Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bursa saham Arab Saudi ikut terimbas aksi 'bersih-bersih' Pangeran Muhammad

Bursa saham Arab Saudi ikut terimbas aksi 'bersih-bersih' Pangeran Muhammad pangeran muhammad bin salman. ©SPA

Merdeka.com - Gejolak di dalam pemerintahan Arab Saudi berimbas kepada bursa saham di negara itu. Pasar saham Arab Saudi anjlok setelah lembaga antikorupsi baru disahkan menangkap sebelas pangeran, sejumlah menteri aktif serta mantan pejabat, dan beberapa pengusaha diduga terlibat rasuah.

Dilansir dari laman Reuters, Minggu (5/11), akibat aksi 'bersih-bersih' itu, indeks ekuitas Saudi turun satu persen dalam 25 menit sejak pembukaan perdagangan. Harga saham perusahaan investasi, Kingdom Holding, milik jutawan Pangeran Alwalid bin Talal yang kabarnya merupakan salah satu yang ditahan, anjlok hingga 9,9 persen.

Begitu juga dengan harga saham perusahaan National Industrialization, yang merosot 1,3 persen. Sama halnya dengan saham Banque Saudi Fransi dikabarkan terjun hingga 2,8 persen. Kingdom Holding punya saham di kedua perseroan itu. Masing-masing 6,2 persen dan 16,2 persen.

Meski demikian, peristiwa itu tidak menyebabkan kepanikan di lantai bursa. Terbukti saham perusahaan petrokimia ternama, Saudi Basic Industries, cuma terpangkas 0,2 persen.

Meski demikian, para pengamat masih cemas dengan keadaan itu karena sebagian pengusaha ikut ditangkap kemungkinan besar bakal menjual saham mereka, yang bisa berakibat harganya bakal jatuh. Bahkan nilai modal baru ditanam pun bisa menyusut.

Meski demikian, banyak juga pengusaha Saudi yang merasa diuntungkan dengan langkah diambil Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman, yakni dengan menyingkirkan lawan politik dan memangkas prosedur dianggap rumit dalam iklim usaha. Agenda ekonomi dia dengungkan seperti reformasi, privatisasi, serta proyek pembangunan diharapkan bisa dikebut.

Kementerian Keuangan Arab Saudi turut buka suara terkait dengan gonjang-ganjing di dalam negeri. Mereka menyatakan langkah keras Pangeran Muhammad membentuk 'KPK' dan membekuk sejumlah figur penting di negara itu sudah sesuai dengan aturan hukum.

"Keputusan itu buat mengembalikan iklim penanaman modal di Arab Saudi," demikian pernyataan Kementerian Keuangan Arab Saudi.

Kendati demikian, bantahan juga datang dari pihak-pihak dianggap terlibat dugaan rasuah di Arab Saudi. Kingdom Holding menyatakan justru mereka untung jutaan dolar.

Kingdom Holding yang memegang saham di Citigroup dan Twitter mengatakan mendapat laba pada kuartal ketiga tahun ini sebesar SAR 247,5 juta (sekitar lebih dari Rp 890 miliar). Tahun lalu mereka dikabarkan merugi hingga SAR 355 juta (sekitar lebih dari Rp 1,2 triliun).

Mereka mengklaim laba didapat dari sektor industri jasa seperti hotel, pemasukan dari pembagian keuntungan, dan keuntungan dari penanaman modal.

Belum diketahui bagaimana nasib seluruh pejabat dan keluarga kerajaan Arab Saudi itu. Pangeran Muhammad dikabarkan sedang mengusut kembali dugaan penyimpangan anggaran negara, dimulai dari bencana banjir di Jeddah pada 2009 dan merebaknya Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS).

(mdk/ary)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
PBNU Minta Satgas Pangan Bergerak Jaga Stabilitas Harga Beras Jelang Ramadan

PBNU Minta Satgas Pangan Bergerak Jaga Stabilitas Harga Beras Jelang Ramadan

PBNU meminta satgas Pangan Polri terus bergerak menjaga stabilitas harga beras di pasar, terutama menjelang Ramadan dan Idul Fitri.

Baca Selengkapnya
Respons Agus Gumiwang Masuk Bursa Calon Ketum Golkar

Respons Agus Gumiwang Masuk Bursa Calon Ketum Golkar

Jawabannya masih sama yaitu masih fokus mengurus perindustrian.

Baca Selengkapnya
Dirut Bulog Jelaskan Duduk Perkara Beras SPHP Memuat Stiker Capres Tertentu

Dirut Bulog Jelaskan Duduk Perkara Beras SPHP Memuat Stiker Capres Tertentu

Bayu menjelaskan bahwa SPHP merupakan program pemerintah melalui Badan Pangan Nasional yang dilaksanakan oleh Bulog dalam rangka menjaga stabilitas harga beras.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri

Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri

Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,

Baca Selengkapnya
Beras di Singapura Ternyata Lebih Murah dari Indonesia, Mendagri Ungkap Penyebabnya

Beras di Singapura Ternyata Lebih Murah dari Indonesia, Mendagri Ungkap Penyebabnya

Singapura menyandang status sebagai negara maju namun tidak bisa memproduksi bahan pangan sendiri.

Baca Selengkapnya
Bulog Beri Sinyal Harga Beras Bakal Turun Jelang Lebaran, Ini Faktor Pemicunya

Bulog Beri Sinyal Harga Beras Bakal Turun Jelang Lebaran, Ini Faktor Pemicunya

Sejumlah wilayah sentra produksi kini telah memasuki musim panen raya.

Baca Selengkapnya
Bersih-bersih Jelang Ramadan dan Lebaran, Ini  Hilangkan Jamur pada Pintu Kulkas Tanpa Disikat

Bersih-bersih Jelang Ramadan dan Lebaran, Ini Hilangkan Jamur pada Pintu Kulkas Tanpa Disikat

Untuk menyambut Ramadan dan Hari Raya, menjaga kebersihan kulkas agar makanan tetap segar menjadi sangat penting. Berikut adalah tips untuk membersihkannya.

Baca Selengkapnya
Siap-Siap Jaksa Agung Bakal Bongkar 2 BUMN Dana Pensiun Bermasalah ke Publik

Siap-Siap Jaksa Agung Bakal Bongkar 2 BUMN Dana Pensiun Bermasalah ke Publik

2 Perusahaan BUMN tersebut sedang menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Agung.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Bantah Kenaikan Harga dan Kelangkaan Beras Akibat Program Bansos Pangan, Begini Penjelasannya

Pemerintah Bantah Kenaikan Harga dan Kelangkaan Beras Akibat Program Bansos Pangan, Begini Penjelasannya

Pemerintah membantah kenaikan harga dan kelangkaan beras karena program bansos pangan yang aktif dibagikan belakangan ini.

Baca Selengkapnya