Merdeka.com - Tiga korban meninggal akibat ledakan di Kota Boston, Negara Bagian Massachusetts, Amerika Serikat, terungkap. Insiden ini juga mencederai 180 lainnya, 13 di antaranya harus diamputasi.

Stasiun televisi CNN melaporkan, Rabu (17/4), ketiga korban tewas di lokasi kejadian itu adalah Martin Richard (8 tahun), Krystle Campbell (29 tahun), dan seorang mahasiswa Universitas Boston asal China. Konsulat Jenderal China di Kota New York, Amerika, sudah membenarkan soal ini. Namun atas permintaan kerabat, identitas korban tidak diumumkan.

Martin adalah pelajar kelas tiga sekolah dasar. Dia meninggal saat menunggu ayahnya di garis akhir di Jalan Boylston. "Putra saya tercinta terbunuh akibat serangan bom di Boston," tulis Bill Richard, ayah Martin. Istrinya juga luka di bagian otak. Bahkan putri bungsunya harus kehilangan satu kakinya.

Seperti Martin, Krystle terbunuh saat menyaksikan lomba marathon dekat garis akhir bersama teman perempuannya, Karen Rand. Dia merupakan karyawan restoran The Summer Shack di Kota Boston. "Tidak ada kata bisa menggambarkan bagaimana berartinya dia bagi kami semua," tulis manajemen restoran di laman Facebook mereka, seperti dilansir surat kabar The New York Daily. "Dia perempuan menakjubkan, penuh energi dan pekerja keras, tapi tidak pernah lelah membagi cinta dan senyum kepada siapa saja."

Ibu Krystle, Patty Campbell, begitu terpukul dengan kematian putranya itu. "Saya tidak percaya ini terjadi," ujar ibu tiga anak ini berdiri di samping putranya, Billy. "Dia terbaik."

Pihak Universitas Boston membenarkan mahasiswa mereka tewas di lokasi kejadian. Dia bersama dua temannya menonton lomba dekat garis akhir," kata universitas lewat pernyataan tertulis.

Dua ledakan terjadi pukul 14.50. Hingga kini, belum ada pihak mengaku bertanggung jawab. Polisi sedang memburu seorang lelaki kulit hitam berada di lokasi lima menit sebelum bom meledak.