Merdeka.com - Judi menjadi permainan paling diperdebatkan. Tak hanya di negara berpenduduk mayoritas muslim, tapi juga negara sekuler macam Jepang. Tapi pemerintah di negara-negara Asia tidak menampik bisnis ini menggiurkan sekaligus mampu membangun roda perekonomian bangsa mereka, namun juga ada perdebatan tentang penyakit sosial timbul sebab judi.

Stasiun televisi ABC News melaporkan, Kamis (13/9), Filipina menjadi negara Asia Tenggara kedua hendak membangun pusat judi besar. Tujuannya hendak menarik minat wisatawan kaya dan menggeser dominasi judi di wilayah Marina Bay Sands dan Dunia Sentosa Resort, Singapura, saat ini satu-satunya di tenggara Asia.

Pusat judi hendak dibangun di Tanah Reklamasi, Teluk Manila. Biaya pembangunan Kasino ini senilai Rp 38 triliun. Pemerintah Filipina mengklaim ini bakal lebih mewah dari Kota Las Vegas, Amerika Serikat, tempat judi terkenal sejagat.

Filipina berkaca pada keberhasilan Kota Macau, China, sukses membangun wilayahnya. Dengan cepat mereka menyalip monopoli Las Vegas dan menjadi pusat judi paling banyak dikunjungi di Asia. Dalam setahun, Macau meraup keuntungan Rp 320 triliun, dari 500 ribu orang berkunjung. Kamboja tahun lalu membuka Kasino di Ibu Kota Phnom Penh sudah meraup keuntungan Rp 3 triliun, termasuk bisnis perhotelan dan wisata belanja pada tahun ini.

Para pemimpin gereja di Filipina terang-terangan menolak usulan pembangunan pusat judi itu. Mereka tidak ingin negara berpenduduk mayoritas Katolik Roma konservatif, mempromosikan budaya judi. "Perjudian menimbulkan kemalasan dan kecanduan," kata Uskup Agung Oscar Cruz, perwakilan kelompok gereja.

Bukan hanya agama menentang, warga Jepang banyak protes seputar wacana pembangunan Kasino di negara itu. Tidak semua masyarakat yakin mesin judi mampu merangsang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pariwisata. "Judi membuat orang miskin menjadi lebih miskin," kata pegiat anti-perjudian, Ken Wakamiya.