Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dari Paus sampai Rusa, Hewan-Hewan Ini Mati karena Telan Sampah Plastik Manusia

Dari Paus sampai Rusa, Hewan-Hewan Ini Mati karena Telan Sampah Plastik Manusia paus sperma terdampar di denmark. ©AFP Photo/Scanpix Denmark/Claus Fisker/DENMARK OUT

Merdeka.com - Sampah plastik baik di daratan maupun lautan kini semakin menjadi sorotan dunia internasional karena dampak negatifnya bagi lingkungan.

World Economic Forum (WEF) memprediksi pada 2050 mendatang, jumlah plastik di lautan akan lebih banyak dibanding ikan. Hampir semua orang di dunia menggunakan plastik tiap harinya, dan lebih dari sepereempatnya digunakan untuk kemasan.

Saat ini diperkirakan terdapat 150 juta ton plastik di seluruh lautan. Bila ini dibiarkan diperkirakan akan ada satu ton plastik setiap tiga ton ikan pada 2025, dan akan lebih banyak sampah dibandingkan ikan pada 2050.

Sejumlah fauna juga ditemukan mati akibat menelan sampah plastik. Berikut deretan fakta miris tentang hewan-hewan yang mati karena sampah plastik manusia:

Tiga Penyu di Kepulauan Seribu mati Akibat Sampah Plastik

Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta, Ida Harwati membenarkan tiga penyu mati di Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu. Penyu tersebut mati akibat sampah plastik dan minyak mentah.

"Memang benar pada tanggal 27 November 2018 ditemukan tiga ekor penyu yang mati. Tapi kondisinya sudah membusuk, jadi tidak dievakuasi ke darat. Sudah tertutup lendir, di mulutnya sudah ada plastik begitu juga dengan sela-sela kaki depannya," katanya seperti dilansir dari Antara, Rabu (28/11).

Dia menjelaskan, kematian penyu jenis sisik itu belum bisa dipastikan karena tidak dilakukan pembedahan. Namun pihaknya yakin penyu mati akibat sampah plastik dan tumpahan minyak yang berada di sekelilingnya.

BKSDA DKI sebelumnya tidak pernah menerima laporan penyu mati dari bulan Januari hingga November 2018. "Kami baru dapat infonya baru hari Selasa ini, mungkin matinya dari kemarin karena saat ditemukan kondisinya sudah membusuk, dua hari mungkin," tambah Ida.

Lokasi penemuan penyu mati berada tak jauh dari Pulau Pari, sekitar 150 meter. Kini, BKSDA DKI dan Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan (MMP) Pulau Pari membiarkan penyu-penyu mati itu mengambang di laut berhubung kondisinya yang membusuk.

Sebelumnya, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu Yusen Hardiman menyebut kabar tercemarnya Pulau Pari, Kepulauan Seribu oleh minyak atau pek dan sampah yang sempat meluas di media sosial dipastikan berasal dari sampah kiriman.

Yusen menegaskan jajarannya telah membersihkan sampah yang jumlahnya mencapai 40 ton itu.

Ikan Paus Sperma Mati, di Perutnya Ada 5,9 kilogram Sampah Plastik

Ikan Paus jenis Sperma (Physeter macrocephalus) terdampar di Perairan Pulau Kapota Resort Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kondisinya sangat menyedihkan, karena isi perutnya dipenuhi sampah dengan total mencapai 5,9 kilogram.

Kasubag TU Balai Taman Nasional Wakatobi, Laode Ahyar, mengatakan ikan paus itu ditemukan oleh nelayan sedikit dalam kondisi sudah mati dan mulai membusuk pada Senin (19/11) sekitar pukul 08.00 WITA.

Paus itu memiliki panjang 9,5 meter dan lebar 437 sentimeter. Rencananya, bangkai paus akan segera dikuburkan.

"Hanya saja jam berapa bangkai ikan paus itu akan dikuburkan belum diketahui secara pasti karena masih menunggangi kesiapan tim," katanya. Demikian dikutip dari Antara, Selasa (20/11).

Ditambahkan Kepala Seksi Konservasi BKSDA Provinsi Sulawesi Tenggara, Darman, yang dihubungi secara terpisah membenarkan ikan paus yang terdampar di perairan Pulau Kapota Wakatobi.

