Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pakar Kesehatan Sebut Memakai 'Buff' Lebih Berbahaya Daripada Tak Pakai Masker

Pakar Kesehatan Sebut Memakai 'Buff' Lebih Berbahaya Daripada Tak Pakai Masker Neck gaiter atau buff. ©Yahoo News

Merdeka.com - Karena jumlah kasus virus corona baru terus meningkat secara nasional, pesan berulang dari banyak pakar kesehatan masyarakat dan dokter cukup sederhana: Memakai masker menyelamatkan nyawa.

"Kami bukannya tidak berdaya melawan Covid-19," kata Robert R. Redfield, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Juli lalu. "Masker kain adalah salah satu senjata paling ampuh yang kami miliki untuk memperlambat dan menghentikan penyebaran virus - terutama bila digunakan secara universal dalam lingkungan komunitas."

Tetapi karena penutup wajah menjadi semakin umum dalam kehidupan warga Amerika, begitu pula pertanyaan tentang kemanjurannya - dan sekarang sekelompok peneliti dari Universitas Duke bertujuan untuk memberikan beberapa jawaban.

Dalam penelitian yang baru-baru ini diterbitkan, para peneliti mengungkap metode sederhana untuk mengevaluasi keefektifan berbagai jenis masker, menganalisis lebih dari belasan jenis masker mulai dari respirator N95 tingkat rumah sakit hingga bandana.

Dari 14 masker dan penutup wajah lainnya yang diuji, penelitian menemukan beberapa masker kain katun yang mudah diakses sama efektifnya dengan masker bedah standar, sementara alternatif populer seperti pelindung leher atau neck gaiter atau juga disebut buff yang terbuat dari bahan tipis dan elastis mungkin lebih berbahaya atau buruk daripada tidak memakai masker sama sekali.

"Anda benar-benar dapat melihat masker berfungsi," kata salah satu rekan penulis penelitan, Warren S. Warren, seorang profesor fisika, kimia, radiologi dan teknik biomedis di Universitas Duke, dikutip dari The Washington Post, Rabu (12/8).

"Ada banyak kontroversi dan orang-orang berkata, 'Yah, masker tidak berfungsi apa-apa.' Ya, jawabannya adalah beberapa tidak, tetapi sebagian besar ada fungsinya."

Efektivitas Masker

Mencari cara untuk menentukan efektivitas setiap jenis masker yang berbeda dimulai dengan permintaan dari seorang profesor di fakultas kedokteran Duke yang bekerja untuk menyediakan masker bagi populasi berisiko dan kurang terlayani di Durham, NC, menurut rilis universitas. Dihadapkan dengan begitu banyak jenis masker yang semuanya mengklaim memiliki kemampuan memblokir virus, profesor itu mencari bantuan - di departemen fisika universitas.

Adalah Martin Fischer, seorang ahli kimia dan fisikawan. Menggunakan alat sederhana yang memanfaatkan kekuatan laser, yang dapat dengan mudah dibeli secara online dengan harga kurang dari USD 200, dan kamera ponsel, Fischer menciptakan perangkat yang memungkinkan timnya melacak partikel individu yang dilepaskan dari mulut seseorang saat mereka berbicara. Alat lainnya termasuk kotak yang bisa dibuat dari karton dan lensa.

"Ini sangat mudah, tidak memakan banyak sumber daya," kata Fischer dalam video yang diproduksi oleh Duke.

"Setiap laboratorium penelitian memiliki benda-benda ini."

Pembicara mengucapkan kalimat yang sama ke dalam kotak tanpa masker dan kemudian mengulangi proses tersebut saat mengenakannya. Setiap masker diuji 10 kali. Di dalam perangkat, partikel di udara melewati selembar cahaya yang dibuat oleh laser yang mengenai lensa dan menghasilkan kilatan yang terlihat yang direkam oleh kamera ponsel.

"Bahkan partikel yang sangat kecil pun dapat melakukan hamburan (cahaya) semacam ini," kata Warren.

"Kami dapat menggunakan hamburan, lalu melacak partikel individu dari bingkai ke bingkai di film, untuk benar-benar menghitung jumlah partikel yang dipancarkan."

Masker N95 yang dipasang, yang paling sering digunakan oleh pekerja rumah sakit, adalah yang paling efektif, kata Warren, mencatat bahwa masker tersebut memungkinkan "tidak ada tetesan sama sekali" yang keluar.

Neck Gaiter Tidak Melindungi

Sementara itu, neck gaiter yang disukai pelari karena bahannya yang ringan, memiliki peringkat lebih buruk daripada kelompok tanpa masker. Neck gaiter yang diuji oleh para peneliti dijelaskan dalam penelitian tersebut terbuat dari bahan spandeks poliester, kata Warren.

"Pelindung leher ini sangat umum di banyak tempat karena sangat nyaman dipakai," katanya.

"Tapi alasan sebenarnya mengapa mereka begitu nyaman, yaitu karena mereka tidak membatasi udara, adalah alasan mengapa mereka tidak cukup berfungsi untuk membantu orang."

