Menduga ISIS sejak lama
Merdeka.com - "Nanti akan muncul kelompok mengatasnamakan Islam yang akan menganiaya orang-orang yang berbeda agama atas nama Islam, dengan tujuan mendirikan Negara Islam. Mereka akan merekrut muda-mudi dan mencuci otaknya, lalu mengubah mereka menjadi pembunuh atas nama agama,".
Itu adalah ucapan terlontar dari lisan Farag Foda. Dia memaparkan ideologi teror itu akan muncul dalam sebuah wawancara di stasiun televisi Tunisia awal 1990-an.
Dia merupakan peneliti dan pemikir Mesir. Bingkai kacamatanya cukup besar. Dengan mengenakan setelan jas abu-abu dipadu kemeja putih dan dasi bercorak dia perlahan mengutarakan isi kepalanya.
Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) masih menjadi ancaman di Timur Tengah dan dunia. Namun sejatinya bahaya itu bukan berada di organisasi, tetapi pada ideologi.
Hal itu terbukti dengan gencarnya penyebaran ideologi bahkan hingga ke Indonesia. Padahal sebenarnya Farag sudah mewanti hal itu akan menjadi kenyataan sejak 25 tahun lalu, seperti dilansir dari laman Al Arabiya, Kamis (18/5).
Di akhir 1980-an, Timur Tengah terbelah-belah. Ada konflik teluk antara Irak dan Kuwait. Intifada pejuang Palestina melawan zionis Israel. Kemudian perang saudara di Libanon. Semua sibuk mengurus negara masing-masing.
Mesir dan dunia Arab saat itu dihadapkan kepada kenyataan kalau mereka mudah sekali berkonflik. Pemicunya mulai dari uang, budaya, etnis, hingga masalah agama. Kemudian, Farag memetakan ada dua jenis umum kemelut dia bisa kenali.
Pertama adalah ideologi model Iran. Menurut teorinya, akan ada sekelompok pemuda bangkit dari kalangan masyarakat bawah dan memberontak terhadap apa yang mereka sebut pemerintahan zalim. Mereka bakal menggunakan alasan rezim membikin ekonomi mereka hancur, lantas menggerakkan rakyat buat unjuk rasa dan merebut kekuasaan.
Kemudian berlanjut ke teori berdarah ala Libanon. Farag menyatakan hal itu hanya akan muncul dan bisa berjalan di negara dengan sejumlah kelompok minoritas. Gesekan sektarian mudah sekali dipakai buat menggerakkan orang-orang saling bertengkar, hingga membuat perang saudara. Mereka pantas disebut teroris karena kita juga harus mempertahankan Islam.
"Keliru kalau menyebut mereka Islamis karena hal itu justru bertentangan dengan Islam yang tidak mengajarkan membunuh dan meneror," kata Farag.
Meski begitu, lanjut Farag, dalam kondisi seperti itu kaum muda yang mudah dipengaruhi akan menolak kewarganegaraan. Mereka akan terus-menerus didoktrin kalau pemerintah yang ada bertentangan dengan syariat, dan di dunia hanya ada Negara Islam. Mirip dengan apa yang dilakukan ISIS.
Sayang, pemikiran Farag itu seolah terpendam. Pergi bersama dengannya karena dibunuh oleh anggota al-Gama'a al-Islamiyya pada Juni 1992.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proses masuknya Islam ke Indonesia didasarkan pada tiga teori. Terdapat pula tokoh-tokoh penting dalam proses penyebarannya.
Baca SelengkapnyaKalimat tertua di dunia yang ditulis menggunakan abjad pertama berhasil ditemukan pada sebuah sisir yang terbuat dari gading binatang.
Baca SelengkapnyaPemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Konflik adalah suatu keadaan di mana terjadi ketegangan, pertentangan, atau perselisihan antara dua pihak atau lebih yang memiliki kepentingan berbeda.
Baca SelengkapnyaAksi terorisme memberi dampak buruk, maka setiap 21 Agustus ditetapkan Hari Peringatan dan Penghargaan Korban Terorisme
Baca SelengkapnyaDi tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaCawapres Cak Imin, Gibran dan Mahfud MD asyik tertawa dan berpelukan meski para capres sedang debat panas.
Baca Selengkapnya"Kalau misalkan diperintahkan, saya sebagai mantan prajurit saya siaplah apapun," kata Dudung
Baca SelengkapnyaJangan sampai dimanfaatkan untuk menyebarkan narasi intoleransi, bahkan mengarah pada aksi radikal terorisme.
Baca SelengkapnyaMasyarakat jangan sampai terjebak kepentingan tertentu di balik isu konflik geopolitik
Baca Selengkapnya