Merdeka.com - Serangan udara Amerika Serikat dan sekutunya di Kota Kobane, Suriah, makin menjadi-jadi. Kemarin, 14 kali rudal dijatuhkan di wilayah berbatasan dengan Turki itu, menggempur semua obyek yang dianggap terkait Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).

Beberapa target misalnya bangunan dan lahan kosong yang ditancapi bendera ISIS. Wartawan foto AFP berhasil merekam momen seorang pria, diduga pejuang organisasi militan itu, yang tewas mengenaskan. Detik-detik sebelum bom dijatuhkan, dia sengaja berdiri di dekat bendera hitam lambang ISIS yang terpasang di puncak bukit, berjarak 4 kilometer dari pusat kota Kobane. Ada satu lagi kawannya, berdiri agak jauh diduga selamat.

Juru bicara pejuang Kurdi yang aktif melawan ISIS, Ayse Efendi, menjelaskan bahwa amukan jet-jet tempur AS dan Arab Saudi kemarin menewaskan banyak pejuang khilafah Islamiyah. "Jalan-jalan Kobane penuh dengan mayat tentara ISIS," ujarnya seperti dilansir Surat Kabar the Daily Mail, Jumat (24/10).

Dari data Pusat Pertahanan Militer AS, serangan dalam tempo 24 jam lalu berhasil menghancurkan 19 gedung, diduga tempat persembunyian militan ISIS. Tiga markas komando di tengah kota diklaim ikut luluh lantak, termasuk pos para militan memasang senjata berat anti-tank.

Komandan Pejuang Kurdi Baharin Kandal berterima kasih pada serangan udara AS dan Arab Saudi. Kelompoknya juga sudah menerima bantuan senjata dari Negeri Paman Sam.

Perang di Kobane sudah berlangsung nyaris sebulan. Hitungan kasar kini 1.100 orang tewas akibat perang di kota kecil itu, mayoritas adalah pejuang ISIS. Angka itu bisa bertambah, lantaran ribuan warga sipil masih terjebak di pelbagai area Kobane.

Sejak pecah pertempuran mulai awal Oktober 2014, di kota ini saja sudah 1.100 orang tewas, baik dari pasukan bersenjata maupun sipil. Kobane adalah pertempuran paling vital buat ISIS maupun pelbagai kubu yang mengeroyok. Soalnya kota ini adalah perbatasan Turki-Suriah. Diandaikan, bila ISIS dibiarkan bercokol di Kobane, maka gerakan khilafah ekstrem itu bisa mulai memasuki Eropa tak lama lagi.

Perdana Menteri Turki Recep Tayip Erdogan sampai sekarang enggan bergerak. Walau mengancam wilayahnya, dia menilai militer Turki belum perlu dikerahkan membantu Pejuang Kurdi.