Donald Trump Kembali Lolos dari Pemakzulan
Merdeka.com - Senat Amerika Serikat tadi malam memutuskan untuk membebaskan mantan presiden Donald Trump dalam persidangan pemakzulannya --yang kedua dalam setahun.
Rekan-rekannya dari kubu Partai Republik berhasil memblokir pendirian bahwa Trump berperan dalam serangan maut yang dilancarkan oleh para pendukungnya di gedung parlemen AS, Capitol, pada 6 Januari lalu.
Pemungutan suara di tingkat Senat berakhir dengan skor 57-43. Hasil tersebut tidak memenuhi angka dua pertiga mayoritas yang diperlukan untuk dapat menghukum Trump.
Trump tadinya diupayakan untuk dihukum atas tuduhan menghasut pemberontakan, setelah persidangan yang berlangsung lima hari di Gedung Capitol dirangsek para pengikutnya pada 6 Januari. Massa pendukung Trump menyerbu gedung itu tak lama setelah mereka mendengar pidato yang berkobar dari Trump.
Dilansir dari laman Antara mengutip Reuters, Minggu (14/2), selama pemungutan suara, tujuh dari 50 anggota Senat asal Partai Republik bergabung dengan Partai Demokrat, yang bersatu dalam mendukung hukuman terhadap Trump.
Trump meninggalkan jabatannya sebagai presiden AS pada 20 Januari, sehingga pemakzulan tidak dapat digunakan untuk menggulingkannya dari kekuasaan.
Namun, saat itu Demokrat berharap Trump bisa dihukum untuk mempertanggungjawabkan peranannya pada penyerbuan Capitol. Lima orang, termasuk seorang penjaga keamanan, tewas dalam serbuan itu.
Para senator di kubu Republik juga menyelamatkan Trump pada 5 Februari 2020, dalam sidang pemakzulan pertamanya. Ketika itu, hanya satu senator Republik, yakni Mitt Romney, yang memilih mendukung pemberian hukuman serta pencopotan Trump sebagai presiden.
Pada pemungutan suara hari Sabtu, Romney kembali mendukung pemakzulan terhadap Trump. Enam senator Republik lainnya, yaitu Richard Burr, Bill Cassidy, Susan Collins, Ben Sasse, Pat Toomey, dan Lisa Murkowski mengambil sikap yang sama dengan Romney.
Sebesar 71 persen orang dewasa Amerika, termasuk hampir dari setengahnya beraliran Partai Republik, percaya bahwa Trump juga berperan memantik serangan di Capitol.
Namun, hanya sekitar setengah dari masyarakat di negara itu yang menganggap Trump harus dihukum karena menghasut pemberontakan, menurut jajak pendapat Ipsos yang diselenggarakan untuk Reuters.
Trump, 74 tahun, terus menancapkan kuku di partainya melalui daya tarik aliran konservatif serta kampanye "Dahulukan Amerika". Pengusaha kaya yang kemudian menjadi politisi itu sudah berencana untuk mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden pada 2024.
Trump merupakan presiden ketiga dalam sejarah AS yang pernah dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Langkah seperti itu mirip dengan dakwaan pidana.
Trump juga menjadi presiden pertama AS yang pertama dimakzulkan dua kali oleh DPR serta presiden pertama yang menghadapi persidangan pemakzulan setelah tidak lagi menjabat.
Sejauh ini, Senat AS belum pernah menghukum presiden yang dimakzulkan DPR.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Survei: Mayoritas Pemilih Anggap Joe Biden Terlalu Tua untuk Kembali Maju sebagai Capres
Survei: 86% Pemilih Sebut Joe Biden Terlalu Tua untuk Kembali Maju Capres
Baca SelengkapnyaPutin Ungkap Alasan Dirinya Lebih Suka Joe Biden Ketimbang Trump di Pemilu AS 2024
Putin Sebut Dirinya Lebih Suka Joe Biden Ketimbang Trump di Pemilu AS 2024, Alasannya Tak Terduga
Baca SelengkapnyaJokowi Terima Surat Kepercayaan 9 Duta Besar Negara Sahabat
Presiden Jokowi menerima surat kepercayaan dari sembilan duta negara-negara sahabat
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ternyata Ini Alasan Jokowi Bagi-Bagi Bansos Beras Jelang Pilpres 2024
Presiden akhirnya buka suara terkait polemik pemberian bansos beras kemasan 10 kg di tahun politik.
Baca SelengkapnyaMuncul Desakan Pemakzulan Jokowi, Istana Klaim Kepuasan ke Presiden Masih Tinggi di Atas 75 Persen
Istana menegaskan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi tak terganggu dengan munculnya wacana pemakzulan Jokowi.
Baca SelengkapnyaPesan Jokowi ke Menteri: Bansos Harus Diteruskan
Jokowi juga mengingatkan agar penyaluran bansos dipantau ketat supaya tepat sasaran.
Baca SelengkapnyaJawaban Presiden Jokowi soal Tudingan Politisasi Bansos
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjawab tudingan bantuan sosial (bansos) dipolitisasi menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Baca SelengkapnyaJokowi: Debat Politisi Suasananya Panas, tapi Rakyat Santai Saja
Menurut Jokowi, masyarakat di desa dan daerah justru santai-santai saja menghadapi Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaSurvei Populi Center: 79,9 Persen Masyarakat Ingin Pilpres Satu Putaran
Kebanyakan responden ingin mengetahui segera siapa yang menggantikan Jokowi.
Baca Selengkapnya