"Begitu mendapat laporan tersebut, tim dari BKSDA dan Dinas Kelautan dan Perikanan langsung ke lokasi lapangan untuk memastikan penyebab kematiannya," katanya.

Sampah yang ada di dalam perut ikan paus tersebut, terdiri dari sampah gelas plastik 750 gram (115 buah), plastik keras 140 gram (19 buah), botol plastik 150 gram (4 buah), kantong plastik 260 gram (25 buah), serpihan kayu 740 gram (6 potong), sandal jepit 270 gram (2 buah), karung nilon 200 gram (1 potong), tali rafia 3.260 gram (lebih dari 1000 potong).

"Kalau ditotal sampah yang ada dalam perut ikan paus sperma tersebut 5,9 kilogram," katanya.

Ikan Duyung di Thailand Mati karena Perutnya Infeksi dan Bernanah Akibat Telan Sampah Plastik

Mariam, ikan duyung yatim piatu yang terkenal setelah diselamatkan awal tahun ini di Thailand, dikabarkan mati pada Sabtu 17 Agustus.

Hewan dengan nama lain dugong itu mati karena infeksi yang diperburukan oleh temuan banyak potongan plastik di dalam perutnya, kata pejabat terkait, sebagaimana dikutip dari BBC pada Minggu (18/8).

Mariam menjadi bintang internet karena viralnya foto-foto yang menunjukkan dia mendekap erat pelukan penyelamat, setelah ditemukan terdampar di pesisir Thailand pada April lalu.

Mariam adalah satu dari beberapa ratus ekor ikan duyung yang tersisa di Thailand, di mana kini statusnya adalah sebagai hewan berisiko punah.

Sekitar sepekan lalu, saat Mariam memasuki usia delapan bulan, dia terpaksa dirawat di penangkaran khusus karena menolak makan.

Kondisinya terus memburuk dari hari ke hari, dan ikan duyung tersebut dinyatakan mati pada Sabtu tengah malam, setelah sempat mengalami kejang-kejang.

Upaya untuk menyelamatkannya gagal dilakukan.

Chaiyapruk Werawong, kepala taman laut provinsi Trang, mengatakan kepada kantor berita AFP: "Mariam mati karena infeksi darah dan nanah di perutnya."

Selama otopsi, beberapa potong plastik --termasuk yang berukuran 20 sentimeter-- ditemukan di dalam perutnya, tambah Werawong.

Nantarika Chansue, salah satu dokter hewan yang mengurus Mariam, mengatakan: "Semua orang sedih dengan kehilangannya, tetapi itu menegaskan bahwa kita perlu menyelamatkan lingkungan untuk menyelamatkan populasi hewan langka ini."

Mariam semakin dikenal luas setelah rutin tampil dalam siaran web bersama Jamil, ikan duyung lain yang diselamatkan tak lama setelahnya.

Siaran web itu menunjukkan bagaimana kedua dugong dirawat secara intensif, mulai dari penyembuhan luka hingga pemberian makan rutin setiap harinya.

Banyak orang mengungkapkan kesedihan atas kematian Mariam di media sosial.

Rusa di Thailand Mati dengan Perut Berisi 7 kg Sampah Plastik

Seekor rusa liar ditemukan mati di taman nasional di Provinsi Nan, Thailand bagian utara, sekitar 630 kilometer sebelah utara Ibu Kota Bangkok. Setelah diteliti, ditemukan 7 kilogram sampah dalam perutnya.

Celana dalam pria, tas plastik, bungkus kopi instan dan bagian-bagian dari tali plastik adalah beberapa benda yang ditemukan di dalam perut rusa itu.

Seorang pejabat Taman Nasional Khun Sathan mengatakan, rusa itu telah memakan plastik sejak lama sebelum mati, demikian seperti dilansir BBC, Rabu (27/11).

Pada 25 November, seorang petugas yang sedang berpatroli menemukan bangkai rusa jantan berusia 10 tahun di Taman Nasional Khun Sathan di distrik utara Na Noi.

Di perutnya juga ditemukan sarung tangan karet, mie instan, dan handuk kecil.

"Kami percaya binatang itu telah memakan plastik itu sejak lama sebelum mati," kata Kriangsak Thanompun, Direktur Departemen Taman Nasional, Satwa Liar dan Konservasi Tumbuhan Thailand kepada BBC News Thai.

