menembak jatuh sebuah drone Turki di Bandara Internasional Mitiga, Minggu 30 Juni 2019.
"Jet tempur kami berhasil menghancurkan (drone) Bayraktar Turki ketika tengah lepas landas," kata LNA dalam sebuah pernyataan di Facebook, dilansir Al Jazeera, Senin (1/7/2019).
"Pesawat itu hendak bersiap menyerang posisi pasukan bersenjata kami," lanjut klaim LNA.
Rangkaian konflik berlarut antara LNA dengan GNA tengah berada pada salah satu titik terpanas, setelah pasukan Libya yang loyal kepada PM Sarraj merebut kota Gharyan di selatan dari milisi Haftar pada Rabu 19 Juni lalu.
Kekalahan di Gharyan merupakan sebuah kemunduran bagi LNA, yang bersekutu dengan pemerintah paralel di timur yang berbasis di Benghazi. Mereka sebelumnya juga telah gagal untuk mengambil Ibu Kota Tripoli dari tangan GNA sejak konflik bersenjata pecah beberapa bulan lalu.
Tetapi, LNA memiliki superioritas udara dan telah beberapa kali menyerang bandara internasional Tripoli, Libya yang rutin beroperasi.
Reporter: Rizki Akbar Hasan
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri membeberkan titik rawan macet di jalur mudik Lebaran 2024.
Baca SelengkapnyaKorps Lalu Lintas (Korlantas) Polri memetakan beberapa wilayah yang perlu mendapat perhatian khusus pada saat musim mudik 2024.
Baca SelengkapnyaSosok perwira anak eks komandan pasukan elite TNI AL yang diberangkatkan ke Lebanon jalankan misi perdamaian.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Fadil memastikan setiap laporan yang masuk mengenai pelanggaran anggota Polri, akan diproses sesuai aturan yang berlaku.
Baca SelengkapnyaIntelijen AS Peringatkan Israel Tidak Akan Menang Lawan Hizbullah
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan kendaraan tentara lapis baja milik Israel yang sedang konvoi tiba-tiba dirudal oleh Brigade Al-Qassam hingga hangus terbakar.
Baca SelengkapnyaFadil menjelaskan, netralitas anggota Polri tertuang dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Baca SelengkapnyaSebanyak 65 kasus di antaranya tengah ditangani kepolisian.
Baca SelengkapnyaIsrael Kaget Hamas Punya Peta Lengkap Perbatasan, Termasuk Posisi Tentara dan Pangkalan Militer
Baca Selengkapnya