Amerika akan Kirim 14.000 Pasukan ke Timur Tengah untuk Hadapi Iran
Merdeka.com - Amerika Serikat (AS) tengah mempertimbangkan pengiriman lebih dari 14.000 pasukan ke Timur Tengah dalam menghadapi ancaman dari Iran, Wall Street Journal melaporkan pada Rabu. Pengerahan pasukan ini juga termasuk puluhan kapal dan penambahan dua kali lipat jumlah pasukan khusus AS di wilayah tersebut, mengutip pejabat AS.
Laporan tersebut menyatakan Presiden Donald Trump akan memutuskan hal ini secepatnya di bulan ini. Juru bicara Pentagon menolak mengomentari laporan ini kepada AFP, sebagaimana dilansir dari laman Alarabiya, Kamis (5/12).
Langkah ini akan dilakukan setelah serangkaian serangan terhadap kapal-kapal pengiriman barang dan serangan drone dan rudal pada instalasi minyak Arab Saudi pada bulan September. Iran disalahkan atas sejumlah serangan ini.
Washington telah meningkatkan kehadiran militernya di wilayah Teluk dan memperluas sanksi ekonomi terhadap Iran, meningkatkan ketegangan di seluruh wilayah. Pada pertengahan November, kapal yang membawa pesawat AS Abraham Lincoln berlayar melalui Selat Hormuz dalam unjuk kekuatan yang bertujuan meyakinkan sekutunya tentang ancaman Iran.
Pada Oktober, Menteri Pertahanan Mark Esper mengumumkan dua skuadron tempur dan sederet pertahanan rudal tambahan sedang dikirim ke Arab Saudi, dengan total sekitar 3.000 tentara baru.
Rabu lalu, Presiden Iran, Hassan Rouhani mengatakan pihaknya bersedia untuk kembali ke meja perundingan mengenai program nuklirnya jika AS menghentikan sanksinya, yang telah menghambat ekonomi negara itu dan diperkirakan telah berkontribusi terhadap gejolak domestik baru-baru ini yang dipicu kenaikan harga BBM.
Berbicara di sebuah konferensi pertahanan di Manama, Bahrain pada 23 November, Jenderal Kenneth McKenzie, komandan Komando Sentral AS, mengatakan AS tidak memiliki semua sumber daya yang dibutuhkan yang bisa mencakup wilayah Timur Tengah.Tetapi McKenzie menolak kritik bahwa Washington telah melepaskan diri dari wilayah tersebut.
"Jelas Amerika Serikat memiliki prioritas global yang berbeda dan ini mungkin bukan prioritas global tertinggi, tetapi saya pikir itu tetap merupakan hal yang sangat penting bagi Amerika Serikat," jelasnya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pecat Karyawan yang Tak Ingin Pensiun, Perusahaan Ini Malah Wajib Bayar Ganti Rugi Rp1,6 Miliar
Perusahaan di Amerika Serikat diwajibkan membayar gaji dan ganti rugi kepada mantan karyawannya.
Baca SelengkapnyaIndonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaBeras Impor 500.000 Ton Masuk Indonesia Mulai Januari 2024, Asalnya dari Thailand dan Pakistan
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi memaparkan, proses importasi beras ini masih berasal dari negara-negara langganan Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Peringkat Paspor Indonesia di Urutan Ke-66 Dunia, Kalah dari Timor Leste, Malaysia dan Thailand
Dalam indeks tersebut menampilkan pemegang paspor Indonesia bisa bebas masuk visa ke 78 negara.
Baca SelengkapnyaFOTO: Momen Perdana Amerika Serikat Kirim Bantuan ke Jalur Gaza, Ribuan Paket Makanan Dijatuhkan dari Udara
Amerika Serikat, yang menjadi sekutu utama Israel, akhirnya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke wilayah Jalur Gaza untuk pertama kalinya.
Baca SelengkapnyaBuronan Kasus Penipuan Uang di China 11 Tahun Kabur ke Indonesia, Tinggal di Jakut hingga Punya KTP
LY ditangkap di rumahnya Perumahan Concerto, Pantai Indah Kapuk, Penjaringan pada Selasa (13/2) sore.
Baca SelengkapnyaIsrael Bakal Alami Kelangkaan Pangan Secara Mendadak, Ini Penyebabnya
Serangan gencar Israel juga menghancurkan separuh perumahan di wilayah pesisir itu dan membuat 2 juta orang mengungsi di wilayah padat penduduk.
Baca SelengkapnyaTerungkap, Ini Alasan Menteri Trenggono Tahan Ekspor Pasir Laut Indonesia
Aturan turunan ekspor pasir laut masih digodok karena melibatkan banyaknya tim kajian.
Baca SelengkapnyaTernyata, 52 Persen Sarjana di Amerika Serikat Bekerja Jadi Office Boy dan Pegawai Layanan Makanan
Hasil riset tersebut, berdasarkan pada kumpulan data karir 60 juta orang di Amerika Serikat, termasuk 10,8 juta orang dengan gelar sarjana.
Baca Selengkapnya