Kerap Berselisih, Kini AS dan China Sepakat Kerjasama Tangani Krisis Iklim
Merdeka.com - China dan Amerika Serikat sepakat untuk memperkuat komitmen kerjasama dalam mengatasi perubahan iklim yang harus diperkenalkan sebelum babak baru perundingan internasional akhir tahun ini. Demikian disampaikan dalam pernyataan bersama kedua negara pada Minggu (18/4).
Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah pertemuan antara utusan iklim China Xie Zhenhua dan timpalannya dari AS, John Kerry, di Shanghai yang berlangsung dua hari, Kamis-Jumat. Hal ini disampaikan Kementerian Lingkungan Hidup China.
“Amerika Serikat dan China berkomitmen untuk bekerja sama satu sama lain dan dengan negara-negara lain untuk mengatasi krisis iklim,” jelas pernyataan bersama tersebut, dilansir Channel News Asia, Minggu (18/4).
Kedua negara ini akan terus mendiskusikan tindakan konkret untuk mengurangi emisi yang bertujuan untuk menjaga batas suhu yang sejalan dengan Perjanjian Paris.
John Kerry tiba di Shanghai pada Rabu malam di bawah ketatnya protokol Covid-19 dan dibawa ke hotel khusus yang tidak terbuka untuk umum. Dia kemudian berangkat menuju Seoul, Korea Selatan.
Kunjungannya ke Shanghai adalah kunjungan tingkat tinggi pertama ke China oleh pejabat pemerintahan Presiden AS Joe Biden sejak dia menjabat pada Januari lalu.
Pembicaraan tersebut juga menandai dimulainya kembali dialog iklim antara dua negara penghasil rumah kaca terbesar dua. Diskusi bilateral terhenti selama pemerintahan Donald Trump, yang menarik diri dari Perjanjian Paris 2015 setelah mengklaim perjanjian itu merugikan perekonomian AS.
AS diharapkan segera menyampaikan komitmen baru untuk mengurangi emisi rumah kaca untuk mendapatkan kembali kepercayaan dari sekutu asing. Biden kembali membawa AS ke dalam Perjanjian Paris tersebut.
Penasihat iklim senior Greenpeace, Li Shuo menyampaikan China bisa segera menanggapi komitmen baru AS dengan membuat komitmen baru, membangun “momentum” dari perundingan Shanghai tersebut.
Joe Biden akan menggelar KTT virtual yang akan dihadiri puluhan pemimpin dunia pekan ini untuk mendiskusikan masalah perubahan iklim, yang akan disiarkan secara langsung. Pembahasan iklim global dijadwalkan berlangsung pada 1-12 November di Glasgow.
Pernyataan bersama tersebut menyampaikan kedua negara sepakat mendiskusikan tindakan spesifik pengurangan emisi termasuk penyimpanan energi, penangkapan karbon dan hidrogen. Kedua negara juga sepakat untuk mengambil langkah untuk memaksimalkan pendanaan untuk negara-negara berkembang untuk beralih ke sumber energi rendah karbon.
China menargetkan akan menjadi negara bebas karbon pada 2060.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menteri LHK Beberkan Kemajuan Indonesia Atasi Perubahan Iklim
Indonesia lebih awal menginisasi beberapa aksi pengendalian perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaPerubahan Iklim Ancam Penduduk Dunia, Pemerintah Antisipasi dengan Menanam Pohon & Perbaiki Lingkungan
Aksi yang melibatkan beberapa unsur masyarakat itu merupakan langkah nyata untuk menuju Indonesia Maju.
Baca SelengkapnyaIndonesia Butuh Suntikan Modal Asing untuk Percepatan Transisi Energi Baru dan Terbarukan
Dampak perubahan iklim global tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, melainkan juga seluruh negara di dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Populasi di Dunia Kian Bertambah, Ancaman Krisis Pangan Semakin Nyata
Krisis pangan di dunia menjadi isi utama seiring bertambahnya populasi manusia.
Baca SelengkapnyaKrisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca SelengkapnyaPerubahan Iklim Jadi Tantangan Generasi Muda Capai Indonesia Emas 2045
Pemerintah perlu mengajak seluruh elemen untuk berkontribusi dalam adaptasi perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaSurvei ASI: Anies-Cak Imin Dianggap Mampu Atasi Krisis Iklim, Prabowo-Gibran Dinilai Punya Komitmen
Survei ASI dilakukan di Jabodetabek pada 16-21 Desember dengan populasi penduduk 17-23 tahun dan 24-39 tahun.
Baca SelengkapnyaIndonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaPemerintah Waspadai Konflik Timur Tengah Hingga Pelemahan Ekonomi China
Ada beberapa isu yang menjadi perhatian pemerintah di tahun 2024.
Baca Selengkapnya