Survei: Makin Banyak Orang Kurang Percaya dan Hindari Berita Penting
Merdeka.com - Semakin banyak orang secara selektif menghindari berita penting seperti pandemi virus corona, invasi Rusia ke Ukraina, dan krisis biaya hidup, demikian menurut Laporan Berita Digital tahunan yang dirilis Institut Reuters untuk Studi Jurnalisme kemarin.
Sementara mayoritas orang yang disurvei mengonsumsi berita secara teratur, sebanyak 38 persen mengatakan mereka sering atau kadang-kadang menghindari berita penting itu, "naik dari 29 persen pada 2017", kata laporan itu, seperti dilansir laman Antara mengutip Reuters, Rabu (15/6).
Sekitar 36 persen--“terutama mereka yang berusia di bawah 35"--mengatakan berita penting tersebut menurunkan kenyamanan suasana hati mereka.
Kepercayaan pada berita juga menurun, dan terendah di Amerika Serikat. Rata-rata, 42 persen orang mengatakan bahwa mereka mempercayai sebagian besar berita sepanjang waktu; angka itu telah turun di hampir separuh negara dalam laporan itu dan meningkat di tujuh negara.
"Sejumlah besar orang melihat media sebagai subjek untuk pengaruh politik yang tidak semestinya, dan hanya sebagian kecil yang percaya bahwa sebagian besar organisasi berita menempatkan yang terbaik bagi masyarakat di atas kepentingan komersial mereka sendiri," tulis Direktur Institut Reuters Rasmus Kleis Nielsen dalam laporannya, yang berdasarkan survei daring terhadap 93.432 orang, yang dilakukan di 46 negara.
Pemirsa yang lebih muda semakin mengakses berita melalui platform seperti TikTok, dan memiliki koneksi yang lebih rendah ke nama produsen berita, menurut laporan tersebut.
Setiap minggu 78 persen anak berusia 18 hingga 24 tahun mengakses berita melalui agregator, mesin pencari, dan media sosial. Empat puluh persen dari kelompok usia tersebut menggunakan TikTok setiap minggu, dengan 15 persen mengatakan mereka menggunakannya untuk mencari, berdiskusi, atau berbagi berita.
Pertumbuhan jumlah orang yang membayar untuk berita daring cenderung menurun, dengan sebagian besar langganan digital beralih ke beberapa produsen berita nasional.
Di 20 negara tempat pembayaran untuk berita tersebar luas, 17 persen responden survei membayar untuk berita daring apa pun, angka yang sama seperti tahun lalu. Pembayaran untuk berita lokal bervariasi di seluruh negara yang diriset.
Institut Reuters untuk Studi Jurnalisme didanai oleh Thomson Reuters Foundation, cabang filantropi Thomson Reuters. Jajak pendapat itu memiliki margin kesalahan 2-3 poin persentase naik atau turun.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 15 persen responden dengan pendapatan tinggi mengaku bahwa seringkali pengeluarannya melebihi anggaran bulanan.
Baca SelengkapnyaJutaan orang Amerika Serikat berlomba memiliki paspor dari negara lain demi menyelamatkan harta kekayaan mereka.
Baca SelengkapnyaStudi terbaru yang dilansir dari Newsweek mengungkap, sekitar 7 dari 10 orang dapat memahami emosi ayam berdasarkan suara. Simak selengkapnya disini!
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pasangan yang bahagia dengan hubungan mereka tidak tergoda untuk membandingkan diri mereka dengan orang lain.
Baca SelengkapnyaSalah satu temuan paling signifikan dari survei ini adalah bahwa hal yang paling memengaruhi kebahagiaan Generasi Z adalah tujuan hidup mereka di tempat kerja.
Baca SelengkapnyaKeterbukaan informasi publik memiliki peran signifikan dalam pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
Baca SelengkapnyaDemokrat memiliki survei internal, dan AHY yakin perolehan suara akan lebih dari survei eksternal.
Baca SelengkapnyaBeberapa bagian Amerika Serikat yang terkenal dengan kriminalitasnya, seperti, pencurian, perampokan, penganiayaan berat, dan seksual.
Baca SelengkapnyaHasilnya, TNI memperoleh angka 85,8 persen dan Presiden 77,1 persen.
Baca Selengkapnya