Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Lewat Google Earth, Aktivis Temukan 500 Titik Diduga Kamp Konsentrasi Muslim Uighur

Lewat Google Earth, Aktivis Temukan 500 Titik Diduga Kamp Konsentrasi Muslim Uighur kamp konsentrasi warga muslim uighur di China. ©Reuters

Merdeka.com - Aktivis Uighur mengungkapkan telah mendokumentasikan hampir 500 kamp dan penjara yang dikelola China untuk memenjarakan kelompok etnis, menuding China menahan lebih dari 1 juta orang.

Gerakan Kebangkitan Nasional Turkistan Timur, kelompok yang berbasis di Washington yang memperjuangkan kemerdekaan muslim Xinjiang, mengatakan pada Selasa pihaknya mengamati gambar dari Google Earth dan menemukan 182 yang diduga "kamp konsentrasi" yang dicantumkan oleh koordinat.

Kelompok tersebut mengatakan mencocokkan temuan mereka dengan informasi lapangan, selain itu mereka juga menemukan 209 yang diduga penjara dan 72 kamp kerja paksa, yang akan disebar kemudian.

"Dalam skala besar, temuan ini belum teridentifikasi sebelumnya, jadi kita bisa perkirakan jumlah orang yang ditahan jauh lebih besar," kata Kyle Olbert, direktur operasi untuk gerakan tersebut, dilansir dari Aljazeera, Rabu (13/11).

"Jika ada, kami khawatir bahwa mungkin ada lebih banyak fasilitas yang belum dapat kami identifikasi," lanjutnya dalam konferensi pers di pinggiran kota Washington.

Anders Corr, seorang analis yang pernah bekerja di intelijen AS dan penasihat kelompok tersebut mengatakan, sekitar 40 persen situs-situs tersebut belum dilaporkan. Pengacara HAM secara umum memperkirakan bahwa China memenjarakan lebih dari 1 juta warga Uighur dan warga etnis Muslim Turkis lainnya.

Namun Randalla Schriver, pejabat tinggi Pentagon untuk Asia mengatakan, pada Mei angka itu diperkirakan mendekati 3 juta warga - jumlah yang luar biasa di wilayah yang populasinya 10 juta jiwa.

Aktivis dan saksi mata mengatakan China melakukan penyiksaan untuk secara paksa mengintegrasikan orang-orang Uighur ke dalam mayoritas Han, termasuk menekan kaum Muslim untuk meninggalkan ajaran agama mereka, seperti salat dan tidak makan daging babi dan alkohol.

Genosida dengan Penahanan

Olbert menyebut kebijakan China terhadap etnis Uighur sebagai 'genosida dengan penahanan', khawatir orang-orang Uighur akan ditahan tanpa batas waktu.

"Ini seperti merebus katak. Jika mereka membunuh 10.000 orang sehari, dunia mungkin memperhatikan," katanya.

"Tapi kalau mereka hanya tetap memenjarakan seseorang dan membiarkan mereka mati secara alamiah, mungkin dunia tak akan memperhatikan. Saya pikir itu cara China memperhitungkan," jelasnya.

China membenarkan kebijakannya setelah pertama-tama menyangkal kamp-kamp tersebut, dengan mengatakan pihaknya memberikan pelatihan kejuruan dan mengajak umat Islam menjauh dari "ekstremisme".

Ratusan orang tewas dalam kerusuhan 2009 di ibu kota Xinjiang, Urumqi, yang sebagian besar menargetkan warga China Han.

Amerika Serikat menyamakan perlakuan China terhadap Uighur dengan kamp-kamp konsentrasi Jerman Nazi, tetapi Beijing semakin kuat menghadapi kritik terbatas di luar negara Barat.

China Hancurkan Situs Pemakaman Uighur

Hasil penyelidikan kantor berita AFP dan analisis foto satelit mengungkapkan kabar mengejutkan tentang nasib muslim Uighur di Provinsi Xinjiang China. Negeri Tirai Bambu terungkap menghancurkan pemakaman turun-temurun keluarga muslim Uighur.

