Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kematian George Floyd, Presiden Trump Akhirnya Teken Inpres Reformasi Kepolisian

Kematian George Floyd, Presiden Trump Akhirnya Teken Inpres Reformasi Kepolisian Presiden Donald Trump tanda tangani surat perintah reformasi kepolisian. ©REUTERS/Leah Millis

Merdeka.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya mengeluarkan surat perintah eksekutif pada Selasa (16/6), yang menurut dia akan mereformasi kepolisian, meskipun ia kerap mendesak aparat untuk menegakkan "hukum dan ketertiban" saat menghadapi massa pengunjuk rasa.

Trump menjadi sasaran kritik warga Amerika karena kebijakan dan pernyataan kerasnya dapat memperparah perselisihan antar ras di AS.

Setelah massa turun ke jalan selama berminggu-minggu menentang rasisme dan aksi brutal polisi, Trump membuat kebijakan yang menanggapi diskriminasi rasial dalam sistem penegakan hukum. Langkah itu dilakukan Trump saat ia mencalonkan diri untuk kembali menjabat sebagai presiden AS pada pemilihan presiden 3 November 2020.

Trump, seorang politisi Partai Republik, membuka sambutannya dengan menyampaikan simpati kepada keluarga korban. Ia berjanji akan menegakkan keadilan dan menjanjikan keluarga mereka, korban tidak akan meninggal dunia sia-sia. Tak lama kemudian, Trump langsung membela aparat penegak hukum dan mengancam akan menghukum para penjarah.

Ribuan massa di puluhan kota AS turun ke jalan selama lebih dari dua minggu memprotes tewasnya George Floyd, seorang warga kulit hitam AS, oleh seorang polisi kulit putih dari Kota Minneapolis, Derek Chauvin, pada 25 Mei.

"Rakyat Amerika menginginkan hukum dan ketertiban, mereka meminta hukum dan ketertiban," kata Trump pada sesi upacara di Gedung Putih. Trump kembali mengulang pesan yang membuat para pengunjuk rasa geram. Massa di New York sampai Los Angeles turun ke jalan berunjuk rasa.

"Warga Amerika tahu kebenarannya. Tanpa polisi, hanya akan ada kekacauan, tanpa hukum, akan ada anarki, tanpa keamanan, akan ada bencana," kata dia.

Lewat unggahannya di Twitter, Trump meminta aparat menindak para pengunjuk rasa dan menekankan pentingnya aksi setingkat militer untuk mengendalikan demonstran.

Mengkritik Obama

Dalam pidatonya di Rose Garden, Gedung Putih, Trump lebih memilih mengkritik Barack Obama, presiden kulit hitam pertama AS, terkait rekam jejaknya mereformasi kepolisian, daripada mendorong persatuan di tengah masyarakat.

Hasil jajak pendapat menunjukkan ada kekhawatiran luas di tengah masyarakat AS terhadap aksi brutal polisi.

Instruksi presiden yang dikeluarkan Selasa (16/6) mendorong kepolisian untuk mengikuti standar penegakan hukum terbaru, meningkatkan akses berbagi informasi sesama polisi, sehingga mereka dengan rekam jejak buruk tidak akan dipekerjakan tanpa ada pemeriksaan latar belakang.

Trump juga memerintahkan para pekerja sosial dan penegak hukum untuk tidak menggunakan kekerasan saat menghadapi tersangka kasus narkoba dan tuna wisma, demikian kata beberapa pejabat terkait.

Presiden juga mengusulkan akan mengalokasikan dana federal ke departemen kepolisian yang mendapatkan sertifikasi dari badan eksternal. Instruksi baru itu turut melarang aparat mencekik, kecuali nyawa mereka terancam. Aturan baru itu juga mendorong polisi untuk mengurangi penggunaan senjata mematikan, misalnya alat kejut listrik. Demikian seperti dikutip Antara dari Reuters, Rabu (17/6).

Dianggap Belum Cukup

Kelompok oposisi, di antaranya termasuk Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS, Nancy Pelosi, mengatakan instruksi presiden itu masih belum cukup,

Trump menegaskan ia menentang gerakan pengurangan anggaran kepolisian atau "defund the police" yang hanya dapat dilakukan dengan memikirkan kembali atau membongkar sistem kepolisian saat ini. Para politisi Partai Demokrat, termasuk calon presiden Joe Biden, juga tidak menyambut usulan itu. Namun, politisi Partai Republik secara terbuka menolak permintaan tersebut.

Dewan Perwakilan Rakyat AS yang dipimpin Partai Demokrat pada akhir bulan ini kemungkinan akan menggelar pemungutan suara untuk mengesahkan rancangan undang-undang yang diajukan Kaukus Warga Kulit Hitam Kongres. Beleid itu bertujuan meningkatkan sanksi terhadap polisi yang melanggar hukum.

