Facebook 'bantu' penyelundup masukan imigran gelap ke Amerika
Merdeka.com - Banyak cara yang dilakukan penyelundup manusia untuk bisa memasukkan imigran gelap ke Amerika. Jika dulu mereka berkomunikasi melalui handphone, maka saat ini penyelundup memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebook dan Skype.
Penyelundup imigran gelap yang dikenal dengan sebutan 'coyotes', mengenakan biaya sebesar USD 5 ribu hingga USD 10 ribu per orang untuk bisa diseberangkan ke Amerika. Perputaran uang dalam transaksi ini bisa mencapai jutaan dollar Amerika dalam setahun.
"Saya tidak perlu mengiklankan karena Facebook yang meyakinkan mereka untuk pergi," kata salah seorang coyote seperti dikutip Mashable, Jumat (19/9).
Para imigran juga menggunakan Facebook untuk mengabari jika mereka sudah berada di Amerika. Jumlah imigran gelap yang masuk ke Amerika meningkat setiap tahunnya.
"Sosial media memungkinkan keluarga dan orang muda untuk belajar dari mereka yang sudah ada di Amerika bahwa coyote ini mengantarkan... Saya pergi, dan saya bertemu di sana. Pria di lingkungan ini, dia yang mengantarkan saya ke sini (Amerika)," ujar salah seorang imigran yang enggan disebutkan namanya.
Jumlah imigran gelap yang masuk ke Amerika diperkirakan berjumlah 90 ribu dalam kurun waktu 2014. Hal ini yang kemudian disebut sebagai 'krisis kemanusiaan' oleh Presiden Amerika Serikat Barrack Obama.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Facebook menjadi jejaring sosial terbesar di dunia.
Baca SelengkapnyaAda juga orang yang putus asa dengan menuliskan di media sosialnya untuk mencurahkan isi hati.
Baca SelengkapnyaPengguna mengeluhkan tidak bisa mengakses Instagram untuk beberapa waktu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mentor pijat yang terkenal di berbagai negara ini menggratiskan layanannya untuk orang miskin
Baca SelengkapnyaHidup di lokasi transmigrasi memang berat, tapi Pak Tumiran membuktikan bahwa ia bisa hidup sejahtera asal mau bekerja keras
Baca SelengkapnyaProses migrasi TikTok Shop ke Tokopedia membutuhkan waktu karena ada aspek teknis yang perlu diselaraskan.
Baca SelengkapnyaPemerintah tak lagi tahan barang bawaan pekerja migran di bandara asalkan nilainya tidak lebih dari Rp24 juta setahun.
Baca SelengkapnyaMasyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.
Baca SelengkapnyaSelama ini, banyak pekerja migran yang mengalami masalah, mulai dari keberangkatan sampai saat bekerja di luar negeri.
Baca Selengkapnya