Meski pihak otoritas setempat menyebut kebijakan itu adalah demi pembangunan kota atau peremajaan kuburan tua, warga Uighur yang tinggal di pengasingan mengatakan penghancuran makam-makam itu adalah upaya negara untuk memberangus identitas dan mengontrol segala aspek kehidupan warga Uighur.

"Ini adalah bagian dari upaya China untuk memberangus segala bentuk bukti tentang siapa kami. Kebijakan ini membuat kami jadi seperti etnis Han China," kata Salih Hudayar, muslim Uighur yang mengatakan makam kakek buyutnya sudah dihancurkan, seperti dilansir laman Telegraph, Rabu (9/10).

"Itu sebabnya mereka menghancurkan semua situs sejarah, pemakaman, untuk membuat kami terputus dari sejarah, dari para nenek moyang kami," kata dia.

Tahun lalu kelompok etnis Uighur yang tinggal di luar negeri melaporkan otoritas China saat ini sedang berupaya membuat aturan pengelolaan pemakaman sebagai bagian dari pengawasan pemerintah hingga ke aspek paling pribadi dari warga.

Hasil penyelidikan terbaru mengklaim penghancuran pemakaman itu dilakukan dengan cara-cara yang sama sekali tidak menghormati makam. Jurnalis AFP menemukan tulang belulang manusia tercerai berai di tiga lokasi dan di lokasi lain kuburan dijadikan hanya tumpukan batu.

Analisis foto satelit dari Earthrise Alliance memperlihatkan pemerintah China, sejak 2014, meratakan sedikitnya 45 makam Uighur, termasuk 30 di antaranya dalam dua tahun terakhir.

Pemerintah Xinjiang sejauh ini tidak merespons permintaan tanggapan atas kabar ini.

"Penghancuran ini bukan hanya soal persekusi agama," kata Nurgul Sawut yang lima generasi keluarganya dimakamkan di Yengisar, sebelah barat daya Xinjiang.

"Ini lebih jauh dari itu," kata Sawut yang kini tinggal di Australia dan sempat pulang ke Xinjiang pada 2016 untuk menghadiri pemakaman ayahnya.

"Kalau makam dihancurkan, itu berarti memutus rantai sejarah siapa pun yang dikuburkan di tanah itu."

Bantahan Pemerintah China

Pejabat China menyampaikan pada Juli lalu, sebagian besar tahanan di kamp pendidikan ulang di wilayah barat laut Xinjiang telah meninggalkan pusat pelatihan tersebut dan mendapat pekerjaan - kendati tak disertai angka pasti.

Di Xinjiang, para pakar dan kelompok pegiat HAM menyampaikan lebih dari 1 juta warga Uighur dan minoritas muslim lainnya ditahan dalam sebuah jaringan kamp di mana mereka mendapat indoktrinasi politik.

Namun Alken Tuniaz, wakil pemimpin Xinjiang, mengatakan kepada wartawan saat konferensi pers bahwa sebagian besar warga yang telah menerima pelatihan pendidikan telah kembali ke masyarakat dan ke rumah mereka.

"Saat ini, sebagian besar sudah menyelesaikan studi dan memperoleh pekerjaan," katanya, dilansir dari Channel News Asia, Rabu (31/7).

Dalam konferensi pers itu, pejabat dari Xinjiang menyebut pusat pendidikan itu cukup efektif.

"Setelah upaya satu atau dua tahun terakhir ini, sebagian besar orang di pusat pelatihan yang kembali ke masyarakat - bisa dikatakan lebih dari 90 persen - telah menemukan pekerjaan yang mereka sukai dan sesuai," kata pimpinan Xinjiang, Shohrat Zakir kepada wartawan.

Dia juga mengatakan pusat pendidikan itu bertujuan untuk mengajarkan tiga topik kepada para tahanan: hukum China, Bahasa Mandarin, dan makna ajaran agama.

"Kami memberi tahu mereka bagaimana melakukan kegiatan keagamaan yang normal, di bawah perlindungan hukum," ujarnya.

Tapi mantan tahanan mengungkapkan, alasan mereka ditahan adalah karena mengikuti tradisi Islam, seperti mengenakan jenggot panjang dan kerudung.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Diwariskan Pada Anak Cucu, Warga Negara China Kelahiran Kebumen Ini Buka Usaha Makanan Indonesia di Negeri Rantau
Diwariskan Pada Anak Cucu, Warga Negara China Kelahiran Kebumen Ini Buka Usaha Makanan Indonesia di Negeri Rantau

Walaupun sudah lama meninggalkan tanah air, Ibu Bunga terdengar lancar berbahasa Indonesia.

Baca Selengkapnya
India Lepaskan Merpati yang Dituding Jadi Mata-Mata China, Di Sayapnya Ada Tulisan
India Lepaskan Merpati yang Dituding Jadi Mata-Mata China, Di Sayapnya Ada Tulisan

India Lepaskan Merpati yang Dituding Jadi Mata-Mata China, Di Sayapnya Ada Tulisan

Baca Selengkapnya
Tren Jumlah Penduduk Indonesia Terus Meningkat, Sementara China Menurun
Tren Jumlah Penduduk Indonesia Terus Meningkat, Sementara China Menurun

Jjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
FOTO: Penampakan Kepadatan Arus Mudik Jelang Imlek di China yang Akan Pecahkan Rekor, Stasiun Kereta bak Lautan Manusia
FOTO: Penampakan Kepadatan Arus Mudik Jelang Imlek di China yang Akan Pecahkan Rekor, Stasiun Kereta bak Lautan Manusia

Diperkirakan, lonjakan mudik warga China akan memecahkan rekor 9 miliar perjalanan.

Baca Selengkapnya
China Pelan-pelan Buat AS Khawatir dengan Persaingan Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
China Pelan-pelan Buat AS Khawatir dengan Persaingan Luar Angkasa, Ini Penyebabnya

Ini yang dikhawatirkan AS bila tidak segera memutuskan kelanjutan stasiun luar angkasa yang akan habis masa pakainya.

Baca Selengkapnya
FOTO: Potret Ketabahan Warga Muslim China yang Jadi Korban Gempa Bumi di Gansu Menghadapi Tantangan Suhu Ekstrem di Tenda Darurat
FOTO: Potret Ketabahan Warga Muslim China yang Jadi Korban Gempa Bumi di Gansu Menghadapi Tantangan Suhu Ekstrem di Tenda Darurat

Para korban sedang menghadapi tantangan suhu yang dingin ekstrem pada malam hari di bawah nol derajat celcius.

Baca Selengkapnya
Jelang Nyepi, Umat Hindu Tengger Turun Gunung Gelar Upacara Melasti di Pantai Watu Pecak Lumajang
Jelang Nyepi, Umat Hindu Tengger Turun Gunung Gelar Upacara Melasti di Pantai Watu Pecak Lumajang

Upacara Melasti pagi ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang masuk ke dalam rangkaian perayaan Nyepi.

Baca Selengkapnya
Tiga Orang Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni, Ditemukan Setelah Tulis
Tiga Orang Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni, Ditemukan Setelah Tulis "HELP" di Atas Pasir

Mereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.

Baca Selengkapnya
Gali Makam Wanita Bangsawan China Berusia 3000 Tahun, Arkeolog Temukan 430 Benda Kuno, Begini Isinya
Gali Makam Wanita Bangsawan China Berusia 3000 Tahun, Arkeolog Temukan 430 Benda Kuno, Begini Isinya

Arkeolog juga menemukan liang lahat yang berisi kerangka hewan.

Baca Selengkapnya