Merdeka.com - Lebih dari 500 tentara dan polisi Jepang melakukan pencarian di puncak Gunung Ontake sehari setelah letusan mendadak, Minggu (28/9). HAl itu dilakukan sebab diduga ratusan orang terjebak di sekitar gunung.

Seperti diberitakan Antara, belum diketahui pasti jumlah korban tewas dan luka-luka akibat peristiwa itu. Media Jepang mengatakan tujuh orang dilaporkan tidak sadar, mungkin terkubur dalam abu, mengingat Gunung Ontake terus memuntahkan asap dan abu ke langit.

Sementara para pejabat setempat mengatakan mereka mencoba untuk mengkonfirmasi keberadaan 32 pendaki. Media Jepang juga sempat melaporkan bahwa seorang wanita tewas namun kemudian meralat laporannya. Sedikitnya 40 orang terluka, termasuk beberapa orang diantaranya mengalami patah tulang, kata para pejabat.

"Sangat sulit untuk mengetahui apa yang terjadi di gunung sekarang dan hal-hal bisa berubah," kata seorang pejabat di pemerintahan Prefektur Nagano.

Letusan itu mengakibatkan semburan abu selama lebih dari tiga kilometer. Ratusan orang termasuk anak-anak diduga masih terdampar di puncak.

Sebagian besar pelancong berhasil turun pada malam harinya namun sekitar 30 orang masih terdampar pada hari Minggu pagi.

Rekaman video yang diunggah di internet menunjukkan awan kelabu besar bergerak ke arah para pendaki di puncak dan orang-orang berebut untuk turun saat kegelapan menyelimuti mereka.

"Tiba-tiba abu itu menumpuk begitu cepat sehingga kami bahkan tidak bisa membuka pintu," kata Shuichi Mukai, pekerja di sebuah pondok gunung yang tepat berada di bawah puncak. Bahkan Pondoknya tersebut segera dipenuhi oleh para pendaki yang berlindung.

"Kami benar-benar berdesakan di sini, mungkin 150 orang. Ada beberapa anak-anak menangis, tetapi kebanyakan orang tenang. Kami menunggu di sana dalam cemas sampai mereka mengatakan aman untuk turun," tambahnya.

Gunung yang terletak sekitar 200 km barat Tokyo, adalah sebuah situs wisata populer untuk melihat dedaunan musim gugur dan saat ini adalah saat terbaik.

Penerbangan di Bandara Haneda Tokyo mengalami penundaan karena pesawat mengubah rute untuk menghindari puncak gunung itu, yang membentang antara prefektur Nagano dan Gifu sekitar 200 kilometer barat Tokyo. Namun sebagian besar penerbangan kembali normal pada Minggu, kata seorang juru bicara bandara.

Gunung berapi meletus secara berkala di Jepang, salah satu kawasan seismik yang paling aktif di dunia, tetapi tidak ada korban jiwa sejak tahun 1991, ketika 43 orang tewas dalam aliran piroklastik, aliran gas dan batu panas dari Gunung Unzen di barat daya Jepang.

Seorang pejabat di divisi gunung berapi dari Badan Meteorologi Jepang mengatakan sekalipun telah terjadi peningkatan jumlah gempa bumi kecil di Ontake sejak 10 September, letusan itu tidak mudah diprediksi.

"Tidak ada tanda-tanda lain jika letusan akan terjadi, seperti gerakan bumi atau perubahan di permukaan gunung," kata pejabat itu, "Dengan hanya gempa bumi, kami tidak bisa benar-benar mengatakan ini akan menyebabkan letusan."