CEK FAKTA: Parfum Menyebabkan Kanker Kulit? Simak Faktanya
Merdeka.com - Penggunaan parfum atau minyak wangi diklaim bisa sebabkan kanker kulit, beredar di media sosial Instagram. Berupa video yang menampilkan seseorang sedang mencampurkan botol berisi parfum dengan zat tertentu.
Narasinya disebutkan jika parfum pabrikan yang dijual bebas mengandung zat kimia yang menyebabkan kanker kulit.
"Tahukah kamu, parfum bermerek yang dijual di toko penuh dengan zat kimia perusak hormon yang menyebabkan kanker?,"
Penelusuran
Hasil penelusuran, melansir dari AAP FactCheck bahwa bahan kimia dalam parfum berada dalam batas aman.Profesor Ian Olver, seorang ahli onkologi dan peneliti kanker di University of Adelaide, mengatakan beberapa parfum mengandung zat yang berpotensi menyebabkan kanker, tetapi jumlah kecil yang digunakan meniadakan risiko paparan.
“Untuk beberapa bahan kimia, Anda harus mandi di dalamnya untuk waktu yang lama atau menelannya sebelum Anda berisiko. (Ada juga beberapa komponen dari beberapa parfum yang mengandung agen yang dapat membunuh kanker),” kata Profesor Olver dalam email.
"Secara umum, meskipun benar ada beberapa bahan kimia yang tidak sehat di beberapa parfum, paparannya mungkin terlalu rendah untuk memicu kanker," lanjutnya.
Sedangkan menurut Dr Ian Musgrave, seorang ahli farmakologi molekuler di University of Adelaide, mengatakan meskipun parfum mungkin mengandung ftalat dan bahan kimia lainnya, secara umum diakui juga dalam batas aman.
“Parfum komersial biasanya mengandung sejumlah kecil ftalat, digunakan sebagai pelarut atau untuk menstabilkan bau parfum,” kata Dr Musgrave kepada AAP FactCheck melalui email.
Phthalates yang dikenal sebagai di(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP) adalah bahan kimia yang oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) dikategorikan sebagai "pengganggu endokrin". Ini adalah bahan kimia alami atau buatan yang meniru atau mengganggu hormon dalam tubuh.
Dr Musgrave menunjuk pada penelitian IARC yang melihat ftalat sebagai kemungkinan karsinogen berdasarkan penelitian pada hewan. Namun, hasil keseluruhan menyimpulkan tidak ada data manusia atau penelitian yang menunjukkan hubungan yang jelas.
“Pthalat yang ada dalam parfum memiliki jumlah yang sedikit dan biasanya tidak terkait dengan kanker. Phthalate utama dalam parfum, di-ethyl phthalate (DEP), memiliki profil keamanan yang sangat baik,” kata Dr Musgrave.
Kesimpulan
Parfum diklaim menyebabkan kanker kulit karena mengandung zat kimia adalah keliru. Faktanya, bahan kimia dalam parfum secara umum dalam batas aman dan terlalu rendah untuk memicu kanker.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan. Pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Referensi
https://www.aap.com.au/factcheck/perfume-link-to-cancer-leaves-a-foul-stench/
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kulit kering kerap dialami oleh sebagian orang dan terkadang membuat estetika semakin berkurang.
Baca SelengkapnyaBagi yang ingin mencerahkan kulit wajahnya, yuk ikuti 10 rekomendasi produk krim malam berikut ini!
Baca SelengkapnyaTidak semua bahan alami cocok untuk kulit sensitif.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Skincare adalah kebutuhan, tidak peduli berapa usiamu. Namun, usia 30 tahun menjadi titik rawan karena kulit mulai kehilangan elastisitasnya.
Baca SelengkapnyaDiteliti sebagai obat anti-kanker, kayu bajakah juga menyimpan beberapa efek samping yang patut diperhatikan.
Baca SelengkapnyaSemakin dini mengetahui dan menangani berbagai gejala kanker serviks, maka tingkat kesembuhannya pun juga bisa lebih meningkat.
Baca SelengkapnyaKanker adalah penyakit yang ditakuti oleh banyak orang, terutama orang tua yang memiliki anak. Ya, kanker bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak.
Baca SelengkapnyaKeringat yang berlebihan ini muncul bukan karena panas matahari atau pakaian Anda yang terlalu tebal, tapi bisa jadi karena masalah pada kesehatan Anda.
Baca SelengkapnyaBahan kimia yang digunakan dalam pembuatan kuku palsu dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan, seperti kuku menjadi rusak, risiko infeksi, & reaksi alergi.
Baca Selengkapnya