Merdeka.com - Benigno Aquino III, Presiden Filipina, bersumpah menetralisir semua kekuatan militan Abu Sayyaf di kawasan selatan negaranya. Kelompok teroris itu mencoreng reputasi Filipina karena terus menculik warga asing selama dua dekade terakhir. Awal pekan ini Abu Sayyaf memenggal seorang sandera asal Kanada bernama John Ridsdel.

Aquino, akrab disapa Ninoy, menyatakan perang melawan Abu Sayyaf kemungkinan tidak akan berjalan mulus. "Kita harus bersiap jatuh korban. Tapi yang paling penting kita wajib menetralisir semua aktivitas kriminal Abu Sayyaf," ujarnya seperti dilansir Japan Times, Rabu (27/4).

Ninoy menyampaikan pernyataan itu dalam jumpa pers membahas terbunuhnya sandera asal Kanada. Pemerintah Filipina mengklaim selama bertahun-tahun berupaya berdialog dengan Abu Sayyaf, namun hasilnya nihil.

Presiden berusia 56 tahun itu akan lengser awal tahun depan. Di akhir masa jabatannya, Ninoy bersumpah sekuat tenaga mengerahkan kekuatan militer ke Pulau Jolo menghabisi Abu Sayyaf.

"Abu Sayyaf dan kelompok lain yang membantu mereka memilih selalu memakai bahasa kekerasan. Kami akan bicara dengan mereka juga hanya dengan bahasa tersebut," kata Presiden Filipina.

Pemerintah Filipina sudah mengirim satu batalion pasukan tempur tambahan ke sekitar Kepulauan Sulu. Di pulau-pulau itulah, kabarnya para sandera ditahan berpindah-pindah.

Terbunuhnya Ridsdel memicu kecaman internasional. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mengaku marah dan meminta Filipina menyeret para pelaku ke hadapan hukum. "Aksi barbar ini adalah pembunuhan berdarah dingin," kata Trudeau dua hari lalu.

Kemarin, warga di Desa Talipao di kawasan Jolo menemukan jasad pria tanpa kepala tergeletak di ngarai sungai kering. Diduga itu adalah badan mendiang Ridsdel yang kemarin baru ditemukan bagian kepalanya.

Selain Ridsdel, masih ada satu lagi warga Kanada lainnya Robert Hall (50) yang belum diketahui nasibnya. Pacar Hall, perempuan asli Filipina, ikut ditawan begitu pula warga negara Norwegia Kjartan Sekkingstad selaku manajer penginapan.

Merujuk video Abu Sayyaf dilansir pekan lalu, empat orang itulah yang jadi prioritas awal hendak dihabisi karena tebusan tak kunjung dibayar. Militan terafiliasi dengan ISIS itu menuntut masing-masing dari empat sandera itu ditebus senilai 300 juta peso (setara Rp 84 miliar).

Selain tiga tawanan lain yang hendak dibunuh, Abu Sayyaf masih menyandera beberapa orang asing. Di antaranya ada satu warga Belanda, satu asal Jepang, empat pelaut Malaysia, serta 14 awak kapal dari Indonesia.