Sementara itu, anggota Senat dari Partai Republik kemungkinan juga akan membawa rancangan UU-nya, Rabu. Beleid itu terkait dengan pengumpulan data pada tingkat kebijakan di daerah yang melaporkan banyak kasus kekerasan aparat. Trump mendesak Kongres untuk bertindak.

Partai Demokrat menginginkan korban kekerasan aparat beserta keluarga korban dapat menuntut kepolisian. Politisi Partai Republik mendorong adanya beleid yang dapat mengurangi perlindungan terhadap para anggota serikat penegak hukum.

Keputusan Trump melarang petugas mencekik mirip dengan salah satu pasal dalam beleid yang diusung Partai Demokrat.

Anggota parlemen dari Partai Republik tidak satu suara menanggapi masalah tersebut. Inimai Chettiar, anggota Justice Action Network, mengatakan penggunaan hibah untuk mempengaruhi kebijakan kepolisian dapat jadi cara efektif untuk mereformasi kepolisian. Namun, ia mencatat Kementerian Hukum menentang upaya itu.

"Saya skeptis terhadap seberapa jauh instruksi ini akan dilaksanakan," kata dia.

Kelompok pegiat hak sipil lainnya mengatakan perintah Trump belum cukup mengubah sistem kepolisian.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kakek 80 Tahun Bikin Perwira Polisi Kaget, 7 Tahun Jalan Kaki Datangi 261 Makam Para Wali & Presiden RI
Kakek 80 Tahun Bikin Perwira Polisi Kaget, 7 Tahun Jalan Kaki Datangi 261 Makam Para Wali & Presiden RI

Seorang pria tua berusia 80 tahun sukses mencuri perhatian. Awalnya, kakek tua itu tengah berusaha menyeberang jalan raya.

Baca Selengkapnya
Istana: Surat Pengunduran Diri Firli Bahuri Sedang Diproses
Istana: Surat Pengunduran Diri Firli Bahuri Sedang Diproses

surat perbaikan terkait pengunduran diri Firli Bahuri dari Ketua KPK sedang diproses

Baca Selengkapnya
10 Tempat dengan Angka Kriminalitas Tertinggi di Amerika, Hati-Hati Jika Liburan ke Sana
10 Tempat dengan Angka Kriminalitas Tertinggi di Amerika, Hati-Hati Jika Liburan ke Sana

Beberapa bagian Amerika Serikat yang terkenal dengan kriminalitasnya, seperti, pencurian, perampokan, penganiayaan berat, dan seksual.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Izin Ekspor Pasir Laut Belum juga Dibuka Meski Sudah Dapat Izin Jokowi, Kemendag Buka Suara
Izin Ekspor Pasir Laut Belum juga Dibuka Meski Sudah Dapat Izin Jokowi, Kemendag Buka Suara

Presiden Jokowi mengeluarkan aturan yang membolehkan pengerukan pasir laut, salah satunya untuk tujuan ekspor pada Mei 2023.

Baca Selengkapnya
Kepada Jokowi, Kapolri Beberkan Konsep Polres Khusus IKN
Kepada Jokowi, Kapolri Beberkan Konsep Polres Khusus IKN

Polres Khusus Kawasan IKN ini, akan memberikan pelayanan kepolisian terhadap enam kecamatan.

Baca Selengkapnya
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.

Baca Selengkapnya
Begini Asal Usul Munculnya Jabatan Presiden dan Ini Presiden Pertama di Dunia
Begini Asal Usul Munculnya Jabatan Presiden dan Ini Presiden Pertama di Dunia

Sebelum ada istilah presiden, seorang pemimpin biasanya disebut dengan 'kaisar', 'raja', dan 'sultan'.

Baca Selengkapnya
Soal Presiden Boleh Kampanye, Meutya Hafid Nilai Jokowi bukan Deklarasi Keberpihakan
Soal Presiden Boleh Kampanye, Meutya Hafid Nilai Jokowi bukan Deklarasi Keberpihakan

Meutya menjelaskan pernyataan Jokowi terkait kampanye dan keberpihakan di Pemilu, hanya dalam konteks menjelaskan aturan.

Baca Selengkapnya
Survei: Mayoritas Pemilih Anggap Joe Biden Terlalu Tua untuk Kembali Maju sebagai Capres
Survei: Mayoritas Pemilih Anggap Joe Biden Terlalu Tua untuk Kembali Maju sebagai Capres

Survei: 86% Pemilih Sebut Joe Biden Terlalu Tua untuk Kembali Maju Capres

Baca Selengkapnya