"Pejabat meyakini plastik telah menyumbat saluran pencernaannya, tetapi penyelidikan lebih lanjut akan dilakukan."

Di media sosial, banyak warganet mengecam kasus kematian rusa tersebut dengan mengkritik para pengunjung taman yang kerap membuang sampah sembarangan.

"Ketika Anda pergi ke taman nasional, ambil kembali sampah Anda. Tanggung jawab," kata satu komentar di Facebook.

Warganet Thailand lain mengatakan, akan sulit menyadarkan orang-orang untuk meninggalkan kebiasaan buruk tersebut.

"Ini adalah sesuatu yang harus diajarkan dan diimplementasikan sejak usia muda. Pada saat mereka dewasa, sulit (untuk berubah)," kata yang lain.

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sampah Plastik Asal China hingga Vietnam Terdampar di Pantai Kawasan Natuna Kepulauan Riau

Sampah Plastik Asal China hingga Vietnam Terdampar di Pantai Kawasan Natuna Kepulauan Riau

Jumlah sampah akan bertambah banyak jika memasuki awal tahun seperti Januari dan Februari.

Baca Selengkapnya
Resmi Dinyatakan Punah, Begini Penampakan Ikan Pari Jawa Hewan Pertama di Dunia Lenyap Akibat Manusia

Resmi Dinyatakan Punah, Begini Penampakan Ikan Pari Jawa Hewan Pertama di Dunia Lenyap Akibat Manusia

Berikut penampakan Ikan Pari Jawa yang telah secara resmi dinyatakan punah.

Baca Selengkapnya
Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak

Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak

Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Terungkap, Ini Alasan Menteri Trenggono Tahan Ekspor Pasir Laut Indonesia

Terungkap, Ini Alasan Menteri Trenggono Tahan Ekspor Pasir Laut Indonesia

Aturan turunan ekspor pasir laut masih digodok karena melibatkan banyaknya tim kajian.

Baca Selengkapnya
Pulau di Sumenep Ini Bak Surga Dunia tapi Ditinggal Penduduknya Merantau, Intip Potretnya

Pulau di Sumenep Ini Bak Surga Dunia tapi Ditinggal Penduduknya Merantau, Intip Potretnya

Banyak warga pulau ini merantau ke kota-kota besar demi mendapatkan penghidupan lebih layak.

Baca Selengkapnya
Populasi di Dunia Kian Bertambah, Ancaman Krisis Pangan Semakin Nyata

Populasi di Dunia Kian Bertambah, Ancaman Krisis Pangan Semakin Nyata

Krisis pangan di dunia menjadi isi utama seiring bertambahnya populasi manusia.

Baca Selengkapnya
Sempat Putus Asa Gara-Gara Pandemi, Bisnis Anyaman Bambu Milik Warga Bojonegoro Kini Jadi Favorit Pasar Lokal

Sempat Putus Asa Gara-Gara Pandemi, Bisnis Anyaman Bambu Milik Warga Bojonegoro Kini Jadi Favorit Pasar Lokal

Konsep hidup ramah lingkungan yang meminimalisir penggunaan kemasan plastik membuat aneka kerajinan anyaman bambu semakin diminati konsumen.

Baca Selengkapnya
Mulai Ramadan 2024, Garuda Indonesia Gunakan Kemasan Ramah Lingkungan dalam Layanan Penerbangan

Mulai Ramadan 2024, Garuda Indonesia Gunakan Kemasan Ramah Lingkungan dalam Layanan Penerbangan

Dengan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai melalui penggunaan kemasan ramah lingkungan ini, diharapkan dapat menurunkan emisi karbon.

Baca Selengkapnya
Ilmuwan Temukan Sarang Tertua di Dunia Berusia 29 Juta Tahun, Masih Lengkap dengan 50 Telur Serangga

Ilmuwan Temukan Sarang Tertua di Dunia Berusia 29 Juta Tahun, Masih Lengkap dengan 50 Telur Serangga

Ini merupakan temuan langka dan kemungkinan satu-satunya fosil sarang dengan telur yang masih lengkap yang pernah ditemukan.

Baca Selengkapnya