Merdeka.com - Lu Lingzi, 23 tahun, begitu berharap bisa melanjutkan kuliah ke Amerika Serikat. Dia meyakini kualitas pendidikan di negara adikuasa itu pantas dibanggakan.

Impian itu tercapai Agustus tahun lalu. Lu diterima kuliah di Universitas Boston jurusan matematika dan statistik. "Kuliah di Amerika adalah impiannya dan dia sedang hidup dalam mimpinya itu," kata sahabatnya, Li Luquan (23 tahun), seperti dilansir surat kabar The Daily Mail, Rabu (17/4). "Dia mengatakan mungkin ingin bekerja di sebuah perusahaan besar di Amerika."

Li pernah dua tahun sekamar dengan Lu saat kuliah di negara asal mereka, China. Menurut dia, Lu mahasiswi rajin dan hobi memasak, berlatih kebugaran, serta bermain piano. Dia menambahkan Lu memiliki bibi, namun dia mengaku tidak tahu di mana kerabat teman baiknya itu tinggal.

Takdir berkata lain. Belum genap setahun menikmati mimpi indahnya, Lu tewas saat dua ledakan terjadi menjelang garis akhir lomba marathon di Boston. Dua korban terbunuh lainnya adalah Martin Richard (delapan tahun), dan Krystle Campbell (29 tahun). Insiden ini juga melukai 180 orang.

Seperti Martin dan Krystle, Lu juga menonton marathon tahunan ke-117 itu. Maklum saja, kemarin merupakan hari libur negara bagian buat memperingati Hari Pahlawan. Dia datang ke sana bersama rekannya, Zhou Danling, mahasiswi di kampus serupa jurusan ilmu risiko asuransi. Zhou beruntung. Meski luka parah, dia mulai sadar.

Li kebingungan ketika sampai kemarin malam Lu belum pulang. Dia akhirnya menghubungi polisi dan Konsulat Jenderal China di Kota New York. "Tak satu pun yang tahu di mana dia," ujarnya.

Li kini tidak perlu bingung lagi mencari tahu nasib Lu. Dia telah pulang meski tinggal nama.