Merdeka.com - Pemerintah Libanon menyebutkan seorang pejabat tinggi Hizbullah terlibat dalam impor produk obat-obatan terlarang belum teruji dengan cara memalsukan dokumen.

Kepala Komite Parlemen Kesehatan Libanon Atif Majdalan mengungkapkan Kamis lalu, empat importir terlibat dalam sebuah operasi pengiriman seratus jenis lebih obat-obatan terlarang, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Sabtu (10/11).

Seorang kakak dari Menteri Reformasi Administrasi Negara Muhammad Fneish, juga anggota Hizbullah, terlibat dalam skandal itu. Media bahkan menduga Fneish memfasilitasi pembelian itu dengan memalsukan dokumen kementerian kesehatan. Dia diduga membantu kakaknya dan empat perusahaan farmasi lain terkait Hizbullah.

Televisi Future News melaporkan Jumat lalu kakak Fneish memalsukan tanda tangan Menteri Kesehatan Ali Hassan Khalil untuk mengimpor produk obat-obatan belum diuji itu. Stasiun televisi itu juga menyebutkan obat-obatan terlarang itu sudah masuk ke Libanon sejak sepuluh bulan lalu dan perusahaan yeng terlibat impor itu mempunyai hubungan dengan Hizbullah.

Surat kabar Al-Nahar melaporkan perusahaan itu mengimpor obatan-obatan terlarang dari Asia Tenggara dan dikemas dengan stempel perusahaan Inggris untuk mengelabui asal obat-obatan itu dari Eropa.

Amerika Serikat tahun lalu mengumumkan keterlibatan pemasok obat-obatan terlarang internasional Ayman Joumaa yang punya hubungan dengan Hizbullah. Joumaa dituding melakukan pencucian uang dalam proses impor kokain dari Meksiko ke Amerika Serikat. Dia diduga kuat punya hubungan dengan Hizbullah dan kartel narkoba Meksiko.