Iran Minta AS Setop Gunakan Kekerasan Bubarkan Unjuk Rasa Kematian George Floyd
Merdeka.com - Pada Senin kemarin, Kementerian Luar Negeri Iran menyerukan agar Washington menghentikan kekerasan terhadap rakyatnya setelah unjuk rasa pecah di seluruh Amerika Serikat atas kematian seorang pria kulit hitam, George Floyd.
"Kepada rakyat Amerika: dunia telah mendengar ungkapan kemarahan kalian terhadap penindasan negara. Dunia berdiri bersama kalian," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi saat konferensi pers di Teheran, dikutip dari Times of Israel, Selasa (2/6).
"Dan kepada pejabat dan polisi Amerika: hentikan kekerasan terhadap rakyat Anda dan biarkan mereka bernapas," lanjutnya.
Puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan di seluruh Amerika, menuntut dakwaan berat dan pembunuhan tingkat pertama dan menangkap lebih banyak pihak yang terlibat dalam kasus kematian George Floyd, yang meninggal di tangan seorang anggota kepolisian Minneapolis.
Floyd berhenti bernapas setelah diborgol dan ditindih dengan lutut selama hampir 9 menit oleh polisi kulit putih bernama Derek Chauvin.
Chauvin dipecat dan didakwa dengan pembunuhan tingkat tiga pada Jumat, lima hari setelah kematian Floyd.
"Kami sangat menyesali melihat rakyat Amerika, yang secara damai menuntut penghormatan dan tak ada lagi kekerasan, ditindas tanpa pandang bulu dan dihadapkan dengan sepenuhnya kekerasan," kata Mousavi.
Dia juga menuding AS mempraktikkan kekerasan dan perisakan di dalam maupun luar negeri.
Kekerasan unjuk rasa di AS diberitakan secara luas oleh media Iran, khususnya televisi pemerintah, yang baru-baru ini menayangkan program terkait rasisme kelembagaan AS.
Ratusan Pengunjuk Rasa di Iran Tewas
AS juga pernah mengecam Iran saat terjadi unjuk rasa besar-besaran akhir 2019 lalu karena naiknya harga BBM. AS mengatakan lebih dari 1.000 orang terbunuh dalam unjuk rasa berujung rusuh itu.
Amnesty International mengatakan 304 orang terbunuh dalam aksi tersebut, termasuk 12 anak-anak. Namun demikian pemerintah Iran belum menerbitkan angka jumlah kematian dalam bentrokan tersebut.
Iran berulang kali membantah angka kematian yang dipublikasikan media asing dan kelompok pemantau HAM dan menuding mereka berbohong, dan menyerahkan tanggung jawab pelaporan angka kematian kepada sejumlah lembaga pemerintah.
Namun Menteri Dalam Negeri Iran, Abdolreza Rahmani Fazli memperkirakan lebih dari 225 orang tewas, dalam sebuah laporan kantor berita ISNA pada Minggu.
Sebuah kelompok independen pakar HAM PBB mengatakan pada Desember lalu, berdasarkan laporan yang belum terkonfirmasi, lebih dari 400 orang tewas dalam aksi unjuk rasa yang puncaknya pada November tahun lalu.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
David menjelaskan untuk dua kasus yang menyeret nama Andika statusnya masih saksi terlapor.
Baca SelengkapnyaSidang digelar hari ini, Selasa (20/2) di pengadilan negara bagian Benggala Barat.
Baca SelengkapnyaAksi Gibran mengompori pendukungnya untuk bersorak terjadi pada segmen keempat debat capres.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Meski hanya berpostur 168 cm, sebagai gelandang ia begitu andal dalam menjaga ritme permainan tim di lapangan.
Baca Selengkapnya"Mas Gibran biasa aja. Persiapan khusus enggak ada," kata Zulhas
Baca SelengkapnyaPemain legendaris Timnas Indonesia yang berposisi sebagai sayap ini dikenal dengan kelincahannya mengolah si kulit bundar saat berada di lapangan hijau.
Baca SelengkapnyaPolisi menduga pria itu tewas akibat pembunuhan dan sengaja dibuang ke sungai.
Baca SelengkapnyaKabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi membenarkan adanya pelaporan polisi tersebut.
Baca SelengkapnyaKorban sempat dibawa ke Rumah Sakit Sariningsih, namun akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Baca Selengkapnya