Sejumlah perusahaan pakaian terkemuka memproduksi neck gaiter, dan umumnya tidak dirancang untuk penggunaan medis. Pada bulan April, salah satu perusahaan Buff, mengeluarkan pernyataan publik yang menekankan bahwa produknya tidak dibuktikan secara ilmiah oleh CDC (Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS) dan WHO sebagai bentuk perlindungan yang berguna selama pandemi.

Penelitian menemukan, jenis penutup wajah lain yang mungkin termasuk dalam kategori yang sama seperti neck gaiter adalah bandana dan masker rajutan. Masker N95 dengan katup pernafasan juga tak diperhitungkan.

"Katup-katup pelepas itu luar biasa jika yang ingin Anda lakukan adalah melindungi diri Anda dari dunia luar karena udara tidak masuk melalui katup," kata Warren.

"Jika apa yang Anda coba lakukan dalam pandemi ini adalah melindungi dunia luar dari Anda, itu benar-benar mengalahkan tujuannya."

Warren mendorong orang untuk menilai masker mereka dengan tes dasar lainnya.

"Jika Anda bisa melihat saat Anda mendekatkannya dengan cahaya dan Anda bisa meniupnya dengan mudah, itu mungkin tidak melindungi siapa pun."

Namun, dia menekankan bahwa orang-orang yang tidak memiliki akses ke masker kelas medis tidak perlu khawatir.

"Kita bukan sebagai masyarakat yang akan membuat semua orang memakai masker wajah N95 sekali pakai," katanya.

"Itu tidak terjangkau, dan itu tidak masuk akal."

Masker Kain Katun Tiga Lapis

Para peneliti secara khusus membuat catatan tentang keefektifan masker kain katun umum, menemukan bahwa beberapa dari yang diuji bekerja seperti masker bedah, yang berada di urutan kedua setelah N95. Para ahli dari WHO telah merekomendasikan bahwa masker kain idealnya memiliki tiga lapisan.

Meskipun penelitian itu "bukan uji klinis" yang melibatkan pengujian "10.000 pasien dan tujuh bahasa berbeda dan semua kondisi yang mungkin," Warren mengatakan kesimpulan umumnya masih berlaku.

"Kami sangat berhati-hati untuk tidak melakukan klaim berlebihan di sini," katanya. "Kami tidak akan mencoba untuk mengatakan bahwa bukti kami adalah bahwa ini adalah jumlah benang yang harus Anda gunakan pada seprai untuk masker katun dua lapis yang Anda buat."

"Tapi gambaran umum yang bisa dibawa pulang - bahwa masker memang bekerja dalam mengurangi transmisi dan bahwa beberapa masker yang dapat Anda dapatkan dengan mudah lebih baik daripada yang lain - berpotensi memiliki fungsi dalam melindungi semua orang dan mengeluarkan kita dari situasi yang mengerikan ini," tambahnya.

Warren mengatakan dia dan rekan-rekan penelitinya sekarang fokus pada pembuatan panduan instruksi langkah demi langkah untuk membuat perangkat pengujian. Tim tersebut telah didekati oleh orang-orang dari luar negeri yang telah menunjukkan minat, katanya.

"Sangat mungkin bagi orang-orang dengan sedikit pelatihan ilmiah untuk menggunakan ini dengan cukup aman dan cukup efektif," kata Warren.

"Idenya adalah Anda dapat memiliki pusat komunitas, kelompok yang membantu menguji desain yang berbeda. Terutama saat kami mencoba memberikan masker wajah kepada sejumlah besar orang yang tidak memilikinya, Anda ingin menyediakan masker yang berfungsi."

(mdk/bal)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Viral Kemenkes Wajibkan Masyarakat Pakai Masker Mulai 15 Desember, Cek Faktanya

Viral Kemenkes Wajibkan Masyarakat Pakai Masker Mulai 15 Desember, Cek Faktanya

Beredar Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan mewajibkan masyarakat pakai masker, benarkah?

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Pesan Pakar Kesehatan: Hindari Mencium Balita Ketika Kumpul Lebaran

Pesan Pakar Kesehatan: Hindari Mencium Balita Ketika Kumpul Lebaran

Orang tua bisa melatih anak sebisa mungkin untuk belajar memakai masker.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pakai Masker, Hasto PDIP Cerita Kena Flu Karena Polusi: Maklum Jakarta Lama Enggak Diurus

Pakai Masker, Hasto PDIP Cerita Kena Flu Karena Polusi: Maklum Jakarta Lama Enggak Diurus

Hasto PDIP menyindir kalau polusi udara di DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya
Sering Berkeringat di Malam Hari? Waspada, Bisa Jadi Tanda 5 Masalah Kesehatan Ini!

Sering Berkeringat di Malam Hari? Waspada, Bisa Jadi Tanda 5 Masalah Kesehatan Ini!

Nggak hanya karena keringat berlebih, ini beberapa masalah kesehatan yang bisa jadi penyebabnya.

Baca Selengkapnya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.

Baca Selengkapnya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya
7 Masalah Kesehatan yang Sebabkan Keringat Berlebih, Salah Satunya karena Gula

7 Masalah Kesehatan yang Sebabkan Keringat Berlebih, Salah Satunya karena Gula

Keringat yang berlebihan ini muncul bukan karena panas matahari atau pakaian Anda yang terlalu tebal, tapi bisa jadi karena masalah pada kesehatan Anda.

Baca Selengkapnya