HAM: Kekerasan terhadap muslim di Myanmar kesalahan pemerintah
Merdeka.com - Kelompok Dokter untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di New York mengatakan insiden pembunuhan dilakukan kelompok Buddha terhadap warga muslim di Myanmar dengan bebas terjadi karena pemerintah gagal menghentikan serangan-serangan yang ada. Pernyataan ini muncul di tengah serangan terbaru yang membuat banyak warga muslim kehilangan rumah.
Selama tahun lalu, insiden bentrokan tersebar di seantero negara mayoritas beragama Buddha itu. Kekerasan juga telah menyebabkan lebih dari 240 orang tewas, di mana sebagian besar adalah kaum muslim, seperti dilansir situs the Huffington Post, Jumat (30/8).
Polisi mengatakan sekelompok massa, yang diperkirakan sekitar seribu warga Buddha, membakar lebih dari 35 rumah warga muslim dan belasan toko pada 24 Agustus lalu di Kota Kanbalu, di Distrik Shewbo, Wilayah Sagaing, setelah mendengar desas-desus bahwa seorang pria muslim melakukan serangan seksual terhadap seorang wanita muda Buddha.
Polisi menangkap seorang pria muslim, tetapi menolak permintaan massa untuk menyerahkan tersangka, yang akhirnya memicu pembakaran dan penyerangan terhadap rumah-rumah milik warga muslim yang tidak bersalah. Pembakaran juga dilaporkan terjadi terhadap sebuah masjid.
"Pemerintah Myanmar harus melakukan sebuah upaya untuk memungkinkan penyelidikan terhadap penyalahgunaan ini dengan efektif dan menahan para pelaku," kata kelompok dokter itu dalam laporannya.
"Jika kondisi ini berlalu tanpa terselesaikan, Myanmar kemungkinan akan menghadapi kekerasan di seluruh negeri pada tingkat bencana, termasuk potensial kejahatan terhadap kemanusiaan atau pembunuhan massal," lanjut laporan itu.
Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk hak asasi manusia, Tomas Quintana, menyelidiki serangan dari kelompok Buddha terhadap warga muslim di pusat Kota Meiktila, di Wilayah Mandalay, selama perjalanan sepuluh hari, yang berakhir pada 21 Agustus lalu.
Penduduk menuduh Quintana berat sebelah terhadap keterlibatan kelompok Buddha dalam bentrokan di Meiktila, yang terjadi pada Maret lalu, dan pemerintah menyangkal klaim dia.
Pengalaman Quintana memberikan dia wawasan terhadap perasaan ketakukan warga muslim ketika dikejar oleh kekerasan massa yang marah, yang mengakibatkan 43 orang tewas.
Warga muslim di Negara Bagian Rakhine dari etnis Rohingya menggambarkan diri mereka sebagai warga negara yang teraniaya karena mereka menjadi kelompok minoritas, yang bersaing dengan umat Buddha di daerah miskin.
Kelompok militan Buddha dan pemerintah bersikeras bahwa etnis Rohingya bukan warga negara Myanmar, tapi sebaliknya merupakan warga muslim dari etnis Bengali yang secara ilegal bermigrasi dari negara tetangga Bangladesh selama beberapa dekade terakhir.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ribuan Umat Muslim di Perbatasan Timor Leste Pawai Obor Bawa Pesan Toleransi
Baca SelengkapnyaSuhartoyo meminta semua pihak untuk hadir dan mendengrkan kesaksian dari empat menteri terkait.
Baca SelengkapnyaHadi juga menyoroti perihal situasi Kamtibmas selama bulan Ramadan berlangsung secara aman dan damai.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Motif pelaku menghabisi keponakannya karena tergiur mencuri perhiasan emas yang dikenakan korban.
Baca SelengkapnyaMenurut Mentan, pertanian semakin maju karena dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Baca SelengkapnyaMemperkuat toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Masyarakat tidak boleh semena-mena melanggar hak dari mereka yang dianggap berbeda.
Baca SelengkapnyaPerbedaan pilihan saat Pemilu lalu seharusnya bisa disikapi dengan bijak. Sudah saatnya semua pihak ikut menjaga situasi tetap tenang terlebih di bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaBentrokan dua kelompok warga di di Kompleks Perumahan Pemda, Maluku Tenggara menyebabkan satu pelajar tewas.
Baca SelengkapnyaTiga orang emak-emak di Garut Jawa Barat tertabrak mobil saat menyeberang usai menghadiri kegiatan pengajian
Baca Selengkapnya