Merdeka.com - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) hari ini mengkritik tajam keputusan Suriah untuk menyelenggarakan pemilihan umum presiden pada 3 Juni mendatang, di tengah-tengah perang dan menilai tindakan itu akan menghancurkan resolusi politik terkait konflik yang terjadi.

"Sekjen PBB Ban Ki-moon dan utusan khusus untuk Suriah Lakhdar Brahimi, keduanya telah memperingatkan menentang pelaksanaan pemilihan umum dalam situasi saat ini," kata Juru bicara PBB Stephane Dujarric, seperti dilansir stasiun televisi Zee News, Selasa (22/4).

Stephane mengatakan keduanya percaya hal itu akan merusak proses politik dan menghambat prospek untuk solusi politik yang sangat dibutuhkan negara itu.

"Pemilihan umum tersebut tidak sesuai dengan isi dan semangat dari pengumuman resmi Jenewa," ujar dia, mengacu pada sebuah kesepakatan mengenai transisi menuju demokrasi sebagai dasar untuk negosiasi antara pemerintah dan kelompok oposisi di Suriah.

Presiden parlemen Suriah, Mohammad al-Laham, sebelumnya mengumumkan pemilihan umum presiden akan diadakan pada 3 Juni meskipun terus terjadinya aksi kekerasan. Dia menjelaskan rakyat Suriah berada di luar negeri akan memilih pada 28 Mei. Laham berjanji pemungutan suara akan diselenggarakan secara bebas dan adil. 

Presiden Suriah Basyar al-Assad, yang menggantikan ayahnya Hafez setelah kematiannya pada 2000, mengatakan kepada AFP pada Januari lalu ada peluang dia akan mencalonkan diri.

Pada pertengahan Maret, Brahimi memperingatkan bahwa pemilihan umum presiden akan berarti kematian dari negosiasi untuk mengakhiri tiga tahun konflik di negara itu.

Dia mengatakan kelompok oposisi akan menolak untuk datang ke meja perundingan jika Assad terpilih kembali. Damaskus bereaksi dengan mengatakan Brahimi telah melampaui mandatnya.

Kelompok oposisi Suriah telah menolak pemilihan umum dan menyebutnya sebagai sebuah 'lelucon'. Mereka juga mengatakan hal itu harus ditolak oleh masyarakat internasional.

Sebuah LSM Suriah menyatakan lebih dari 150 ribu orang telah tewas dalam konflik itu dan jutaan orang telah meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi.