Kisah Pilu Tiga WNI Disandera Kelompok Abu Sayyaf
Merdeka.com - Sudah dua bulan sejak September 2019, tiga WNI menjadi sandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Ketiganya merupakan nelayan Indonesia yang diculik dari Lahad Datu, Sabah. Tiga nelayan diidentifikasi sebagai Maharudin Lunani (48), putranya Muhammad Farhan (27), dan anggota kru Samiun Maneu (27). Mereka diculik oleh orang-orang bersenjata dari kapal pukat nelayan yang terdaftar di Sandakan, perairan Tambisan.
Pemerintah Indonesia kemudian meminta agar otoritas Filipina membantu membebaskan tiga WNI tersebut. "Tentunya karena lokasi penyanderaan ada di wilayah yurisdiksi Filipina, tentunya yang bisa kita harapkan, melalui pembahasan bersama dengan Bapak Presiden serta Ibu Menlu, adalah kita mendorong agar otoritas Filipina dapat membantu pembebasan tiga warga kita secepatnya dengan aman," ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI, Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha di Jakarta, Kamis (28/11).
Seperti diketahui, Abu Sayyaf merupakan kelompok bersenjata yang kerap menculik nelayan yang menguasai wilayahnya. Kelompok ini berdomisili di Filipina, dengan tiga wilayah kekuasaan di daerah Jolo, Basilan, dan Mindanao. Meski begitu, mereka juga kerap berpindah-pindah.
Selama menjadi tawanan, tiga WNI dijaga oleh puluhan anggota bersenjata. Berikut cerita tiga WNI yang menjadi tawanan kelompok Abu Sayyaf:
Minta Uang Tebusan
Tiga WNI tiba-tiba muncul dalam sebuah video berdurasi 43 detik. Dalam video itu, ketiga WNI yakni Maharudin Lunani (48), Muhammad Farhan (27), dan Samiun Maneu (27) meminta pemerintah membantu pembebasan mereka.
"Kami bekerja di Malaysia. Kami ditangkap Kelompok Abu Sayyaf pada 24 September 2019. Kami harap bos kami bantu kami untuk bebaskan kami," kata Samiun menggunakan bahasa Indonesia dalam video tersebut.
Ia juga menyebut bahwa kelompok Abu Sayyaf meminta 30 juta peso atau sekitar Rp8 miliar sebagai uang tebusan. "Abu Sayyaf meminta tebusan 30 juta peso," kata Samiun.
Ditawan dengan Kelompok Abu Sayyaf yang Berbeda
Diduga tiga WNI tersebut ditawan oleh cabang dari kelompok Abu Sayyaf. Menurut sumber Filipina, para tawanan itu ditahan oleh lebih dari dua pemimpin cabang Abu Sayyaf di desa Sulu yang lain.
"Tiga WNI itu dipantau di Barangay Kagay, Indanan, Sulu pada 3 November di bawah pengawasan cabang Abu Sayyaf Sibih Pisih," kata Rommel Banloi, Kepala Institut Filipina untuk Penelitian Perdamaian, Kekerasan dan Terorisme, kepada Daily Express.
"Informasi ini berasal dari sumber di lapangan dan dibenarkan oleh anggota intelijen Angkatan Bersenjata Filipina."
Daily Express belum bisa memastikan apakah Sibih, menawan ketiga WNI itu sebelum ditahan oleh Salip dan Apo Mike. Kemudian pada 6 November juga dilaporkan tentara Filipina sudah menggelar operasi untuk membebaskan ketiga WNI itu.
"Militer Filipina mengebom posisi Abu Sayyaf yang menawan ketiga WNI itu dan masih dalam pengejaran," kata Konsul Jenderal Ri di Sabah Krishna Djaelani kepada Daily Express.
Pada 18 Oktober Daily Express melaporkan ada dugaan ketiga nelayan WNI itu ditahan oleh Abu Sayyaf, mengutip pakar terorisme asal Indonesia.
Peneliti Galatea Ulta Levenia Nababan mengatakan kelompok Salip yang tadinya berjumlah sekitar 10-20 personel tapi setelah menculik tiga nelayan WNI itu mereka menambah anggota menjadi 50-60 orang bersenjata lengkap.
Januari tahun ini Sibih masuk dalam daftar 18 orang Filipina yang dicari karena kejahatan lintas batas.
Kronologi Penculikan oleh Abu Sayyaf
Komando Keamanan Sabah Timur Malaysia mengatakan otoritas Filipina membenarkan Abu Sayyaf menghubungi salah satu keluarga nelayan WNI beberapa hari setelah mereka diculik untuk meminta tebusan.
Kelompok bersenjata menumpangi dua kapal cepat mengadang kapal nelayan yang dinaiki WNI di lepas pantai Lahad Datu pada 23 September. Mereka kemudian dilaporkan dibawa ke Tawi-Tawi.
Encinas menuturkan warga Tawi-Tawi sejauh ini tidak mengetahui lokasi nelayan yang diculik itu dan para penculiknya. Menurut Encinas, kapal cepat yang diduga dipakai para penculik juga tidak ditemukan di Tawi-Tawi atau Sulu.
Mereka yang diculik diidentifikasi sebagai Samiun Maniu, 27, Maharudin Lunani, 48 tahun, dan Muhammas Farhan, 27 tahun.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Satu keluarga berjumlah enam orang yang merupakan pengungsi Rohingya mendatangi Kantor Disdukcapil Makassar untuk mengajukan pembuatan KK dan KTP.
Baca SelengkapnyaKoorsahli Panglima TNI, Mayjen TNI Dadang Arief sedih harus meninggalkan Kodam III/Siliwangi, namun lebih sedih ketika melihat Persib kalah terus.
Baca SelengkapnyaMayjen Kunto Arief Wibowo mengaku pernah mendapatkan gangguan saat tinggal di rumah dinas ketika berpangkat Letda.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perempuan ini membagikan kisah pahit asmaranya di masa lalu yang diremehkan ibu dari kekasihnya.
Baca SelengkapnyaPengacara mengatakan kepada majelis hakim pemohon telah menyatakan insaf dan bertobat, dan hanya sekali mengajukan banding ke Mahkamah Tinggi.
Baca SelengkapnyaMomen sedih saat komandan TNI AL datangi rumah eks casis yang tewas dibunuh.
Baca SelengkapnyaBelum lama ini, Letkol Inf. Nur Wahyudi resmi dilantik menjadi menjadi Dansat-81 Kopassus.
Baca SelengkapnyaTak dikenali orang tuanya usai lima tahun merantau, momen wanita mudik diam-diam ini justru bikin ngakak.
Baca SelengkapnyaKapendam Jaya Kolonel Inf Deki Rayusyah Putra mengatakan terduga pelaku pembunuhan berhasil diamankan
Baca Selengkapnya